Rey mengusap-usap kening Asa dalam posisi duduk dengan punggung menyandar di kepala ranjang. Asa diam-diam mengamati Rey yang ternyata sudah rapi dengan setelan bahan berwarna hitam.

"Rey?" panggil Asa yang hanya dibalas gumaman. "Mau kemana?"

Rey menatap dirinya sendiri yang sudah rapi. "Ah, Rey mau ke makamnya Clara, mau minta maaf karena Rey nggak bakalan dateng ke makamnya lagi. Rey mau lupain Clara dan hidup bahagia sama Asa, boleh kan?"

"Pengen ikut, boleh?" Asa menampakkan puppy eyes yang sulit untuk Rey tolak.

"Arghhh, jangan gemoy gemoy. Asa kan lagi hamil, ga boleh ke makam makam. Biar Rey wakilin aja, Asa di rumah sama Buna ya?"

"Yah." Asa cemberut.

Rey mengelus kepala sisi kiri Asa, lalu berakhir mencubit lembut pipi Asa. "Rey bakalan cepat, janji."

Asa menundukkan kepala, menatap perutnya yang besar. "Sampaiin maaf aku ke Clara ya? Aku udah rebut kamu dari dia."

"Hah? Maksudnya?" Rey semakin fokus menatap wajah Asa.

"Clara suka sama kamu, Rey. Bukannya dari dulu kalian deket itu karena saling suka?"

"Kata siapa?"

"Clara bilang kalian lagi PDKT, dan sejak kalian berdua deket juga kamu lebih suka sama Clara terus kan? Kadang pas aku gabung sama kalian, kamu malah pergi. Hehee."

Rey mengusap keningnya. "Sebenernya bukan karena itu, tapi karena," kata Rey menggantung.

"Karena?" Asa makin antusias, ia merubah posisinya menjadi duduk.

"Karena Rey cemburu Asa jadian sama Elvan," balas Rey sambil memalingkan wajah.

Asa mencondongkan wajahnya melihat wajah Rey yang berpaling. "Cemburu?"

"Iya," Rey memutar kepalanya ke kanan, dan Asa lagi-lagi mengikutinya. "Rey tipe cowok yang cemburunya ngejauhin orang yang dicemburui."

"Kenapa nggak terus terang aja--"

"Terus terang gimana? Rey kan bukan siapa-siapanya Asa, jadi Rey nggak punya hak--"

"Dulu Asa juga suka sama Rey," sambung Asa memotong ucapan Rey.

"Hah? Asa juga suka sama Rey?"

"Dikit sih, nggak sampai satu jam." Asa berucap sambil menggerakkan jari membentuk bahasa tubuh 'dikit'.

"Astagfirullah, pengen Rey serang sekarang jadinya."

Asa tertawa, Rey juga ikut-ikutan tertawa. Rey mengusap puncak kepala Asa. "Baik-baik di rumah, kalau ada apa-apa bilang Buna aja. Jangan nyakitin diri sendiri ya?"

Asa hanya mengangguk sebagai jawaban, Rey pun bersiap-siap untuk pergi. Cowok itu juga membawa kotak berisi barang-barang dari Clara, niatnya ingin ia buang hari ini juga.

Beberapa saat kemudian, pria itu keluar dari area rumah bersama motor sportnya.

***

Rey berjalan pelan menyusuri area pemakaman, bucket bunga anyelir berukuran besar terus bergerak di samping paha berlapis celana jeans hitam.

Rey berhenti sejenak, menghirup napas dalam-dalam dan mencoba mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Clara meski berbatasan dengan tanah.

Rey melanjutkan langkahnya hingga sampai di makam Clara, dia terdiam cukup lama sampai akhirnya meletakkan bunga itu di atas tanah dekat batu nisan.

"Clara, gimana kabar lo?" monolog Rey meski ia tahu tidak akan ada yang menjawabnya.

DASA (END)Where stories live. Discover now