Chapter 10

4.7K 466 16
                                    

Tadi ke publish padahal belum selesai nulisnya

__________________________

Selamat membaca ❤

Rayyan dan Bayan sudah berada dalam mobil menuju perjalanan ke rumahnya. Adik keempatnya ini memang sangat dekat dengannya.

"Hal wajadat habibatik?" (Apakah kamu sudah menemukan kekasihmu)" Tanya Bayan pada kakaknya.

"Laisa ba'ad" (belum). Jawab Rayyan. Dia sudah mencari Aya hingga keluar negeri, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan kekasihmu itu.

"Madza sataf'ael al'aan" (apa yang akan kamu lakukan sekarang)"

"Istaniha" (aku akan menunggunya)"

"Idza kana ladayha habib akhar?" (Jika dia mempunyai kekasih yang lain)" Bayan menatap sang kakak. Dia tahu kakaknya itu sangat mencintai wanita yang bernama Aya. Dia belum pernah bertemu langsung dengan Aya tapi dia pernah melihatnya di ponsel Rayyan.

Rayyan menghela nafasnya "Ana faqot uridu 'an uqabil ibni" (Aku hanya ingin bertemu dengan anakku)". Rayyan tidak dapat membayangkan jika Aya mempunyai kekasih yang lain. Tapi itu mungkin saja terjadi, mengingat Aya mengetahui pernikahannya dulu. Apapun itu dia hanya ingin bertemu dengan Aya dan meminta maaf, serta ingin melihat buah hatinya dengan Aya.

"Saufa 'attakhalaa 'anha ma'a syakhs akhar, idza kana hiya sa'eedat ma'aah" (aku akan merelakan dia bersama yang lain, jika dia memang bahagia dengannya)" Ujar Rayyan padahal hatinya tidak rela Aya menjadi milik orang lain.

"Kam taqriban umur ibnik" (berapa kira-kira usia anakmu)" Keluarga besar Rayyan sangat kaget saat mengetahui Rayyan mempunyai anak di luar nikah. Tapi apa mau di kata, anak itu sudah ada di dunia ini. Marah pun percuma. Mereka juga sedih saat Rayyan tidak dapat bertemu dengan anaknya. Di sini yang di salahkan Riyadh karena sudah memaksa Rayyan menikah dengan anak temannya, padahal Rayyan sudah meminta membatalkan pernikahan mereka. Tapi tetap saja Riyadh keukeuh menyuruh Rayyan menikah dengan Reem.

"Fi umur Hamudy" (seusia Hamudy)" Rayyan mengacak-acak rambut keponakannya yang sedang tertidur di pangkuan ibunya. (Nama anak Bayan, Muhammad  tapi mereka memanggilnya Hamudy sebagai nama sayang).

"Qesah hayatik mitslu musalsal Mexsiki ya Akhi" (Kisah hidupmu seperti telenovela Mexico kakak) haaaaa" ujar Bayan membuat Rayyan mendengus kesal.

"Hal mazilty turid syai'an?" (Apa kamu masih menginginkan sesuatu)" Tanya Rayyan pada adiknya karena mobil mereka sudah masuk ke area perumahan Rayyan.

"La Syukron. Ana na'san abgo urghud" (tidak. Terimakasih. Aku ngantuk ingin tidur)".

Saat tiba di halaman rumah ternyata Nuni sudah menunggu mereka dari tadi.

"Assalamualaikum Yumah" ( Assalamualaikum ibu)" Rayyan turun dari mobil langsung mencium tangan ibunya.

"Waalaikum salam" Kemudian Nuni mengambil cucunya dari gendongan Rayyan.

"Alhamdulillah ala' salamah"

"Kefich ya Yumah" (apa kabar ibu)" ujar Bayan mencium pucuk kepala ibunya. Memang semua anak Nuni lebih tinggi darinya. Baik yang laki-laki ataupun yang perempuan.

"Alhamdulillah wa ni'mah"

"Sawili syai ya Yumah. Jo'an" (Ibu apa kau membuatkan ku sesuatu aku lapar)" ujar Bayan sambil mengelus perutnya.

