02. Lembah Kematian

3.5K 500 24
                                    

#day3
#Mozart

#day3#Mozart

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Setelah berdebat kecil dan sarapan dengan menu yang lumayan– banyak. Jeno dan ketiga teman barunya itu kini tengah berjalan menelusuri Lembah Mozart.

Kata Jaemin, Lembah Mozart adalah tempat terlarang di Neo City. Kabarnya, di sana terdapat se-ekor hewan pemangsa raksasa. Entah hewan apa itu.

Karena itulah, jarang sekali orang datang ke Lembah Mozart.

Mendengar cerita itu, Jeno dengan semangat mengajak mereka untuk menelusuri Lembah. Namun, dengan cepat ditolak oleh Jisung. Berakhir dengan perdebatan panjang.

Untuk ke sekian kalinya, Jisung mengumpat dalam diam. Jalanan di Lembah licin dan semak-semak begitu lebat. Kenapa juga mereka harus mengambil resiko seperti ini? Bagaimana bila makhluk itu tiba-tiba muncul?

Jisung berjanji! Dia akan melemparkan Jung Jeno untuk dimakan oleh makhluk raksasa itu nanti.

"Sebenarnya apa maksudmu mengajak kita kesini? Kita bisa mati kau tau?" Jisung lagi-lagi memprotes.

Jeno berdecak, lelah mendengar segala bentuk protes Park Jisung. "Hei! Justru tempat-tempat seperti inilah yang harusnya kita selidiki. Mungkin saja ada petunjuk disini. Orang-orang yang berpikir untuk tidak datang kemari mungkin bisa dijadikan alasan untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat persembunyian...," Jeno menjeda sejenak.

"...atau apa pun."

Jisung tidak membalas, Jeno tidak salah. Dia ada benarnya juga.

"Hei! Ayo istirahat dulu! Aku lelah."

Na Jaemin menoleh, kemudian mengangguk setuju. Sepertinya mereka sudah berjalan lumayan jauh, "Ayo istirahat sebentar."

Ke-empatnya memutuskan untuk berteduh di bawah pohon beringin. Mengistirahatkan kaki-kaki mereka barang sebentar.

"Jadi, apa yang pernah kau temukan selama ini?" –Na Jaemin.

Jeno mendengus, "Tidak banyak."

"Di Tecno, hampir seluruh wilayah sudah dirubah menjadi tempat-tempat khusus demi kepentingan Kota," terlihat Jeno sedikit menyayangkan hal itu.

"Tecno dan teknologinya memang tidak tertandingi," celetuk Chenle.

Jeno mengangguk membenarkan. Terkadang, Kotanya memang begitu gila. Menebang pohon-pohon di hutan lalu menggunakan kayu dan lahannya untuk membangun bangunan baru. Lagi dan lagi untuk kepentingan diri sendiri.

Semua orang egois, tapi ya jangan sampai overdosis - Jung Jeno

Itulah kenapa Jeno lebih sering menghabiskan waktunya di tempat favoritnya, pohon Flamboyan. Tempat yang selalu memberinya ketenangan dan kesejukan.

[1] MISSION - NOMIN ✓Where stories live. Discover now