1 - Teman Semejaku

Start from the beginning
                                    

Sementara Myungsoo mengobrak-abrik kotak pensil bergambar ultraman miliknya, mata tajam Sooji melihat sekotak stiker di dalamnya. Gadis kecil itu bertanya meski dia sudah tahu jawabannya,"Apa itu?"

"Stiker."

"Dasar! Aku tahu itu stiker. Stiker apa?"

"Stiker Pororo."

Sooji kemudian memberi isyarat kepada Myungsoo dengan jarinya. "Biar kulihat."

Myungsoo berpura-pura tidak mendengarnya dan terus mengasah pensilnya. Serutan pensil muncul dari rautan mekaniknya. Dia dengan hati-hati mengumpulkan serutan tersebut menjadi satu tumpukan.

Melihat ketidakpedulian Myungsoo, Sooji tanpa malu – memangnya ia pernah memiliki malu? – mengulurkan tangannya untuk mengambil stiker tersebut. Sooji dengan hati-hati memeriksa stiker tersebut dan merasa bahwa stiker tersebut cukup lucu. Gadis kecil itu lalu bertanya,"Aku akan melekatkannya untukmu."

"Terserah," jawab Myungsoo tak peduli.

Tanpa ragu, Sooji merobek bungkus stiker dan menempelkannya di kotak pensil dan tasnya sendiri. KOTAK PENSIL DAN TAS MILIK SOOJI.

Kim Myungsoo memutar bola matanya tak suka. Ia memang menyetujui Sooji untuk melekatkan stikernya, tapi bukan berarti gadis itu bebas melekatkannya di barang miliknya sendiri.

---

Sepulang sekolah, sebagai wali kelas II A, Guru Kang perlu memastikan bahwa setiap siswa dan siswi kelasnya dijemput dengan aman oleh orang tua mereka sebelum wanita itu bisa pulang ke rumahnya.

Kim Myungsoo adalah anak terakhir yang belum dijemput oleh orang tuanya. Guru Kang sedang berdiri disebelahnya di depan gerbang sekolah untuk menunggu orang tua Myungsoo.

Saat itu bulan September dan cuaca sudah menjadi lebih sejuk. Myungsoo mengenakan seragam sekolah lengan panjang biru dan putih. Berjemur di bawah cahaya malam yang hangat dari matahari yang terbenam, bocah kecil itu dengan penuh rasa ingin tahu menatap pejalan kaki yang lewat. Wajah mungilnya tampak putih dan halus, dengan penampilan yang bersih dan bentuk wajah yang sangat indah. Melihat wajahnya, Guru Kang bertanya-tanya berapa banyak anak gadis yang akan tergila-gila padanya di masa depan. Semoga Tuhan memberkati mereka semua.

Merasakan tatapan Guru Kang, Kim Myungsoo mengangkat kepalanya untuk melihat wali kelasnya tersebut.

Guru Kang terbatuk ringan sebelum mengingat masalah Kim Myungsoo dengan teman semejanya – Sooji. Ia merasa iba dengan bocah tampan itu. "Kim Myungsoo," panggil Guru Kang lembut.

"Ya, Guru Kang?"

"Bae Sooji, dia..." Guru Kang tampak ragu, sebelum akhirnya melanjutkan,"Jika dia menggertakmu, kau bisa memberitahuku. Jangan takut. "

Kim Myungsoo memiringkan kepalanya yang mungil, menatap Guru Kang dan bertanya,"Guru Kang, mengapa aku duduk semeja dengan Sooji?"

Guru Kang sedikit bingung dengar pertanyaan yang keluar dari bibir mungilnya. "Eh?"

Ditatap oleh sepasang mata yang tajam dan tampak jernih, Guru Kang merasa sedikit bersalah.

Wanita itu diam tapi Kim Myungsoo sudah menjawab pertanyaan itu untuknya. "Aku duduk semeja dengannya karena ayah Sooji adalah kepala sekolah, 'kan?"

Guru Kang sedikit melenguh. Anak-anak zaman sekarang memang tidak berpikiran sederhana. Dengan pikiran mereka yang lihai, bagaimana bisa semua guru terus melaksanakan tugas mereka untuk menipu para siswa-siswi mereka?

Myungsoo sudah menebak dengan benar. Dalam satu kelas, akan selalu ada siswa dengan nilai yang bagus. Kim Myungsoo adalah siswa yang cerdas dan taat. Kepala Sekolah Bae berharap putrinya akan dipengaruhi secara positif oleh anak yang luar biasa ini setelah mereka menghabiskan waktu bersama.

LOVENEMIES [END]Where stories live. Discover now