"Yah, Buna mah."

"Iya kan, Sa? Udah janji sama Bunda mau belanja baju." Nisha mengedipkan sebelah matanya.

"I-iya, Mas, kamu sekolah sana, eh, Rey." Asa membekap bibirnya, malu memanggil Rey dengan sebutan Mas di depan Bunda.

"Ah, lulus kilat aja bisa nggak sih? Rey juga pengen ikut belanja."

***

"Bunaaaaa!" Rey kecil berlari ke pelukan Nisha yang sedang berjongkok di depan bangunan tempat penitipan anak.

"Hati-hati, Mas!" Nisha menunggu putranya sampai benar-benar dapat ia peluk.

Nisha mencium putranya penuh sayang. "Hari ini ngapain aja, Mas?"

"Mandi sama Asa," jawab laki-laki berumur empat tahun itu sambil menggaruk kepalanya.

"Heeeehhh, mandi?"

"Iya, Buna. Mandi bola."

"Astagfirullah, kalau ngomong itu yang lengkap, Mas! Ayo pulang."

Nisha menuntun Rey keluar, tetapi Rey berhenti di pagar kayu. "Rey nggak mau pulang."

"Loh, kenapa?" Nisha berjongkok lagi, berusaha pengertian pada putranya. "Mas mau jajan? Es krim? Es krim minion?"

"Minion!" Mata Rey berbinar. "Lrey mau!"

"Hayu beli yu, terus pulang. Hari ini Papa pulang ke rumah loh. Mas katanya kangen?"

Nisha menuntun Rey lagi, tapi Rey tidak beranjak dari tempatnya. "Pulang, Mas. Kenapa? Mau bobo di sini?"

"Asa belom dijemput, Buna."

"Ooooo," Nisha menggoda Rey, wanita itu mencubit-cubit perut buncit Rey. "Jadi gara-gara Asa, cie, ciee."

"Bunaaaaaaaa," rengek Rey. "Kasian Asa sendirian, Lrey pengen nemenin Asa."

"Iya udah, sana temenin Asa biar Bunda telpon Papanya Asa."

Rey memekik senang, anak laki-laki itu kembali memasuki tempat menitipan anak dan bermain lagi bersama Asa.

Nisha memang sengaja tidak menyewa babysitter, dia lebih suka Rey dititipkan di tempat penitipan anak agar dapat belajar berinteraksi dengan teman sebaya sebelum masuk tk.
...

Rey menatap foto lama Rey dan Asa kecil, saat itu Rey yang memeluk leher Asa, sedangkan wajah Asa datar seperti seseorang yang tidak bersemangat.

Dulu Asa selalu terlihat lesu, dan Rey sangat senang menjahili Asa. Melihat gadis kecil itu tersenyum adalah jalan ninja Rey kecil.

Tetapi, setelah masuk SD dan SMP. Rey tidak bisa menemui Asa sesering dulu, dia masuk asrama sehingga waktu di luarnya terbatas. Terkadang Rey diam-diam melihat Asa dari kejauhan tanpa Asa sadari.

Dan ketika masuk SMA, Rey sangat senang dapat satu sekolah dengan gadis itu. Mereka bahkan menjadi teman satu kelas.

Rey kembali bernostalgia...

"Asa!" panggil Rey. "Ini juga bagus buat belajar management, rekomendasi dari Buna."

Asa menerima buku dari Rey dan mengangguk berterimakasih, dia terlihat sangat kaku.

Rey mengerutkan keningnya. Jadi, Asa tidak mengingatnya?

"Gue juga kelas X-1, sekelas sama lo."

Asa berkedip dua kali. "O-oh."

Beneran lupa?
...

Jika mengingat waktu itu, Rey sangat kesal karena Asa tidak mengingatnya.

Rey tersenyum kecil, pria berseragam rapi itu kembali memasukkan foto Rey dan Asa ke dalam dompetnya.

"Buna, Lrey pengen hidup sama Asa. Boleh, kan? Besok kalau Lrey besalr, Lrey mau dijodohin ya sama Asa? Lrey pengen bikin Asa bahagia, dia selalu mulrung kalau di tk."

Rey terkekeh pelan mengingat ucapannya dulu. Sekarang semesta benar-benar mengabulkan keinginan itu, ya meskipun dengan cara yang sedikit tidak dia sukai.

TBC.

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Jangan lupa follow akunku juga, karena tiap update akan selalu aku umumin di wall.

6K komen ya, nanti aku update lagi. ♥
Jangan cefat-cefat, vliss.

Spam apa aja boleh »

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
ILYSM Dash ✨

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang