40 - dua telinga untuk mendengar satu mulut untuk berbicara

Start from the beginning
                                    

Menangis dalam sunyi, ditemani suara samar dari air keran yang mengalir dari arah dapur,

Ia tak tahu bahwa, orang yang ia kira sedang sibuk mencuci piring, ternyata ada dibalik pintu,

Menatap dirinya yang rapuh,

Mendengar isak tangisnya,

Dalam diam.

Karena ia tahu, datang dan menghiburnya tak akan merubah apapun,

Sang bungsu menutup kembali pintu itu, berpura-pura bahwa ia tak pernah sama sekali menyaksikan apa yang ada di dalam.

Oh, ternyata beginilah rasanya melindungi dalam diam.

°•°•°•°

Taufan menarik nafas panjang, "kau tak boleh menangis, bagaimana kalau terdengar oleh Solar?" Bisiknya pelan sambil memukul kedua pipinya.

Ia buka laptopnya, selalu seperti ini,

Berlari dari perasaannya dan malah mengurus pekerjaan, setidaknya dengan terus sibuk dapat membuat ia terdistraksi,

Ia meminum obat yang tadi diberikan Ying,

Dan ia baru tersadar..

Ah, sial..

Aku lupa kalau obatnya mengandung obat tidur-

Rasa kantuk yabg berlebihan membuat ia tertidur di depan monitor yang masih menyala,

Padahal biasanya ia tak pernah tertidur saat bekerja,

Etos kerjanya merasa terpukul akan hal ini, namun ia tak dapat berbuat apapun,

Ternyata tubuhnya lebih lelah dari yang ia kira.

Tanpa persetujuan darinya, ia dibawa ke dunia mimpi.

.
.
.

Setelah Solar selesai menaruh piring bersih di wadahnya, ia kembali mendekati pintu itu.

Namun sunyi, tak ada isakkan,

Ia ragu, namun setelah beberapa saat, ia memutuskan untuk membuka pintu itu,

Didapatinya sang mentor yang sedang tertidur di kursinya, dengan pipi yang menempel pada punggung tangannya,

Layar monitornya masih menyala, walau sepertinya pekerjaan nya sudah selesai.

Solar menghela nafas, "kau yang sering bilang padaku untuk tidak tidur di kursi.." ucapnya, ia meraih selimut di kasur sang mentor dan menyelimuti tubuh yang sepertinya mengurus itu,

Manik silvernya menatap sedih sosok sang kakak di depannya, "jangan terlalu lelah kak.."

Maniknya kini menelusuri perabot di depan matanya, tumpukan kertas dan juga layar monitor itu merebut atensinya.

Ia memastikan bahwa mentornya tak akan terbangun, dengan hati-hati ia membuka dokumen itu,

Ia tersentak saat membacanya,

"Ini...misi agen B apakah seperti ini?" Monolognya sambil mengerutkan alis.

Sudah lama ia curiga akan sesuatu, namun untuk saat ini ia akan mencari tahu dengan berhati-hati.

BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]Where stories live. Discover now