05. Dia Bossnya?!

143 13 1
                                    


"Pagi Ma," sapa Kiara pada mamanya yang tengah berkutat di dapur.

"Udah rapi aja, mau kemana?" tanya mamanya sambilmenyodorkan sepiring nasi goreng dan segelas susu di hadapan Kiara yang tengah duduk.

"Aku mau lamar kerja, Ma. Doain ya Ma, biar aku di terima," kata Kiara sambil menatap mamanya dengan senyuman. Mamanya yang mendengarnya duduk berseberangan dengan Kiara, lalu menatap anak semata wayangnya itu dengan lekat.

"Dari pada kamu lamar kerja, mending kamu urus aja tuh, perusahaan bengkel kita," kata mamanya yang membuat senyumdi wajah Kiara memudar.

"Aku cuma paham dikit, Ma. Lagian aku kerja juga buat nambah pengalaman." Mendengar jawaban Kiara, mamanya menghembuskan napas berat.

"Yaudah kalo itu mau kamu, Mama dukung aja."

"Makasih Ma."

"Iya. Buruan makan, ntar telat loh."

Kiara mengangguk dan langsung menyantap makanannya. Setelah selesai, dia mereguk segelas susu hangat hingga tandas lalu berpamitan pada mamanya.

Kiara mengeluarkan motor kesayangnnya dari bagasi, setelah itu dia melajukannya menuju tempat tujuannya. Bukan karena apa, tetapi Kiara lebih suka mengendarai motor dari pada mobil.

20 menit di perjalanan, Kiara memarkirkan motornya di tempat parkir. Sebelum masuk, dia memperhatikan wajahnya dengan seksama di kaca spion. Setelah  merasa semuanya baik-baik saja, Kiara berjalan masuk.

Kiara bertanya pada resepsionis, kebetulan kantor ini ada lowongan pekerjaan. Kiara berjalan menuju ruang antrian, ternyata banyak juga orang yang ingin melamar kerja di kantor itu. Bagaimana tidak? Kantor ini adalah perusahaan terkenal di kotanya. Ardi Atlanta Grup, adalah nama kantor ini. Dimana kantor ini selalu menjadi impian orang-orang yang lulus sarjana di bidang perkantoran untuk bekerja disini.

10 menit menunggu, akhirnya nama Kiara di panggil. Kiara berjalan menuju ruang wawancara dengan gugup, walaupun dia sudah pernah melamar kerja tapi bawaannya selalu tegang.

Kiara duduk di bangku yang sudah di sediakan, ketika hendak memulai, pintu tiba-tiba di ketuk dari luar.

"Masuk," kata pak pengacara.

Kiara di buat kaget ketika yang masuk adalah Alam. Dia masuk dengan memakai baju ala kantoran. Apakah dia bekerja disini?

"Kiara? Lo ngapain kesini?" tanya Alam.

"Mau lamar kerja," balas Kiara dengan ketus. Alam yang mendengarnya seketika tersenyum yang membuat Kiara menatapnya sinis.

"Ngapain lo senyum-senyum gitu?! Gue tau gue cantik!" Kiara berucap dengan PD.

"Heh! Kamu harusnya sopan sama Pak Alam! Karena dia Boss di kantor ini!" Kiara langsung terkejut ketika mendengar ucapan pak pengacara.

"Apa? Dia Bossnya?! Haha!! ... gak usah ngarang deh Pak," kata Kiara tergelak.

"Saya memang Boss di kantor ini. Nama kantor ini Ardi Atlanta Grup, 'Atlanta' anda tau 'kan, kalau itu adalah nama akhiran saya. Papa Saya menyuruh Saya untuk mengurus kantor ini, jika anda tidak percaya juga tidak apa-apa," kata Alam menjelaskan. Kiara yang mendengarnya tercengang, gaya bicara Alam lebih formal dari pada gaya bicaranya di rumah. Tapi memang bagus juga sih, 'kan lebih profesional gitu. Batin Kiara.

"O--oh gitu ya, maaf gue gak tau," balas Kiara gugup. Apakah nanti dia akan bekerja disini? Secara baru melamar kerja saja dia sudah merendahkanBossnya.

"Apakah dia sudah selesai di wawancara, Pak?"

"Belum, Pak. Ini masih mau mulai."

"Angkat dia menjadi Sekretaris saya, soalnya sekretaris yang lama mengundurkan diri," kata Alam menjelaskan yang membuat Kiara tercengang. Do satu sisi dia bahagia karena langsung di angkat menjadi sekretaris, di satu sisi lagidia kecewa karena harus berdampingan dengan Alam.

"Bagaimana Kiara? Apa anda setuju?" tanya Alam.

"Sa--saya setuju, Pak." Kiara menjawab dengan gugup. Alam yang mendengarnya seketika tersenyum devil.

"Baik, besok anda sudah boleh kerja. Dan ingat! Jam delapan anda sudah harus berada di kantor, jangan sampai telat!" Alam berucap dengan tegas.

Alam mengangguk dan berbincang-bincang sebentar dengan pengacaranya tadi, setelah itu dia keluar tanpa melirik Kiara. Kiara yang melihatnya mencebik kesal lalu keluar karena masih banyak orang-orang yang ingin di wawancarai.

Kiara berjalan menuju parkiran, matanya seketika membulat ketika  melihat kondisi motornya. Semua body motornya hilang juga dengan kedua ban motornya. Kiara hampir menangis melihatnya.

*****

Setelah satu jam membawa motornya ke bengkel, akhirnya semuanya sudah terpasang lengkap. Kini Kiara sudah berada di jalan, dia terus saja memikirkan bagaimana nasibnya nanti jika sudah bekerja dengan Alam. Ingin mundur, tapi rasanya sangat sayang.

Tiiiiiiiin!

"Aaaaaa!!"

Brak!

"Aduh, kaki gue sakit banget," lirih Kiara sambil mengusap kakinya yang bersentuhan langsung dengan aspal.

"Haha! Gimana? Enak?" Kiara menatap orang yang mengejeknya dengan tajam.

"Alam!! Lo tu apa-apaan sih?! Kaki gue sakit banget ini!" bentak Kiara.

"Bodo amat," jawab Alam dengan menutup kaca mobilnya lalu berlalu pergi. Kiara menyumpahi Alam dengan berbagai umpatan. Dengan tertatih-tatih, Kiara berjalan menuju motornya yang sudah tergeletak di aspal, dia mendirikan motornya lalu dengan hati-hati dia melajukannya.

*****

"Assalamualaikum, Ma."

"Waalaikumsalam. Kiara kamu kenapa? Kaki kamu kok berdarah?" tanya mamanya terkejut ketika membuka pintu langsung di suguhkan pemandangan yang memprihatinkan.

"Gapapa kok, Ma," kata Kiara lalu berjalan menuju ruang tamu. Mamanya mengekor dari belakang dengan membawa obat merah.

"Lurusin dulu kakinya, biar Mama obatin." Kiara menuruti perkataan mamanya. Mamanya langsung mengoleskan obat merah ke tulang kering kaki Kiara. Kiara meringis kesakitan ketika obat tersebut membuat lukanya bertambah perih.

"Kenapa bisa gini?" tanya mamanya.

"Gapapa kok Ma, tadi ada masalah kecil," jawab Kiara.

****

"Alam! Anterin ini ya, ke rumah Kiara. Kata Mamanya Kiara jatuh dari motor, trus kakinya berdarah." Alam yang sedang bermain ponsel seketika berhenti ketika mamanya menyodorkan sekotak buah-buahan juga beberapa kue kering lainnya untuk di antarkan ke rumah Kiara.

Alam mengangguk dan berlalu pergi ke rumah Kiara.

Alam menekan bel rumah Kiara ketika sudah sampai di pintu. Tidak lama kemudian mama Kiara membukakan pintu.

"Alam? Masuk dulu Nak," kata mama Kiara. Alam mengangguk lalu masuk ke rumah Kiara. Setelah duduk di atas sofa, Alam berdehem sebentar.

"Mmm Tante, tadi aku di suruh Mama anterin ini, karena katanya Kiara jatuh dari motor," kata Alam sambil meletakkan yang dia bawa tadi ke atas meja.

"Makasih ya Nak Alam."

"Iya Tante sama-sama, Kiaranya mana Tante? Alam mau lihat kondisinya," kata Alam.

Mama Kiara langsung mengajak Alam ke kamar Kiara. Ketika sudah berada di kamar Kiara, Alam melihat Kiara tengah tertidur.

Mama Kiara memperlihatkan luka di kaki Kiara. Alam yang melihatnya menjadi iba ketika luka Kiara cukup lebar.

Setelah berpartisipasi pada mama Kiara, Alam langsung pulang ke rumahnya.

"Apa gue terlalu berlebihan ya? Ngerjain Kiara? Karena tadi lukanya cukup lebar," lirih Alam sambil menatap kamar Kiara dari balkon kamarnya.

____ Bersambung ____

TETANGGAKU MANTANKU Where stories live. Discover now