9

548 101 29
                                    

"Minju-ya... Sayang, aku bisa jelaskan."

Ucap Yujin dengan nada khawatir. Melihat sang gadis yang tengah terisak sambil terus meremas pahanya membuat Yujin merasa semakin bersalah.

Entahlah apa yang membuat ibunya datang ke Cafe ini dan bagaimana bisa wanita paruh baya itu menemukan mereka di sini?

Yujin melupakan satu hal kalau sang ibu memiliki banyak koneksi atau kasarnya bisa disebut sebagai mata-mata yang akan selalu mengikuti arah gerak Yujin.

"Kenapa Yujin?" Mata Minju menatap dalam ke arah Yujin.

"Kenapa kau malah menyatakan cinta padaku padahal kau berencana untuk bertunangan dengan wanita lain?"

Minju sudah tidak bisa melihat wajah tampan Yujin dengan sempurna, pandangannya sudah terlalu buram karena air mata yang terus menggenang.

"Sayang, demi Tuhan aku tidak mencintai gadis itu." Yujin menggenggam tangan Minju yang meremas kuat pahanya, tangan satunya ia gunakan untuk membelai kelopak mata kekasihnya, menghapus titik-titik air mata yang sudah terjun bebas dan mengalir di pipi Minju.

"Namanya Yuna, Kim Yuna. Kalau kau sering menonton TV kau pasti tahu siapa dia. Eomma memang selalu mencoba untuk menjodohkanku dengan anak-anak kenalannya, tapi aku selalu menolak."

Yujin menghentikan ucapannya, ia menarik bahu Minju agar lebih mendekat dan menyandarkan kepala gadis itu di bahunya. Sesekali Yujin masih bisa merasakan isakan Minju.

"Dan seperti saat ini, Eomma kembali berniat menjodohkanku dengan anak sahabat baiknya. Aku mengenal Yuna sejak kami masih kecil, tapi aku tidak pernah memiliki perasaan apapun padanya. Dia terlalu manja dan selalu memanfaatkan kedekatan ibunya dengan ibuku untuk menjodohkan kami. Percayalah Minju, aku akan menyelesaikan masalah ini secepatnya." Ucap Yujin panjang lebar menjelaskan.

Tidak ada jawaban apapun dari Minju, Yujin tahu kekasihnya ini pasti masih sangat terkejut, Yujin pun juga merasakan hal yang sama karena tidak ada pembicaraan tentang pertunangan sebelumnya. Sang ibu hanya bilang sebuah perjodohan bukan pertunangan.

"Kau jangan takut kehilanganku, ya?" Canda Yujin mencoba menghibur Minju, tapi tetap saja candaan itu menjadi hambar karena Minju tidak menanggapinya.

"Yujiiin~" Panggil Minju.

"Hmm.."

"Sebelum kau mengurusi pertunanganmu bisa tolong antarkan aku pulang?"

Minju sudah mulai bisa mengendalikan hatinya, ia berbicara masih terus menyandarkan kepalanya di bahu Yujin dengan pandangan kosong. Matanya berkeliaran ke mana saja memperhatikan setiap sudut ruangan Cafe itu.

"Hei kau bicara apa? Tentu saja pertunangan itu tidak akan ada dan tidak akan pernah terjadi kalau wanita yang berdiri di sampingku bukan dirimu."

"Aku lelah, Yujin-ah. Aku ingin pulang." Mengabaikan ucapan Yujin, Minju segera bangkit dari duduknya. Yujin segera membayar semua pesanan yang bahkan belum sempat dimakan sama sekali.

Sepanjang perjalanan kedua manusia itu hanya diam. Yujin fokus pada jalanan di depan sementara Minju masih menerawang dengan segala pikiran yang berkecamuk di otaknya.

TOSKAOnde histórias criam vida. Descubra agora