"Bayan, inti mo dzubu akalty" (Bayan bukankah kamu baru saja makan)" heran Rayyan, perasaan baru tadi mereka makan dan selama di perjalanan pun Bayan tak henti-hentinya makan.

"Inta la ta'rief innu nissa alhawamil daiman yu'aanin min juue?" (Kamu tidak tahu kalau para wanita hamil selalu merasa lapar)" Tanya Bayan sengit. Memang kehamilannya kali ini sangat berbeda dengan yang pertama. Dulu dia tidak mau makan di awal kehamilan beda dengan saat ini. Selalu merasa lapar, berat badannya pun sudah naik drastis.

"Sudah.. sudah.. ibu sudah masak apa yang kamu minta tadi" Nuni tahu pasti mereka tidak akan berhenti berdebat. Bayan memang yang paling dekat dengan kakak pertamanya tapi bukan berarti mereka akur, selalu berdebat setiap kali kumpul.

"Thank you mommy" Bayan mencium wajah ibunya berkali-kali.

"Makanya jangan cuma nanam aja kemudian di tinggal kawin. Ga tau kan kalau udah jadi repotnya gimana." Sindir Bayan. Dia sempat kesal sama kakaknya karena tidak tegas menolak perintah sang ayah.

"Bayan khalas" (Bayan sudah)" ujar Nuni. Dia tahu Rayyan menderita selama ini. Dia sering melihat putra sulungnya menangis tiap malam jika dia sedang menginap di rumah Rayyan. Sudah dua tahun Rayyan tidak pulang ke negaranya.

"Toyib Yumah. Yaalah nudkhul. Ana jo'an maroh" (Baik ibu. Ayo masuk. Aku sangat lapar)" Bayan meninggalkan ibu dan kakaknya. Sedang kan anaknya sudah di bawa masuk oleh pengasuhnya.

"Maafkan adikmu ya" Nuni mengusap lengan Rayyan. Duda satu anak itu hanya tersenyum.

"Tidak apa-apa. Ayo masuk" Rayyan lalu menggandeng ibunya.

"Salam" Ujar Rayyan saat berpapasan dengan ayahnya.

"Ahlan" Ujar Riyadh. Kakek tujuh cucu itu masih terlihat gagah di usinya yang sudah lebih dari setengah abad itu. Riyadh dan Nuni akan lebih lama liburan di Indonesia. Riyadh memang sudah menugaskan semua pekerjaan nya pada Ra'ad putra ketiganya.

"Keif rahlakuma?" (Bagaimana perjalanan kalian)" saat ini mereka sudah berada di meja makan.

" Marah, sah ya akhi" (Menyenangkan. Benar kan kak)" ujar Bayan, di angguki Rayyan.  Sejak kepergian Aya dia hanya bicara seperlunya termasuk pada keluarganya kecuali sang ibu dan Bayan.

"Hafid jeddi isyh tabgo kaman" (cucu kakek mau apa lagi)" Tanya Riyadh sambil mengusap perut putrinya.

"Bali mumkin" (Ke Bali mungkin)" ujar Bayan santai sambil nyengir.

"Padahal suaminya yang Sultan Dubai kenapa sih ngerepotin kita"

"Kakak kaya ga ikhlas banget ya menuruti kemauan aku"

"Abisnya dari Singapura sekarang pengen ke Bali"

"Sekarang kan sama ayah. Beda lagi"

"Tau ah cape. Aku mau tidur." Ujar Rayyan lalu pergi ke kamarnya. Riyadh memang tidak sepasih anak-anak kalau berbicara Indonesia, tapi dia paham apa yang anak-anaknya bicarakan.

"Dari tadi kamu tuh bikin kakakmu kesal Bay." Nuni menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia sangat berharap Rayyan bertemu dengan pujaan hatinya. Berkali-kali Riyadh pernah ingin menjodohkan kembali Rayyan, tapi kali ini Nuni menolak tegas sebelum Riyadh membicarakan nya dengan putra sulung mereka. Dia meminta Riyadh tidak ikut campur soal pendamping hidup Rayyan. Biar Rayyan yang menentukan pilihannya.

Bersambung

12 Juni 2021
THB

Duda Araban jilid 2 (END) Where stories live. Discover now