10. Dinner?

202 32 2
                                    


Kiara dan Siska berjalan bergandengan menuju kantin kantor, karena waktu istirahat sudah tiba.

Tiba-tiba dari arah belakang Kinan berjalan dengan cepat lalu mendorong badannya di antara Kiara dan Siska, sehingga tangan mereka yang terpaut terlepas.

"Apa-apaan sih lo!"

"Lagian lo berdua ngapain jalan bergandengan di tengah jalan?! Haa?! Gak tau apa! Orang lain juga mau lewat!" balas Kinan. Siska melihat ke sekitarnya.

"Suka-suka kita lah! Lo iri ya?" tanya Siska dengan nada cemooh.

"Ngapain juga gue iri sama kalian! Gak ada faedahnya!"

"Halaah! Bilang aja karena lo gak ada temannya! Makanya jadi orang tu yang baik dikit! Biar lo punya kawan!" Kinan menghentakkan kakinya dengan kuat ketika mendengar ucapan Siska, lalu berlalu pergi.

"Dasar sumber masalah," kata Siska ketika melihat punggung Kinan sudah menghilang dari pandangannya.

Mereka kembali berjalan menuju kantin kantor. Ketika ingin masuk, Alam tiba-tiba memanggil Kiara dan menyuruhnya datang ke Caffe yang tidak jauh dari kantor.

"Ada apa, Pak?" tanya Kiara ketika sudah duduk di hadapan Alam. Alam menatap Kiara sebentar lalu meminum minumannya.

"Ada proyek besar, kita harus memenangkannya. Jika menang, perusahaan kita akan meraup keuntungan besar, dan itu berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan kita," kata Alam to the point. Kiara mangut-mangut lalu meminum minumannya.

"Oke, lalu apa yang akan kita lakukan, Pak?" tanya Kiara.

"Kita harus mengeluarkan produk baru yang lebih unggul dari perusahaan lain, karena untuk proyek yang sekarang banyak perusahaan yang juga ikut andil di dalamnya. Dan tugas kamu adalah, pikirkan produk apa yang harus di keluarkan, usahakan agar hasilnya memuaskan."

"Baik, Pak." Kiara menjawab dengan mantap.

Tok! Tok! Tok!

Pintu di ketuk dari luar. Maklum, sekarang mereka berada di ruangan VIP.

"Masuk."

Kiara memandang jengah wanita yang sudah masuk dengan jalan berlenggak-lenggok.

"Ada apa?" tanya Alam ketika Kinan sudah di depannya.

"Mmm ... ini, Pak. Saya mau ngasih map ini, silahkan di tanda tangani," kata Kinan sambil menyerahkan sebuah map pada Alam. Alam menatap Kinan dengan heran.

"Ini waktu istirahat, kenapa anda tidak memberikannnya jika nanti jam kerja sudah masuk kembali? Apa anda tidak letih? Saya memberikan waktu istirahat untuk karyawan. Karena saya tau mengerjakan pekerjaan itu bukan hal yang mudah," kata Alam panjang lebar. Kiara menatap Kinan dengan sinis.

"Ma--maaf, Pak," Kinan menjawab dengan gugup.

"Kenapa Anda bisa tau jika kami sedang disini?" tanya Alam kembali. Bahasanya begitu formal.

Wajah Kinan seketika menegang. Tidak mungkin jika dia mengatakan kalau tadi dia mengikuti Kiara. Kinan memutar otak mencari jawaban.

"Ta–tadi Buk Rosa yang nyuruh, Pak." terpaksa Kinan membawa nama atasannya.

"Rosa? Bukannya hari ini dia tidak masuk kerja?" tanya Alam kembali. Wajah Kinan kembali menegang.

"Eh, a–anu, itu Pak ... mmm."

"Udahlah, kalo memang dasarnya bohong mending lo jujur. Atasan kok di tipu." Kiara angkat bicara.

"Anda berbohong." Alam berucap dengan tajam. Kinan hanya diam.

TETANGGAKU MANTANKU Where stories live. Discover now