006

894 132 4
                                    

"Rose?"

Rose enggan mendongakkan kepalanya saat sebuah suara yang sudah ia kenal menyentuh indera pendengarannya.

"Plis, setidaknya ngangguk kek. Gua itu orangnya penakut, ntar l--"

"HYUNJAEEEE"

Hyunjae tergelak saat Rose meneriaki namanya dengan nada kesal. Maka dari itu, Hyunjae jongkok di samping Rose. Jari telunjuknya ia gunakan untuk menusuk nusuk pipi Rose.

"Hyunjae, jangan ish." Rose menepis tangan Hyunjae pelan tapi tetap tak dihiraukan oleh laki laki itu.

"Cie primadona sekolah nangis"

"Heh kata siapa?" bantah Rose.

"Halah halah, kiti siipi? Mau gua fotoin mata bengkak lo biar lo tau?"

"Ish ngga usah"

"Makanya, lagian kenapa sih lo pake nangis segala. Cengeng banget jadi cew-- aduhhh sakit Rose sakittt." Hyunjae meringis saat tubuhnya terus menerus diterjangi pukulan oleh gadis di sampingnya.

"Mamam tuh! Mampus kan lo." Hyunjae makin meringis saat Rose makin gencar menabok lengannya.

Karena sudah tak tahan, Hyunjae menangkap tangan Rose dan menarik Rose mendekat, "Ck, kasar banget jadi cewe," cibirnya.

"APA?!"

"Kenapa gua bisa suka cewe kasar kek lo sih. Ga paham gua"

Rose membeku. Jujur, ini bukan pertama kalinya Hyunjae mengungkapkan bahwa dirinya mempunyai perasaan pada Rose. Tapi tetap saja, siapa sih cewe ngga salting kalo dibilang suka secara langsung dengan posisi kek gini?

"Jangan jangan lo pake pelet ke gua ya?"

"MATAMU!" sarkas Rose nyolot. Hyunjae tergelak, "Nah gini kek. Jangan sedih sedih kek tadi, gua lebih suka Rose yang nyolot daripada Rose yang nangis. So-"

Hyunjae bangkit dari posisinya, "-don't cry more, Rose." Hyunjae mengelus sebentar rambut Rose sebelum melangkahkan kakinya pergi dari sana meninggalkan Rose yang masih memuat hal yang baru saja terjadi.

"ROSE"

Rose tersentak dan menoleh dengan cepat saat suara Jiho terdengar di telinganya. Rose bisa melihat kalau Jiho tengah berlari sembari menggandeng seorang laki laki ke arahnya.

"Lo nga-- NANGIS LAGI?!!!" Rose memejamkan matanya saat suara Jiho terdengar keras di telinganya, "Jiho, suara lo astaghfirullah," ucap Rose.

"Ji," panggil laki laki di samping Jiho.

"Duh, sorry, Ren," ucap Jiho. Jiho lalu mendudukkan dirinya ke samping Rose diikuti Ren yang duduk di samping Rose juga.

"Lo kenapa nangis? Lo diapa-apain sama Hyunjae ya? Tadi gue liat keknya dia abis dari sini. Hyunjae beneran?" tanya Jiho beruntun.

"Ji, satu satu!" pinta Ren saat melihat raut wajah Rose yang nampak bingung.

"Ya udah, lo kenapa?" tanya Jiho pelan.

"Gapa--"

"Coba bilang gapapa lagi! Lo mau masuk kuburan jalur mana ha?!" ancam Jiho yang sudah siap dengan ancang ancangnya. Ren hanya bisa mengelus dadanya sabar melihat kelakuan sang pacar. Nasib punya pacar yang bar bar ya kek gini.

Rose terkekeh lalu setelahnya dengan segera memasang raut wajah datar, "Gue gapapa"

"WAHH SI ANAK ANJ--"

"Jiho, bentar. Biar aku aja yang bicara sama Rose." Jiho langsung mengurungkan niatnya saat Ren berbicara seperti itu kepadanya.

Ren mengelus rambut sepupunya itu pelan, "Rose, ga semua beban bisa lo tanggung sendiri. Terkadang lo juga butuh orang lain hanya untuk sekedar ngedengerin perasaan lo," ucapnya.

"Dan inget ini, gua tau lo cewe kuat. Nyatanya lo bisa bertahan terus menerus dari hubungan yang menurut gua benar benar toxic ini"

"Gua ga bakal nuntut lo buat mutusin cowo ga guna lo itu. Gua udah bilang dari awal kan? Sekali lo ga nurutin gua, gua ga bakal peduli apapun resiko yang lo dapetin-"

"Dari awal gua ga pernah ngrestuin hubungan lo sama Jaehyun. Gua ga pernah dukung hubungan kalian karena gua tau Jaehyun itu kek apa. Tapi berkali kali lo gua beritahu, tapi lo seakan akan menuli. Lo gamau denger fakta omongan gua, walau lo juga tau sebenernya omongan gua itu bener"

"Rose, tujuan lo disekolahin itu biar jadi anak yang ngerti. Tapi lo lebih dari orang yang sebatas paham, lo pinter, lo jenius, Rose"

"Tapi lo goblok kalo soal perasaan! Cantik doang ga ada gunanya kalo otak lo juga ga cantik, Rose"

"Jujur gua capek ngingetin orang yang pura pura dongo kek lo mulu!"

Ren menatap Rose datar lalu menghela nafasnya. Tangannya meraih tangan Jiho dan mengajaknya pergi dari sana.

"Ish ngapain ajak gue juga sih. Gue mau nenangin Rose," tukas Jiho memberontak.

"Ga usah. Udah ada orang yang bakal nenangin Rose," ucap Ren. Jiho mengerutkan keningnya, "Siap--"

"Tengok aja ke belakang." Seketika Jiho menoleh ke belakang dan mendapati Jungkook dan Eunwoo yang menenangkan Rose.

"Ya udah. Tapi kenapa tadi lo kasar banget sih bicaranya"

"Rose ga bakal pernah dengerin kalo aku ngga nekanin kalimatku ke dia"

"Ren, tapi gue paham kenapa Rose ga mau putus dari Jaehyun"

"Karena cinta?"

"Ngga, gue yakin perasaan Rose udah ga sama kek dulu"

"Terus?"

"Kembali mengulang dari awal itu melelahkan"

"Ha? Gimana?"

"Ngga semua orang punya hati yang kuat untuk mengulang semuanya dari awal. Dari masa pengenalan, tahap teman, pendekatan, mengutarakan, dan bertahan. Semua itu bikin capek hati"

Ren terdiam sejenak, berusaha mencerna kata kata pacarnya itu. "Tapi cowo di samping Rose banyak. Aku yakin kamu tau kalau hubungan Rose dan Jaehyun, bukan Rose yang dihujat tapi malah Jaehyunnya"

"Maksudku, banyak cowo yang lebih baik dari Jaehyun yang ngejar Rose. Ga usah jauh jauh, Wonwoo si mantan ketos, temenku Minhyun, Mark adek kelas, Hyunjae, Younghoon, Mingyu, Win--"

"Tapi lo lupa! Itu mereka yang cinta sama Rose, bukan Rose yang cinta sama mereka. Bagi lo mereka emang cocok ama Rose, tapi apa bagi Rose, mereka pas untuk dia?"

Ren mengerjapkan matanya saat omongan Jiho memotong perkataannya.

"Cinta . . . Ga bisa dipaksain, Ren. Dan itu, bukan salah Rose karena mau merjuangin hal yang menurutnya masih bisa dia perjuangin"




























































































Wednesday, 23 June 2021

[✓] HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang