"Oucchh, Anak Buna!" Asa mencubit dua pipi Rey, lalu menggesernya ke kanan dan ke kiri. "Ternyata penakut abis."

"Serius, Sa. Malah diejek ih." Rey melengkungkan bibirnya ke bawah.

"Sini, sini, Asa peluk." Rey menatap ke sekeliling, gelap, tidak ada yang memperhatikan mereka, semua orang fokus pada film.

Rey tersenyum manja, kemudian melompat ke pelukan Asa.

***

Rey dan Asa berjalan-jalan keluar bioskop, mereka keluar masuk pertokoan seperti pasangan pada umumnya.

Aurel juga mengajak Elvan untuk berkeliling, tetapi fokus Elvan terus mengarah pada Rey dan Asa. Rasanya sakit, dadanya terasa sangat nyeri melihat kemesraan mereka.

Elvan selalu saja ingin mendekat, dia juga ingin memegang perut Asa yang membesar. Elvan ingin menanyakan kabarnya, tetapi semuanya sepertinya baik-baik saja. Terlihat jelas dari senyum lebar yang terus Asa cetak di wajahnya.

Aurel menggerakkan mesin capitan boneka, sedangkan Elvan terus menatap Rey dan Asa yang sedang bermain tembak-menembak.

"Debaynya cowok ya, pantes aja dari tadi minta main tembak-tembakan sama bola basket." Rey mengelus perut Asa, tepat di depan mata Elvan.

"Rey, maluuuuu." Asa memegang tangan Rey lembut dan menurunkannya dari perut.

"Kenapa harus malu? Rey suka kok, Rey suka semuanya tentang Asa. Jadi, nggak perlu ngurusin cara pandang orang lain."

Mereka terus bermain di timezone, mencoba semua permainan yang aman untuk bumil, juga memainkan mesin capitan boneka. Gagal, sudah sembilan kali Rey mencoba, dia tetap tidak bisa mendapatkannya.

Sementara Elvan, dia langsung mendapatkannya hanya dengan sekali mencoba.

Di antara mesin capitan boneka itu, Rey melihat wujud Elvan yang terpantul dari kaca. Rey berbalik dan melihat Elvan yang sedang menatap Asa.

Tepat ketika Asa hendak ikut berbalik, Rey langsung memeluknya agar Asa tidak melihat Elvan. "Kenapa sih, Rey?"

"Kita cari baju buat Mas Debay aja yuk?"

"Ayo," Asa mengangguk dengan senyuman.

Rey mengajak Asa ke baju-baju bayi. Elvan ingin mengikutinya, tetapi Aurel menahannya tanpa tahu jika fokus Elvan sedang tertuju pada Asa.

"Ini bagus, Sa." Rey menyodorkan baju bayi berwarna biru.

"Enggak mau, bagus yang ini." Asa menunjuk baju pink.

"Cowo make pink, Sa? Anak kita nggak gini, kan?" Rey menggerakkan tangan letoy saat berkata gini.

"Ya enggapapa, kan imut-imut kayak Ayah angkatnya."

"Angkatnya bisa diilangin aja?"

"Hm?"

"Aku pengen jadi Ayah beneran, Sa. Bukan Ayah angkat."

Sekali lagi, hati Asa menghangat. Perlakuan Rey benar-benar membuatnya merasa bahagia, kupu-kupu seolah berterbangan di dalam perutnya.

***

Setelah tahu jika di mall ada Asa, Aurel segera mengajak Elvan keluar dari mall. Mereka kini berjalan di area parkir samping mall, tetapi Elvan masih saja ingin masuk ke dalam mall dan menemui Asa.

"Lo mau bikin kita malu apa?!" cegah Aurel menahan tangan Elvan. "Setiap kali lo ketemu Rey, kalian pasti bakalan berantem."

"Gue cuma pengen ketemu sama Asa!" Elvan menepis tangan Aurel.

DASA (END)Where stories live. Discover now