Chapter 19

3.6K 456 10
                                    


Rayyan dan keluarganya sudah berada di bandara mereka akan kembali ke Jeddah hari ini.

"Musta'idin? Yaalah narkab" (Sudah siap semuanya, ayo naik" ujar Riyadh. Dia istri anak-anak serta cucunya akan terbang ke negaranya menggunakan jet pribadi.

"Yaalah, tawakalna ala Allah" satu persatu mereka masuk ke dalam jet pribadi.

'Semoga kamu bahagia Ay. Happy Engagement' ujar Rayyan dalam hatinya sebelum naik ke dalam jet yang akan membawanya ke tempat tujuan.

Rayyan tahu hari ini Aya akan bertunangan dengan laki-laki pilihan ayahnya. Mungkin ini yang Aya rasakan saat mengetahui dirinya menikah dengan wanita lain, sakit. Tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita hanya mengikuti skenario Tuhan. Mungkin dia dan Aya memang bukan jodoh.

Rayyan duduk di samping ibunya. "Yang ikhlas ya, masih ada Noah. Kamu harus tetap semangat" Nuni menggenggam tangan putranya.

"Syukron yumah, inti daiman ila janibi" (Terimakasih bu. Kamu selalu ada di sampingku)" ujar Rayyan.

"Saakuna ma'aka daiman" (Aku akan selalu bersamamu)" Memang Rayyan yang paling dekat dengan sang ibu, mungkin karena adik-adiknya sudah menikah dan mempunyai urusan masing-masing.

Riyadh memperhatikan dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu dengan tatapan sendu, semua berawal dari dirinya yang memaksa Rayyan menikah dengan anak temannya, andai dia membiarkan Rayyan membatalkan pernikahan waktu itu, mungkin putra dan cucunya akan hidup bahagia bersama. Tapi kembali lagi mungkin ini memang takdir yang harus di jalani Rayyan.

Rayyan tersenyum pada ayahnya, dia tidak sepenuhnya menyalahkan Riyadh. Ini jelas kesalahannya yang mencintai Aya di saat dirinya sudah bertunangan dengan wanita lain. Dia yang salah, seharusnya dulu tidak memaksa Aya menerima cintanya. Kalau tahu akan sesakit ini berpisah dengan orang yang di cintai mungkin Rayyan tidak akan jatuh cinta pada wanita yang sudah memberinya seorang putra. Sekarang menyesalpun tak ada guna. Mulai sekarang hanya Noah yang akan menjadi prioritasnya, dia akan melakukan apapun untuk putra semata wayangnya. Dan untuk saat ini dia sama sekali tidak ingin mencari pendamping hidup. Baginya cukup Noah yang ada di hidupnya.

******

Di kediaman Arkan.

Hari yang tidak Aya tunggu-tunggu telah tiba. Hari ini dia dan Leo akan bertunangan. Sejak pagi semua orang sibuk menyiapkan acara nanti malam. Atas permintaan Aya dia hanya ingin tunangannya di hadiri keluarga inti saja.

Sekitar satu jam lagi keluarga Leo akan datang. Aya sudah rapi memakai kebaya brukat model tunik. Mentari sendiri yang mendesain kebaya untuk acara pertunangan putrinya.

Aya terlihat elegan dengan kebaya yang ia kenakan, model tunik yang cenderung simpel dan minimalis membuatnya terlihat cantik dengan keberadaan detail  payet pada bagian kebaya. Ia memadukan  rok jarik berwarna coklat yang disesuaikan dengan warna kebaya brukat. Tak lupa memilih warna hijab sesuai busana kebaya.

"Masha Allah cantik nya anak ayah" Arkan masuk ke kamar putrinya, dia melihat Mentari waktu muda. Cantik dan teduh untuk di pandang.

"Sudah siap?" Aya mengangguk.

"Keluarga Leo sudah datang." Arkan menuntun putrinya keluar kamar.

"Noah mana yah" Sejak tadi Aya tidak melihat anak lelakinya itu, karena sibuk menyiapkan dirinya sebaik mungkin.

"Sama si mbak di rumah oma kamu" jawab Arkan. Memang anak-anak berkumpul di rumah Indah, takut menggangu acara, karena mereka sedang masa aktif-aktifnya.

"Berbahagialah setelah ini" Arkan menggenggam jemari putrinya menuruni anak tangga rumahnya.

"Iya yah"

Semua orang sudah berkumpul, dari pihak Aya ada Indah dan semua saudara-saudara Arkan hadir dengan pasangannya masing-masing, para sepupu Aya juga turut hadir hari ini. Mereka semua tahu perasaan Aya  sekarang.

Dan dari pihak Leo ada mama papanya dan mungkin beberapa keluarga nya yang lain.
Setelah acara pembukaan oleh kedua keluarga, acara di lanjutkan dengan tukar cincin. Leo berdiri di hadapan Aya membawa cincin mewah yang sudah ia siapkan sejak kedua orang tuanya  menentukan tanggal pertunangan mereka.

Matanya tak lepas dari Aya, tunangan nya ini sangat cantik bak dewi Yunani, sungguh dia menjadi laki-laki yang paling beruntung saat ini.

Kini giliran Aya menyematkan cincin pada jari manis Leo, setelah Leo terlebih dulu menyematkan cincin pertunangan mereka di jari manisnya. Suara tepuk tangan dari keluarga mereka setelah keduanya memakai cincin tunangan. Apa yang ada di dalam hati Aya detik ini, entahlah hanya dia yang bisa merasakannya. Aya masih enggan menatap laki-laki yang sudah resmi menjadi tunangan nya ini, Aya masih menundukkan kepalanya.

"Maryam Aldama, tatap saya" ujar Leo mengangkat wajah Aya. Wanita itu memang tidak menunjukan tangisannya, tapi Leo yakin hati Aya sedang menagis saat ini.

"Terimakasih sudah mau menerima saya menjadi tunangan mu" Leo kemudian mencium puncak kepala tunangannya.

Bersambung

23 Juni 2021
THB

Duda Araban jilid 2 (END) Where stories live. Discover now