07

344 61 4
                                    

"Direktur?"

"Aku meninggalkan ini." Yin tersenyum samar dan mengambil ponselnya ketika ia melihat benda itu tergeletak diatas nakas samping tempat tidur War. "Lekas sembuh War. Aku pergi."

"Direktur-" kalimat War terputus karena Yin menghilang dengan cepat sebelum ia sempat berkata apapun.

Tak berselang lama setelah kepergian Yin, Nana muncul dari balik pintu. "Ibu?" Ia mendekat ke arah tempat tidur War. "Apa ibu sudah baik-baik saja?" Tanya anak itu sambil memegang tangan War.

War tersenyum sambil memegang balik tangan Nana. "Ibu baik-baik saja. Maaf sudah membuat Nana khawatir."

"Ibu cepatlah sembuh. Nana tidak ingin melihat ibu kesakitan lagi."

War mengelus wajah Nana lembut dan menyuruh anak itu naik ke atas tempat tidurnya. Mereka berpelukan erat. "Jika Nana terus memeluk ibu seperti ini maka rasa sakit ibu akan hilang. Maukah Nana selalu memeluk ibu?"

Anak itu mengangguk dalam dekapan War. "Nana akan selalu memeluk ibu. Nana tidak akan melepaskan pelukan kita jika itu bisa membuat ibu selalu sehat."

"Anak baik," War mengecup kepala Nana sebelum berkata, "Ibu mencintaimu."

War mengernyit ketika ia menyadari keberadaan buket bunga mawar yang besar dan sebuah paper bag di samping nakas tempat tidurnya.

"Nana, apa ayah yang membawakan bunga itu?" Tanya War penasaran.

Nana menengok untuk memastikan apa yang War maksud, lalu ia menggeleng. "Paman Yin dan Lea yang membawanya."

●●●

Pagi itu secara sadar dan atas kemauannya sendiri, War membuat secangkir kopi untuk Yin. Ia juga meletakkan toples berisi cookies yang ia buat malam sebelumnya bersama Nana di nampan yang akan dibawanya menuju ruangan pria itu.

"Semoga kau menyukainya," gumam War sebelum mengetuk pintu di depannya. "Permisi.." Sapa War. "Direktur, aku membawakan kopi untukmu." War meletakkan nampan yang ia bawa keatas meja dan berdiri disana selama beberapa waktu.

Yin mendongak dengan wajah datar. "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau masih disini?"

"Ah?" War terperanjat. "Um, aku-"

Yin memotong kalimat yang akan War lontarkan dengan, "Jika tidak ada kepentingan lain sebaiknya kau pergi karena aku harus berkonsentrasi pada pekerjaanku."

"Direktur, aku ingin berterima kasih padamu dan juga Lea karena sudah mengunjungiku di rumah sakit. Aku membuat kue kering itu bersama Nana untuk membalas kebaikanmu, semoga kau menyu-"

"Bukan masalah. Kami hanya membawakanmu kue dan bunga murahan." Lagi-lagi Yin memotong kalimat War. "Jangan di pikirkan. Pergilah jika kau sudah selesai."

War kehilangan kata-kata. Ia meninggalkan ruangan itu segera setelah Yin mengusirnya. War tidak mengerti mengapa Yin bersikap demikian. Apakah ia melakukan kesalahan atau apa?

●●●

Yin mengunci pintu ruangannya selama jam makan siang. Hari ini ia tidak ingin di ganggu dan tidak berencana untuk pergi keluar karena sesuatu telah membuatnya benar-benar frustasi.

"Ada apa dengan diriku? Mengapa aku bersikap sangat kekanakan?" Yin menggebrak meja setelah mengacak rambutnya sendiri. "Fuck!!"

Pria itu bangkit dari duduknya dan berjalan kesana kemari mengitari ruang kerjanya. Ia benar-benar berpikir bagaimana bisa ia bersikap sangat kasar pada War setelah melihatnya berciuman dengan Great yang merupakan ayah Nana. Meskipun Yin belum bisa memastikan, tapi sangat jelas bahwa mereka memiliki sebuah hubungan. Lalu apa? Mengapa itu begitu mengganggunya?

UNTOUCHABLEWhere stories live. Discover now