Sudah sejak berjam-jam yang lalu Rey terdiam di perpustakaan sekolah, perasaannya sedang kacau sehingga ia memilih berdiam diri di tempat favoritnya.

Rey sudah melupakan Clara, tetapi justru dipaksa untuk mengingatnya kembali. Foto itu, kenapa harus membuat semuanya kacau?

Meski sangat menyayangi Asa, tetapi Rey masih memiliki berbagai macam alasan untuk tidak menyukainya. Terutama fakta tentang Clara, apa lagi Asa sedang mengandung anak dari seseorang yang sangat ia benci.

Apa aku bisa bertahan, Sa? Rey merebahkan tubuhnya di rak buku paling ujung. Kalau boleh jujur, mencintai kamu juga hal terberat yang ingin aku lakukan, Sa!

Tapi, kenapa berjuang rasanya sesulit ini?

"Mas, maaf. Perpusnya mau ditutup, tolong segera keluar ya," usir seorang penjaga perpustakaan secara halus.

"Baik, Bu." Rey pun keluar dari perpustakaan.

Sepatu vans merahnya melangkah, menyusuri koridor, menuruni tangga, melewati selasar samping, hingga berhenti setelah melihat taman yang berada di dekat sungai kecil.

Bayang-bayang Rey dan Asa waktu itu kembali terputar...

Rey memiringkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya ke wajah Asa, nyaris mencium gadis itu, tetapi bibir Rey langsung berbelok ke telinga Asa. "Okay, gue bakalan ikutin permainan lo."

Rey membuat jarak sehingga ia dapat melihat wajah Asa yang cukup tertekan. "Gue cuma harus nunggu anak itu lahir, kan? Setelahnya, gue bakalan talak lo dan lo nggak boleh nolak. Inget, ini perjanjian kita."

Rey menarik pinggang Asa sehingga tubuh mereka bersinggungan, tangannya bergerak menyelipkan rambut Asa yang menjuntai ke belakang telinga.

"Iya kan, Sayang?" Rey memaksakan senyum lebar.

"Berhenti, Rey." Asa mendorong Rey agar pria itu menjauh.

"Kenapa?!" Rey mulai menampakkan ekspresi sebenarnya, dia terlihat sangat membenci Asa. "Itu kan yang lo mau?!"
...

Rey menghela napas gusar mengingat hari itu, ia eratkan pegangannya pada tali ransel yang melingkar di bahu kanannya, sweater maroon yang ia kenakan sedikit bergoyang terhantam angin.

"Gue cuma harus nunggu anak itu lahir, kan? Setelahnya, gue bakalan talak lo dan lo nggak boleh nolak. Inget, ini perjanjian kita." Ucapan kasarnya pada Asa terus terngiang sangat jelas.

DASA (END)Where stories live. Discover now