19 | hayoloh

32.7K 6.2K 3.4K
                                    

Satu-satunya alasan yang bikin Alfa setuju mau nikah sama Sierra ketika kedua orang tua mereka menjodohkan mereka dulu adalah karena dia mengira, baik orang tuanya maupun orang tua Sierra nggak akan ada selamanya.

Salah satu orang tuanya Sierra sakit, dan itu bukan jenis sakit yang bisa dianggap ringan. Kasarnya, kalau berdasarkan perkiraan medis, usianya sudah nggak lama lagi. Ditambah lagi, kedua orang tua Alfa juga cukup dekat dengan keluarganya Sierra. Alfa merasa, nggak ada salahnya setuju, buat menyenangkan orang tua dari kedua belah pihak. Posisinya ketika itu pun lagi single, meski masih punya rasa yang tertinggal sama Sakura.

Tapi hidup memang suka bercanda.

Entah karena happy atau bagaimana, kesehatan orang tuanya Sierra justru membaik. Terus sampai sekarang, keduanya masih sehat-sehat saja. Tadinya, Alfa berencana menikah dengan Sierra selama dua tahun, atau tiga tahun paling lama. Setelah itu, dia akan kembali pada Sakura. Namun apa yang terjadi justru di luar dugaannya.

"Mungkin karena kamu sakit, makanya sampai sekarang kamu sama Alfa belum punya anak ya, Sierra?" pertanyaan ibunya Alfa barusan menyentak Alfa keluar dari lamunan, sekaligus membuat senyum tipis di wajah Sierra perlahan memudar. "Berarti nanti setelah operasi dan kamu sudah sehat lagi, nggak apa-apa dong ya kalau Mama dan Papa mengharapkan kamu dan Alfa nggak menunda-nunda buat punya momongan?"

"Ma—" Alfa menghela napas. "Sierra lagi deg-deg-an buat operasi besok. Harus banget Mama bahas ini sekarang ya?"

"Nggak gitu maksud Mama. Lagian, ini juga titipan dari mamanya Sierra kok. Kan Mama sama mamanya Sierra udah ngobrol di telepon sebelum ini, waktu mamanya Sierra sedang nunggu boarding penerbangannya ke Jakarta."

"Still, jangan bahas itu dulu. Sierra lagi butuh dukungan moral sekarang."

"Iya, iya. Maaf."

"Apa yang Alfa bilang itu benar, Ma." Papanya Alfa turut bicara, terus lelaki itu melirik jam yang melingkari pergelangan tangannya. "Sudah jam segini, Papa kayaknya mau ke kafetaria di lantai satu buat cari snack. Mama mau ikut?"

"Boleh."

Dalam waktu singkat, Alfa dan Sierra ditinggalkan berdua saja di ruang perawatan rumah sakit. Sehari sebelum operasi pengangkatan kista-nya Sierra dilakukan, dokter memang menyarankan Sierra buat rawat inap. Secara fisik, Sierra memang terlihat sehat sekarang, namun setiap tamu bulanannya datang, perempuan itu selalu dibikin tidak berdaya.

Terus terang saja, Alfa merasa nggak tega melihat Sierra selalu se-kesakitan itu setiap bulannya. Makanya, dia yang membujuk Sierra untuk periksa ke dokter. Sewaktu dokter menyarankan untuk operasi, Sierra juga sempat takut. Tetapi lagi-lagi, Alfa berhasil mendorongnya untuk berani.

"Kata-kata Mamaku nggak usah dipikirin."

"Udah kepikiran."

"Kalau gitu, maafin apa yang Mamaku bilang." Alfa menghela napas. "Dia kan nggak tau gimana selama ini kita jalanin hubungan kita."

"Sebab kamu nggak pernah cukup berani untuk bikin mereka tau."

Salah satu alis Alfa terangkat. "Kalau aku mesti ngingetin, kamu juga kan sepakat untuk ini, Sierra."

Sierra membuang napas, melempar pandangnya ke luar jendela. Langit di luar tampak biru dan bersih dari awan hari ini. Sierra tahu, apa yang Alfa bilang itu benar. Di awal pernikahan mereka, keduanya memang sudah sama-sama sepakat.

Mereka sepakat untuk menjalani pernikahan yang terbuka. Jika Sierra suka sama sesorang, dia bebas mau jalan sama tuh orang. Begitupun dengan Alfa. Di depan keluarga mereka, mereka akan bersikap layaknya pasangan suami-istri pada umumnya. Mereka akan tetap terlihat berdua ketika menghadiri acara-acara resmi, tapi nggak pernah lebih dari itu.

A Bunch of Daddy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang