Hendery memarkirkan mobilnya sembarangan di perkarangan rumahnya, ia membuka pintu rumahnya dengan terburu-buru dan langsung melangkahkan kakinya menuju ruang kerja ayahnya.
Terlihat ayahnya sedang sibuk dengan beberapa lembar kertas di hadapannya beserta dua cangkir kopi di sampingnya. Sesuai prediksi Hendery, ayahnya juga ikut turut andil dalam rencana yang di buat Dejun. Buktinya dia tahu bahwa dirinya akan datang.
"Kau sudah datang? Baguslah, ayah tak perlu harus menyuruh orang ke mansionmu" ucap tuan Wong dengan menyingkirkan berkas-berkas itu menyisakan satu berkas dan kopi untuk Hendery.
'Ayah katanya? Cih bullshit! Pak tua ini bahkan tidak tahu kalau anaknya sudah pindah mansion, pergi saja ke sana kalau ingin melihat puluhan makam!'
"Cepat, saya tidak punya banyak waktu" ujar Hendery dengan mendudukkan dirinya di hadapan ayahnya.
Tuan Wong terkekeh dan menatap Hendery remeh. "Memangnya kau punya jadwal? Hanya mahasiswa biasa, tidak akan sesibuk itu" sinis tuan Wong dengan menyesap kopinya.
Hendery merotasikan matanya malas. Tak peduli dengan ucapan ayahnya.
"Oh apa kau ingin ke rumah sakit bertemu dengan Rendy? Mungkin memang begitu, seharusnya mereka membuatnya mati. Sayang sekali teman-temannya itu datang tepat waktu"
"BERHENTI BICARA DAN CEPAT KATAKAN APA MAUMU PAK TUA!" Bentak Hendery dengan menggebrak meja kencang dan menarik kerah baju ayahnya.
Tuan Wong tersenyum sinis dan menepis tangan Hendery yang berada di kerahnya. Ia merapikan pakaiannya dan kembali duduk dengan angkuhnya. Hendery bahkan hampir muntah saat melihat ayahnya berperilaku layaknya raja. Sangat tidak kontras dengan kursi yang ia duduki.
"Baiklah, ayah mau kau menikah dengan Dejun. Setelah itu-" tuan Wong mengambil berkas di hadapannya dan di sodorkannya ke Hendery. "-semua harta ayah akan di wariskan atas nama Wong Hendery. Kalau tidak percaya silahkan lihat saja sendiri"
Hendery menerima berkas tersebut dan membukanya. Yang ia lihat pertama kali adalah tulisan namanya yang di cetak dengan huruf kapital dan tebal, di jelaskan sebagai ahli waris semua harta kekayaan dari Wong Henry, ayahnya.
Berkas itu di tutup Hendery dengan menampilkan senyum tipisnya. Ia meletakkan berkasnya di meja dan menyesap kopinya yang sedari tadi tak di sentuhnya. Kepalanya ia anggukan mengundang senyuman lebar dari tuan Wong.
"Sudah ayah duga kau itu sangat tergila-gila dengan harta, bawa berkas itu pergi denganmu dan segeralah bawa kabar baik hubunganmu dengan Dejun nanti" usir tuan Wong dengan melambaikan tangannya mengusir Hendery.
"Tentu" jawab Hendery dengan senyuman lebar yang di tampilkannya dan bergegas keluar dari ruangan ayahnya.
Saat kakinya sudah menapaki lantai luar wajah Hendery kembali datar. Tidak ada lagi senyuman yang terukir di sana.
'Dasar pak tua bodoh! Kau pikir aku tidak tahu rencana busukmu, berkas yang kau serahkan kepadaku adalah berkas palsu. Semua hartamu sudah kau berikan atas nama jalang itu, sialan!'
Hendery memasuki kamarnya dan melempar berkas itu ke tempat sampah, setelahnya ia menyalakan api dan membakar berkas palsu tersebut. Dirinya tidak peduli kalau sampai ketahuan ayahnya. Tujuan berikutnya adalah kediaman keluarga Xiao, Hendery yakin ibu tirinya berada di sana. Terbukti Hendery tidak melihat sama sekali sosok jalang itu.
"Berakting seperti putus asa dan berlutut di hadapan Dejun, memohon ampun seperti yang di inginkannya. Setelah itu baru memulai permainannya hingga semuanya berakhir" ucap Hendery yakin. "Hari ini!" Lanjutnya dengan tegas.
『•• KAKAK ••』
Dejun membuka pintu kamarnya saat mendengar ada yang mengetuknya. Seketika ia tersentak kaget saat mendapati Hendery tengah berlutut di depan pintu. Hendery yang sadar pintu kamar Dejun sudah terbuka lantas bersujud di kaki Dejun dengan menggumamkan kata maaf.
YOU ARE READING
Kakak | Norenmin ✓
Fanfiction❝ Jangan panggil gw kakak, gw bukan kakak lu! ❞ Started : 07-05-2021 ✄┈┈┈┈┈┈┈┈ Ending : 08-07-2021
