"Takut ngumpat, Sa." Rey mengedikkan bahunya cukup lama.

"Ngumpat kenapa?"

"Sebenernya Asa tau nggak sih Tante Acil itu siapa?"

"Temennya Buna Nisha, kan?"

Tawa Rey meledak, dia mengacak rambut Asa gemas. Detik kemudian, tawa itu langsung mereda digantikan dengan wajah malas. "Dia Nyokapnya Elvan."

Klontang! Klontang! Sendok Asa terjatuh. "Apa kamu bilang?"

Rey mengangkat tangan, meminta salah satu pegawai di sana mendekat. "Tolong ganti sendok yang baru ya?"

"Baik, Mas." Pegawai itu pergi.

"Jadi, Tante Acil--"

"Iya, dia selingkuhan Bokap Rey dulu." Rey tampak tidak berminat. "Makanya Rey suka males kalau nganter Asa periksa, setiap ketemu rasanya pengen Rey tonjokin."

Asa tertawa membayangkan Rey menonjok Tante Acil. "Rey!"

"Eh serius, Sa. Nggak percaya? Rey itu jago tinju tauk! Perut Rey aja kotak-kotak ... dikit."

"Mana? Coba liat?" tantang Asa.

"Yha pengen kan? Nanti di kamar aja, Sa. Sekalian foreplay."

"Reeeeeeeyy."

"Canda, Byni." Rey menyuapi Asa lagi. "Anyway, dokter kandungan Asa bisa diganti aja nggak sih? Rey takut Asa dinakalin sama Tante Acil."

"Hahaa, enggak mungkin lah, Rey. Nggapapa kalau kamu nggak mau ngater, biar Asa sama Buna aja."

"Yah, jadi nggak enak."

"Iya, dienakin."

"Diena-ena? Mau, Sa. Mau banget."

"Otaknya Anak Buna mulai tercemar."

***

Elvan berdiri di depan pintu kedai es krim saat Rey dan Asa keluar dari tempat itu.

Asa yang kebetulan keluar lebih dulu itu langsung mematung dan mundur satu langkah karena terlalu terkejut, matanya mengerjap samar dengan kelopak melebar.

Kaki Asa tak sengaja menginjak sepatu vans milik Rey. "Kenapa sih, By--" Suara Rey berhenti kala ia melihat Elvan yang berdiri sejauh dua langkah di depan mereka.

Rey sontak membawa Asa ke belakang tubuhnya, melindungi gadis itu dari Elvan. "Brengsek lo! Masih berani nampakkin diri di depan Asa?!"

Rey mencengkram baju Elvan penuh geram. "Mau lo apa sih? Masih belum puas nyakitin Asa? Makanya sekarang lo dateng lagi?!"

"Gue cuma pengen ketemu sama Asa sebentar aja, Rey. Plis ijinin gue--"

Bugh! Rey menonjok pipi Elvan hingga pria berjaket jeans itu oleng ke kiri. "Cowok nggak tau malu lo! Masih nggak cukup bikin Asa gue menderita? Sekarang lo mau apa lagi, Bangsat!"

"Maafin gue, Rey. Gue udah nahan berbulan-bulan, dan sekarang gue pengen banget ketemu sama Asa."

"Lo nggak pantes ngomong sama Asa--"

"Rey!" Asa menengahi, gadis itu menjauhkan Rey dari Elvan. Asa berpikir sejenak, lalu meminta ijin pada suaminya. "Biarin aku ngomong sama Elvan sebentar aja?"

"Nggak! Harus sama gue!" Rey menggenggam tangan Asa erat-erat.

"Di taman sebrang doang, kamu bisa ngawasin aku dari sini."

"Tapi, Sa--"

"Rey," potong Asa terlihat sangat memohon.

Rey melepaskan tangan Asa. "Lima menit aja, lebih dari itu Elvan bakalan Rey bunuh!"

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang