"Permintaan kamu beresiko Jane, kami punya misi yang harus diselesaikan segera dan misi kemanusiaan kamu kayaknya bisa menghalangi tujuan mas JB."
"ngga papa kalo ms.Yoon gabisa bantu saya tapi kalo suatu hari saya terlibat perkelahian saya mohon... jangan hapus memori siapapun yang terlibat termasuk saya."
Aku tersenyum getir, "maaf ya.. lagi kepikiran sesuatu yang ngga bisa diceritain."
Intak dan Jungmo menghampiri kemudian menatapku, bukan tatapan menekan atau meremehkan tapi tatapan penuh empati.
"mau selesai hari ini?" tanya Intak ramah, ia memeriksa arlojinya seakan menghitung durasi karena anggota grup belajar hari ini belum lengkap, Arin dan Jongho masih berkutat dengan tugas pelajaran lain yang harus dikumpulkan besok sementara manusia di sebelahku..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"siapa yang bilang bubar wekkk." Sergahku sebal, entah kenapa siswa satu ini selalu berlawanan pendapat denganku; siapa lagi kalo bukan Niki.
"Halo haloooo!! Maaf kita terlambat." Sapa Arin dan Jongho berlarian masuk ruangan, "hari ini bahas apa ya? Bentar-bentar cari bukunya dulu yaaa hehe kalian lanjut dulu aja."
Jungmo mendengus, "Jane sama Niki datengnya udah lebih lama dari kalian jadi topiknya dah jauh, nanti Intak aja yang jelasin ke kalian ya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Oi." Panggil Jongho. "dah lama ya lu?"
"satu jam deh sebelom Niki dateng." Balasku sembari membolak balik buku catatan.
"gue denger beberapa hari yang lalu lo hadepan sama Yoojung?" Jongho membuka pembicaraan dengan nada pelan namun tatapan penuh semangat, "Gila lu berani banget dah, setau gue cuman gue doang yang berani lawan Yoojung."
