DUA📚

88 15 3
                                    

ini hari ketiga setelah kejadian yang membuat Abhizar terpaksa tidak masuk sekolah dua hari, dan hari ini dirasa badannya sudah membaik, jadi dia memutuskan untuk masuk.

Bersama Ucup dan Tatang, Abhizar berjalan dari gerbang masuk kesekolah, yang bangunannya tingkat empat dan saling berhadapan itu. seperti biasa, visual Abhizar dengan kulit putih nya mambuat atensi para siswa-siswi tertuju padanya.

Menjadi salah satu cowok yang diidamkan karena visual mungkin sudah menjadi takdir Abhizar sejak dia SMP. Pandangan siswa-siswi bahkan beberapa siswa terlihat kagum sumringah dan berkaca-kaca.
Tidak melihat Abhizar di sekolah dua hari sepertinya telah membuat para penggemarnya rindu.

"Apa ada tugas hari ini?" tanya Abhizar. Tangannya dia masukkan kedalam saku jaket.

"Nggak ada. Kemarin pak Anto kasih kita tugas waktu lo sakit, cuman udah dikumpulkan sehari setelahnya." Jawab Tatang yang berjalan mengikuti Abhizar.

Sementara Ucup diam sambil terus membaca komik ditangannya, cowok yang satu itu memang penggila komik. Selain itu dia juga seorang wibu alias pencinta dunia animasi.
Tujuan mereka adalah kantin. Tapi karena tidak memperhatikan jalan didepannya, Ucup bertabrakan dengan seseorang. Komik yang dibawanya jatuh, Abhizar dan Tatang yang berjalan di depannya berhenti.

"Astaga komik kesayangan gue." Ucup terlihat marah.

"Maaf maaf, aku nggak sengaja. Ini komiknya, nggak rusak dan nggak kotor juga." Siswa yang ditabrak Ucup mengambil buku kecil itu, membersihkan buku itu dan menyodorkan dengan sopan kepada pemiliknya.

Tetapi Ucup masih terlihat geram, dia menerima buku itu dan membuka lembarannya "Tuh kan, gue lupa halamnya. Gara-gara lo nih." Kata Ucup lumayan keras membuat beberapa orang yang ada dikantin melihatnya dengan berbagai tatapan.

"Makanya kalau jalan tuh liat-liat." Kesalnya.

Tatang yang daritadi memperhatikan Ucup dengan seorang siswa berhijab mulai jenuh, dia yang sering tidak enak melihat tatapan sekitarnya segera menghampiri dua orang itu.

"Udah Cup, mungkin dia lagi buru-buru. Udah yuk, kita makan." Relainya. Tatang melihat siswi di depan mereka hanya menunduk.

"Maafin temen gue, dia marah karena dia lupa halaman buku yang udah dia baca tadi, bukan karena lo tabrak kok. Lo boleh pergi." jelas Tatang sambil tersenyum. Inilah yang Abhizar suka dari Tatang, anaknya dewasa dan tidak cepat marah, juga bisa mengontrol emosi.

"Maaf sekali lagi." Ucap siswi itu berlalu pergi.

"Woy! Buruan! Laper nih." Kata Abhizar lalu kembali berjalan menuju bangku yang biasa mereka tempati dikantin ini, tempat duduk itu tentu kosong karena seluruh sekolah tahu spot dekat jendela itu adalah temapt favorite Abhizar bersama teman-temannya.

Sebenarnya di SMA Second High School ini, Abhizar hanya salah satu dari banyaknya siswa yang menjadi sorotan. Meskipun dia tidak menginginkannya tapi banyak siswa yang terang-terangan atau sembunyi-sembunyi mengatakan kagum padanya, entah karena visual, bakat menjadi ketua basket atau pun sikap cueknya.

"Gimana kabar Ainun?"
Tatang yang sejak tadi melihat Abhizar hanya memakan malas makannya pun bertanya. Kalau Ucup jangan ditanya, setelah kesal karena sifat pelupanya sendiri, kini anak itu tengah memakan baksonya dengan lahap, tidak peduli dengan mood Abhizar yang masih belum membaik hingga saat ini. Menyebalkan memang.

School Story's Where stories live. Discover now