35

748 82 50
                                    

Sepanjang perjalanan mereka hanya fokus dengan pikiran masing-masing. Yujin terus mengalihkan pandangannya sebisa mungkin menghindari bertatap mata dengan sang istri, ia masih kesal.

Sementara Minju beberapa kali memejamkan matanya, memikirkan sesuatu yang cukup berat sampai terkadang air matanya ikut menetes.

Saat Yujin menghentikan mobilnya di tempat parkir ia hanya terdiam menunggu Minju keluar tanpa menyapa atau membukakan seatbelt seperti kebiasaannya.

Minju terlihat menghela napas berat sebelum ia angkat bicara. "Yujin, kau bisa tunggu aku sebentar disini 'kan?"

Yujin menoleh. "Sebentar?"

Minju mengangguk, matanya sudah berkaca-kaca namun ia terus berusaha mengembangkan senyumnya. "Iya, mungkin sekitar satu jam. Kau bisa minum ke Coffe Bean dan menungguku disana." Minju mengeluarkan sebuah amplop putih dari dalam tasnya.

"Aku hanya ingin mengantarkan ini pada Manajer Shin sekalian berpamitan pada Yuri dan teman-teman yang lain." Air mata itu akhirnya tumpah, Minju menangis untuk kedua kalinya hari ini.

Yujin mengambil amplop putih itu, membukanya dan ternyata itu adalah surat pengunduran diri Minju. Dengan cepat direngkuhnya tubuh mungil sang istri yang bergetar.

"Maafkan aku, sayang. Aku tak bermaksud mengekang hidupmu, aku mohon kau mengerti posisiku saat ini."

Minju mengangguk, melepas pelukan Yujin dan menghapus air matanya. Kembali gadis cantik itu mencoba tersenyum.

"Aku tahu. Jangan mendiamkanku lagi, aku takut saat kau membentakku. Kau memanggilku Kim Minju dan itu membuatku berfikir kau akan menceraikanku. Aku takut Yujin hmmffftttttt." Ucapan Minju terputus saat bibir Yujin menempel di bibirnya. Awalnya hanya ciuman lembut yang berangsur berubah menjadi lumatan-lumatan penuh gairah.

Minju tersenyum dalam ciumannya, Yujin sudah kembali dia sungguh berterima kasih untuk itu. Walaupun berat pada awalnya, Minju berusaha ikhlas untuk melepaskan pekerjaannya sebagai caddy. Demi keutuhan hubungannya dengan Yujin, sedikit berkorban tak masalah bukan?

"Jangan pernah berpikir aku akan menceraikanmu. Cerewet sekali mulutmu itu."

Minju tersenyum bahagia menatap Yujin, entahlah ada gejolak aneh dalam dirinya yang meminta sebagian tubunhya untuk lebih agresif.

Dengan membuang semua rasa malu Minju akhirnya kembali melumat bibir Yujin, tangan nakalnya juga ikut andil meraba dada bidang suaminya. Yujin menekan tengkuk Minju untuk memperdalam ciuman mereka, lidahnya tak mau kalah terus membelit dan menjelajahi mulut hangat sang istri.

Hampir lima menit melakukan french kiss, pasangan itu menyudahi kegiatan panas mereka pagi ini. Yujin membelai wajah mulus istrinya yang merona.

"Istriku semakin agresif, hmm?"

"Kau yang membuatku tak tahan." Kata Minju memancing gairah suaminya.

"Cepat selesaikan urusanmu dan kita cari hotel di dekat sini."

"Tak mau! Kau bahkan semalam menolakku."

"Baiklah aku minta maaf. Semalam aku sangat kesal denganmu."

"Akan kumaafkan kalau malam ini kita bercinta dengan kau yang menggunakan lingerie pink-ku. Sebelum menikah aku sempat membelinya dan ternyata itu kebesaran. Kurasa cukup untukmu." Goda Minju membuat Yujin membelalakan matanya.

TOSKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang