40 | kitten

29.6K 5.8K 3.4K
                                    

Waktu masih remaja, Johnny pernah nggak sengaja menonton sebuah video tentang Musibah Challenger yang lewat di beranda Youtubenya.

Sesuai judulnya, video tersebut menunjukkan detik-detik terjadinya kecelakaan pesawat ulang-alik Challenger milik Amerika Serikat di tahun 1986. Peluncuran pesawat tersebut disertai oleh program yang untuk pertama kalinya, akan membawa seorang guru ke luar angkasa untuk melakukan percobaan-percobaan sains sederhana dan menjawab pertanyaan para murid melalui orbit. Karena itu, wajar kalau peluncuran pesawat tersebut jadi salah satu peristiwa yang menarik perhatian publik, membuatnya diliput banyak media dan disiarkan secara live.

Di pagi hari sebelum pesawat diluncurkan, guru tersebut beserta enam astronot lainnya melakukan wawancara, sarapan bersama, dilanjut berfoto sebelum mulai boarding. Dalam siaran live, terlihat sekali wajah mereka dipenuhi rasa bangga dan kegembiraan. Lalu pesawat benar-benar diluncurkan dan semua orang bersorak, menganggapnya sebagai lompatan besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan manusia terutama yang berhubungan sama penjelajahan luar angkasa.

Tapi dalam hitungan detik, sorak-sorai itu berubah jadi kengerian ketika 73 detik setelah mengudara, pesawat tersebut terbakar dan meledak di udara—tersiarkan dalam tayangan live dan disaksikan oleh nyaris seluruh penduduk di seantero negara.

Tayangan itu membuat Johnny sempat terpikir, bahwa meski dianggap sangat singkat, ada banyak yang bisa berubah dalam hitungan detik.

Apa yang tadinya ada, bisa tiba-tiba jadi tiada.

Apa yang sebelumnya menyenangkan, dapat mendadak berganti jadi sesuatu yang menyesakkan.

Dan apa yang terjadi hari ini membuat Johnny, entah kenapa, jadi teringat pada tayangan video tentang kecelakaan Challenger itu.

Mungkin karena 'rasa' yang terbawa serupa, walau situasinya jauh berbeda.

Pagi ini, Johnny bangun kayak biasanya, lebih dulu dari Chester. Tidur anak itu memang sempat terganggu semalam, tapi setelah Johnny berhasil membuatnya terlelap kembali, Chester tak terjaga hingga pagi. Untuk ukuran anak kecil, Chester tidur dengan rapi. Posisi berbaringnya nggak banyak berubah sejak dia tertidur lagi dinihari tadi.

Perlahan, Johnny menarik tangannya. Lelaki itu menguap, kemudian melakukan sedikit peregangan sebelum kepalanya tertoleh ke arah anaknya. Matanya menatap pada Chester sejenak.

Dulu, waktu Chester baru lahir, Gia sempat menyampaikan kecemasannya ke Johnny. Dia agak khawatir, kehadiran Chester berarti karirnya mesti tersudahi secara dini. Johnny ingat, ketika itu dia mencoba menenangkan Gia, berkata kalau ketakutan Gia itu nggak beralasan. Johnny juga berjanji, sebagai partner yang baik, dia akan melakukan apa pun yang dia bisa agar Gia dapat menjadi ibu yang baik tanpa harus mengorbankan pekerjaan di bidang yang dia sukai.

Kini Johnny tersadar, ada beberapa hal yang lebih gampang dikatakan daripada dijalankan.

Johnny menghela napas panjang dan ketika ciuman lembutnya jatuh di bagian samping dahi Chester, dia menegaskan kalau dia akan mengajak Gia bicara lagi soal kesibukan perempuan itu, yang akhir-akhir tampak sangat menyita waktu.

Johnny turun dari kasur lebih dulu. Dia pergi mandi, membasuh wajah, menyikat gigi, kemudian pergi ke dapur setelah berganti pakaian. Dalam waktu singkat, aroma kopi yang baru diguyur air panas telah memenuhi dapur. Nggak hanya sampai di sana, Johnny juga membuat sarapan. Akhir-akhir ini, Chester lagi suka banget makan nasi goreng pakai telur mata sapi yang kuningnya beleberan kemana-mana.

Johnny bukan orang yang suka masak. Apalagi di jaman kuliah, dia lebih sering makan di luar atau delivery sekalian daripada memasak. Tapi gara-gara Chester, Johnny jadi bela-belain scrolling Youtube buat mencari video tutorial membuat nasi goreng yang enak dan telur mata sapi dengan bagian kuning yang masih bleberan kemana-mana.

A Bunch of Daddy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang