enambelas.

700 120 8
                                    

Makayza dibuat mabuk kepalang oleh Mattheo, dia tidak menyangka bahwa ciuman pertamanya akan di rengut oleh lelaki yang ia anggap aneh saat pertama kali bertemu. dia memegangi kepalanya yang terasa berat, otot bibirnya seolah kaku, terus tertarik ke atas seolah Makayza harus tersenyum sepanjang waktu.

dia berdiri di salah satu meja, menunggu Mattheo yang sedang mengambilkannya minum, sampai akhirnya Matthew menghampirinya dengan senyum menggoda.

"Oh, tak ku sangka kau dengan Mattheo" ledeknya, Makayza tersenyum malu malu "Lihat, Potter hampir saja mencopotkan kedua bola matanya, dia memandang ke arahmu terus" lanjutnya.

ketika merka asik berbincang seorang lelaki menubruk Makayza, dan menyelipkan sebuah benda ke tangan gadis itu.

"Hei, kalau jalan lihat lihat dong!" pekik Matthew, Makayza melihat benda yang ia genggam, ia seperti mengenalinya dari bentuk yang ia rasa.

dia buru buru menarik Matthew menjauh dari kerumunan, berbelok ke arah koridor yang begitu sepi. dia buru buru membuka benda yang dilapisi kain usang itu.

Taring Basillik dan sebuah batu...

"Apa itu? gigi dari hewan apa?" tanya Matthew bingung.

"Basillik" Sahut Makayza, Matthew menatapnya tak percaya "untuk apa taring dan batu ini?" tanya nya pada Matthew yang mendendikan bahu bingung.

Makayza memegang batu itu, lalu tiba tiba saja tubuhnya seperti ditarik dan terlempar, ia terjatuh menubruk sesuatu yang empuk.

"Kau menindihku Makayza!" ujar Matthew, Makayza menggumamkan maaf sebelum akhirnya bangkit.

"Dimana ini?" tanya Matthew melirik sekitar, dia mencabut tongkatnya dari balik Tuxedo nya "Siapkan tongkatmu, kita tak tahu apa yang akan terjadi setelah ini"

"Aku tak bawa tongkat!" Kata Makayza, Matthew menatapnya tak percaya "Apa? kau pikir dengan gaun seperti ini dimana aku harus menyelipkan tongkatku? di dalam dada?" tanya Makayza kesal.

Matthew mendengus, dia mengenggam erat jari Makayza agar gadis itu tak menghilang dari arah pandangnya. keduanya berjalan di sebuah kota kecil yang tak banyak berpenghuni.

mereka berjalan nunduk, takut takut dihadapannya ada jurang, karena mereka hanya dibantu penerangan kecil dari tongkat Matthew. Makayza menyenggol bahu kakaknya itu menunjuk pada papan alamat yang bertuliskan

Little Hangleton.

"Matthew, ini rumah Kau-Tahu-Siapa" Bisik Makayza, dia menggengam erat kakaknya.

"Kau tahu dari mana?" Balas Matthew, jelas sekali lelaki itu sangat tegang.

"Nenek yang memberi tahuku" sahut Makayza

"pegang erat taring dan batu itu, jangan sampai lepas" perintah Matthew, Makayza mengangguk.

keduanya memasuki desa itu semakin dalam, pandangannya tertuju pada rumah tingkat besar yang berada di ujung desa. tanpa pikir panjang keduanya memasuki rumah itu dengan hati hati.

"Datanglah kemari, Makayza, disebelah sini"

Makayza mendadak berhenti berjalan, menajamkan kupingnya dengan apa yang baru saja ia dengar

"yaa, kau mendengarku dengan baik, ayo kemari" Makayza menarik Matthew ke asal suara itu.

betapa terkejutnya dia ketika melihat mayat pria tua yang terbujur kaku di ujung tangga, Matthew memeluk adiknya itu, meredamkan suara pekikan kagetnya.

"sutt, jangan berisik, Kay" Bisik Matthew, lelaki itu menyeret adiknya menjauh dari sana. sebuah kotak yang terkubur didalam lantai bersinar terang dalam kegelapan.

suara suara yang memanggil keduanya berasal dari situ. Makayza melihat seorang wanita yang meringkuk di bawah tangga, wanita itu membekap mulutnya ketika melihat Makayza, menyuruhnya diam.

Makayza menyenggol Matthew dan menunjuk wanita itu dengan dagunya, Matthew mengacungkan tongkatnya tinggi tinggi ke arah wanita itu, tapi wanita itu menunjuk ke salah satu pintu yang ada di ujung.

"Sepertinya dia di sekap" dan setelah Makayza mengucapkan itu, sebuah pintu terbuka, menampakan seosok asap dengan bentuk mengerikan. Makayza tahu siapa itu, sosok yang ia lihat pada tahun pertama di hutang terlarang..

"Voldemort" gumamnya, nyaris seperti helaan nafas.

"Wah wah, Bertha, Kau bawa teman rupanya?" suara itu terdengar lemah namun mampu membuat Makayza merinding. Matthew berdiri didepan adiknya itu, melirik ke arah wanita yang mengibaskan tangannya.

"Pergi.. Pergi dari sini.." ujarnya lemah, Asap itu makin mendekat, menunjukan wajahnya yang seperti ular.

"Tidak baik loh mengusir tamu Bertha.." ucapnya lagi,

Makayza melepas genggaman tangan pada Matthew, dia memegang erat taring basilik itu dan memandang ke arah cincin yang bersinar di bawah lantai. dia maju perlahan  menuju cincin itu, dan ketika ia akan menusuknya Voldemort melemparnya.

"ARGH!" pekiknya, taring itu menggores lengannya.

"MAKAYZA!" pekik Matthew, buru buru berlari kearah adiknya, dia mengumamkan mantra lalu sebuah perban melilit pergelangannya.

"Oh oh, Regulus dan Elleanor Junior, sangat berani namun juga sangat bodoh" desisnya. Matthew mengacungkan tongkat itu.

"Siapa kau?" tanya nya, Voldemort terkekeh nyaring.

"Aku adalah nama yang tak pernah kau sebut" desisnya lagi, Matthew menegang, jelas betul dia tau apa maksudnya

"Alihkan perhatiannya, aku yang akan menghancurkan Horcrux itu" bisik Makayza. Matthew mengangguk mantap, dia berlari ke arah Bertha dan melemparkan mantra pelempar ke arah Voldemort.

Voldemort mendesis marah, dia mengejar Matthew, Makayza mengambil kesempatan itu dengan buru buru berlari ke arah Horcrux, namun ketika akan sampai sebuah ular besar mendesis tepat di depan wajahnya.

"STUPEFY!" wanita itu mengacungkan tongkatnya membuat ular besar itu terpental, dengan cepat Makayza menancapkan taring basilik itu ke arah cincin, menusuknya kuat kuat lalu semburat cairan berwarna merah seperti darah mencuat keluar membasahi nya dan wanita bernama Bertha, Makayza melihat Matthew yang buru buru turun dia mengambil batu itu dan mendekat ke arah Makayza dan Bertha.

terdengar lolongan nyaring yang membuat ketiganya tutup kuping

"Pegang aku cepat!" pekik Matthew, Makayza dan bertha buru buru memegang lelaki itu

"HOGWARTS!" dan ketiganya kembali berputar dan terjatuh di lapangan.

semua orang yang tadinya bertepuk tangan kini memandang mereka bertiga terkejut.

"MAKAYZA!!" Sirius memekik kaget dan segera menurunkan Harry, dia melompat ke arah Makayza yang penuh dengan darah karena baunya amis.

"Kau? mengapa di penuhi darah begini?" dia mengelap wajah Makayza, Makayza menatap Matthew yang nampaknya masih terkejut.

"Bertha Jorkins? Miss Black? bisa kau ceritakan ada apa ini? dan kemana kau pergi salam hampir 2 bulan ini" Profesor Dumbledore memandang mereka kaget.

"Little Hangleton, dan aku menghancurkan benda ke 3" dia melirik Profesor Dumbledore, lelaki tua itu agak terkejut sebelum akhirnya menyuruh Sirius membawa Makayza dan Matthew untuk membersihkan diri dan pergi ke madam Promfey, sedangakan Profesor Dumbledore sudah akan menggotong Bertha.

"Itu Barty Crouch junior, bukan Profesor Moody" ucapnya, lalu dia mengandeng Matthew menjauh dari kerumunan.

"Harry menang!" itu suara James Potter yang berada di Jubah Gaib "Harry dan anak Hufflepuff itu menang!" lanjutnya. 

dan Makayza tersenyum senang dalam diam

—★Makayza Black

Note : Cedric di turnamen ini gak methong, karena Voldemortnya masih di Little Hangleton sama Makayza dan Matthew.

Congrats buat Harry dan Cedric yang sudah memenangkan turnamen Triwizard!♡

IM BLACKWhere stories live. Discover now