08 - Ucapan terimakasih

325 55 3
                                    

Chenle berjalan memasuki kelasnya setelah mengantar Starla tadi ke uks, dirinya memutuskan untuk pulang bersama Starla setelah jam sekolah selesai nanti.

Laki laki bertubuh tinggi itu mendudukan dirinya dikursi mejanya bersama Jisung. Teman temannya yang lain sudah kembali lebih awal karna Chenle ada urusan sebelumnya.

"Chen balik sekolah jadi rapat lagi?" seru Jeno yang duduk didepan Chenle.

Chenle menoleh ke sumber suarapun diam tak bergeming. Dirinya hampir melupakan sesuatu yang seharusnya sudah menjadi rencananya hari ini sepulang sekolah.

"Bawa yang lain kumpul, jangan bubar sampai gue datang," intruksi Chenle langsung diangguki oleh Jeno.

"Tukang urut deket sekolah dimana?" ujar Chenle berbisik pada Jisung.

Jisung yang mendengar suara kecil Chenle dipendengarannya langsung tertawa keras. "Mau ngapain lo nanyain tukang urut? Turun bero lo?" ejek laki laki itu setelah reda tawanya.

Chenle langsung meninju lengan Jisung kesal. "Bukan buat gue," ujar Chenle merotasikan mata malas.

"Gue gak tau, tapi coba aja bawa ke warbel," saran Jisung dan Chenle hanya manggut manggut.

"Di warbel emang ada tukang urut?" sahut Jaemin yang sedari tadi menguping pembicaraan temannya.

Jisung tersenyum lebar. "Gak ada sih, gue cuman mau liat aja siapa yang dibawa Chenle nanti," jawab laki laki itu yang langsung mendapat pukulan mentah dari Jaemin.

"Kualat lo godain hak paten Chenle," ujar Jaemin pada Jisung.

"Ya napa si, lo juga suka gangguin Starla," celetuk Jisung membuat Jaemin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Berisik, ibu galak udah masuk!" Jeno menginterupsi teman temannya untuk tidak berdebat lagi karna guru sudah masuk ke dalam kelas mereka.

•●•

Jam sekolah menunjukan waktu kegiatan selesai hari ini. Starla yang awalnya menunggu di uks akhirnya di bantu oleh temannya, Ryujin berjalan menuju parkiran.

Sampai disana, Ryujin melihat Chenle dan sekumpulan temannya sedang menunggu mereka pun langsung menghampirinya.

"Bentar, Chenle siapa lo? Dan lo ngapain nyuruh gue anter Starla kesini? Emang mau pulang sama lo?" ujar Ryujin berderet menatap Starla dan Chenle secara bergantian.

"Udah nok jangan banyak tanya, kita pulang aja sekarang, itu urusan bapak negara gak usah ikut campur," sahut sang pacar yang langsung menarik lengan Ryujin dan membawanya pulang bersama.

"Ya udah kita duluan ya," ujar Jaemin dan teman teman Chenle yang lain.

"BTW TEMEN GUE JANGAN NYAMPE LECET!" seru Ryujin sebelum Haechan benar benar membawanya pergi dari sana.

Chenle yang hanya diam berdiri disamping motornya dengan tangan yang dilipat depan dadapun menatap ke arah Starla datar. "Naik," titah Chenle.

Starla mengangguk cepat. Sementara Chenle menghidupkan motornya Starla tidak sempat naik karna pinggulnya benar benar terasa ngilu saat ini.

"Kenapa?" ujar Chenle menatap Starla yang belum naik ke atas motornya.

"Anu..itu.."

"Apa?"

"Itu.. sakit." Starla memejamkan matanya berharap Chenle tidak menatapnya dengan tatapan tajam seperti sebelumnya.

"Jangan manja, cepet naik."

Starla pikir Chenle akan membantu dirinya naik ke atas motornya ini malah mendapat kata kata tidak enak darinya.

Mereka berdua akhirnya pergi bersama menuju tukang urut yang diberitahu oleh Jisung.

(i) ʜɪʀᴀᴇᴛʜ [ᶜʰᵉⁿˡᵉ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang