"Emangnya Rey mau kemana?"

"Iya maksudnya, kalau Rey sekolah gitu lho, Bunda." Rey mengusak pucak kepala Asa, harus banget ya diperjelas dulu?

Asa menggeleng. "Nggak mau, Rey!"

"Loh kenapa?" Rey semakin menatap Asa intens.

"Asa nggak suka kenal orang baru."

"Lah, kenapa sih? Takut digigit?"

"Ya enggak juga, cuma nggak nyaman aja."

"Terus kalau Rey ke sekolah Asa gimana? Rey nggak mau Asa sendirian lagi, mau ya?"

"Nggak mau, Rey. Asa nggak suka."

"Hiiiihhhhh, terus mau gimana? Mau sendiri aja di rumah? Atau mau ke--" Sesuatu tiba-tiba terlintas di kepala Rey. "Daycare deket rumah?"

"Daycare?" Asa berpikir sejenak. "Iya, Sa. Ke tempat penitipan anak, main sama Debay."

"Ih mauuuuuuu," Asa excited.

Rey melebarkan matanya. "Eh, seriusan?"

"Iya, mau. Asa pengen belajar jadi ibu yang baik, bukan ibu yang begonya nggak ketulungan."

Rey membekap bibirnya menggunakan kepalan tangan begitu mendengar penuturan Asa. "Jadi, malam itu Asa belum tidur? Asa denger semua yang Rey bilang?"

"Iya." Asa mengangguk. "Asa juga denger yang Rey pengen cepet-cepet unboxing Asa."

Rey menipiskan bibirnya, menahan malu yang menggebu. Asa mengucapkan dengan sangat ringan seperti tanpa beban, membuat Rey semakin malu.

"Kenapa baru bilang ih! Bikin malu aja!" Rey mencubit pipi Asa, lalu menariknya ke kanan dan ke kiri.

"Ih sakit Mas Husbuuuuu."

"Pengen tak cium!" Rey mendekatkan bibirnya ke wajah Asa, satu centi lagi benda kenyal mereka akan bersinggungan.

Tin! Tin! Tin!

"Ya Allah, dikit lagi juga." Rey mendecak, dia kembali mengendarai mobilnya.

Asa terkikik lucu. Sejurus kemudian, sebuah kecupan manis mendarat di pipi kiri Rey.

Rey memegang pipi kirinya. "Huh, fix ini mah nanti harus muah muah di bioskop. Pokoknya harus pilih yang pojok paling belakang."

"Reeeeyy!" Asa menutup pipinya geli.

***

Elvan memarkirkan motornya di salah satu mall besar di pusat kota, Aurel yang duduk di belakangnya itu bergegas turun dan melepas helm bogo coklat.

"Cepetan, Elvan!" rengek Aurel memeluk lengan Elvan yang baru turun dari motornya.

"Iya, gue lepas dulu helmnya." Elvan melepas helm fullfacenya, tampak sedikit tidak berminat.

Karena Elvan tidak ada kegiatan, Aurel terus memaksanya untuk menemani gadis itu jalan-jalan. Elvan juga tidak memiliki alasan untuk menolak, setidaknya pikirannya dapat teralihkan dari Asa dan basket.

Elvan, Aurel, Rey, dan Asa sama-sama memasuki mall yang sama. Hanya saja Elvan dan Aurel melalui pintu depan, sementara Asa dan Rey melalui pintu parkiran bawah tanah dan menaiki lift untuk naik ke lantai enam.

Rey terus menggandeng tangan Asa, seolah Asa adalah anak kecil yang dapat hilang jika tidak ia pegang. Saat membeli tiket dan popcorn pun Rey masih senantiasa menggenggam tangan mungil dengan bekas luka itu.

"Itu serius udah hamil?"

"Ya ampun, gue umur segitu masih pusing mikirin pelajaran."

"Dia beneran suaminya bukan sih?"

"Keknya bukan deh, muda banget. Kakaknya kalik."

Asa menarik tangannya dari genggaman Rey setelah mendengar cibiran orang-orang di sekitarnya. Tidak keras memang, tetapi masih mampu terdengar di telinga Asa hingga membuat gadis itu insecure.

"Kenapa?" Rey kembali menggenggam tangan Asa, kali ini secara paksa karena Asa terus melepas genggamannya. "Kenapa Asa?"

Asa menunduk sambil mengusap perutnya yang membesar, gadis berbaju hitam panjang dan rok kontak sepanjang betis itu terus membisu sambil menjauhkan diri dari Rey.

Rey peka, dia sadar dengan tatapan orang-orang di sekitarnya. Rey pun semakin mendekati Asa sambil memanggilnya keras-keras. "Sayang! Jangan jauh-jauh!"

"Sini! Jangan berdiri terus, nanti kamu kecapekan!" ucap Rey yang sengaja dibesar-besarkan agar orang-orang di sekitar sana tau jika Asa adalah miliknya.

Asa melotot malu-malu blushing, pipinya sudah merona karena Rey memanggilnya sayang secara terang-terangan di depan umum. "Rey!"

Rey mengusak puncak kepala Asa lembut, membuat beberapa gadis di tempat itu iri melihatnya. Apa lagi saat pria itu memeluk punggung Asa dan mengajaknya duduk di sofa ruang tunggu, beberapa gadis langsung memekik tak percaya.

Perlakuan Rey terlalu manis, membuat orang-orang di sana merasa sangat ingin berada di posisi Asa yang begitu dimanjakan.

Dan di sana, di dekat dua pintu kaca tempat masuk bioskop premium itu. Elvan membatu melihat kemesraan dua orang yang sangat ia kenali, terutama mantan kekasihnya sendiri yang terlihat sangat bahagia.

TBC.

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Tim #ReySa atau #AuVan?

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Jangan lupa follow akunku juga, karena tiap update akan selalu aku umumin di wall.

7K komen ya, nanti aku update lagi. ♥
Jangan cefat-cefat, vliss.

Spam apa aja boleh »

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
ILYSM Dash ✨

DASA (END)Where stories live. Discover now