"Maaaaas! Mas! Mas! Mas!"

"Ih geli tau nggak?" Rey menghadap Asa dengan kaki terlipat, dia menangkup wajah Asa dan menggoyangkannya pelan. "Geli! Geli! Geli! Geli! Jangan panggil Mas."

"Terus siapa? Husbu?"

"Ih geliiiiii."

"Mas Husbu!" Asa menjahili Rey.

"Ih berhenti nggak? Rey serang sekarang loh!"

"Mas Husbu! Mas Husbu! Mas Hus-mmmppphh." Rey benar-benar mencium Asa sekarang. Entah mendapat keberanian dari mana, mungkin karena nafsunya meningkat?

"Rey," Asa menutup bibirnya terkejut, silahturahmi ini terasa sangat canggung.

"Udah Rey peringatin tadi, Asa malah nggak berhenti." Rey kembali menatap bibir Asa yang basah karena ulahnya, kemudian bergeser menatap mata Asa. "Mau lagi?"

Asa meneguk salivanya, kemudian mengangguk samar. Rey tertawa sambil mengacak puncak kepala Asa. "Jadi cewek jangan gampangan bisa nggak sih?"

"Rey!" Asa mendecak karena semua rambutnya menutupi wajah.

"Kalau misal Rey minta sekarang juga mau Asa kasih gitu?" tanya Rey menjorok ke hubungan suami istri.

Asa merotasikan bola matanya ke kiri, dia mengangguk lagi.

"Astagfirullah, dapet bini gini amat." Rey mencubit hidung Asa. "Pantes aja Elvan semena-mena sama Asa! Ngeselin tau nggak?"

"Katanya kalau sayang harus mau, Rey."

"Kata siapa? Elvan? Astaghfirullah, Sa, bukti sayang cewek ke cowok itu nggak harus pakai itu. Cowok yang bener-bener tulus, mereka nggak akan unboxing ceweknya sebelum mereka halal."

"Iya tapi kan, Asa sayang."

"Sayang siapa?" Intonasi Rey meninggi. "Sayang sama El--"

"Rey," sela Asa. "Rey Atarazzka."

Rey langsung mleyot, pria itu memegang pipinya sambil senyum-senyum nggak jelas. "Aaaaaa, jangan gemoy gemoy bisa nggak sih. Kan jadi makin sayang."

Asa menutup wajahnya malu, kemudian Rey menarik tangan Asa sehingga wajahnya terlihat jelas. Rey menangkup wajah Asa dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan Asa.

Cup! Rey mengecup kening Asa.

Cup! Turun ke mata.

Cup! Ke hidung.

Cup! Ke bibir, kali ini sedikit lebih lama.

Rey menjulurkan lidahnya, dan Asa yang sudah jago itu langsung mengikuti permainan. Beruntung Rey suka nonton drama, jadi cukup tau bagaimana cara berciuman.

"Rey udah jam segini kamu nggak ke--" Nisha cengo membuka pintu kamar Asa.

"Ya Allah, Buna. Baru juga pemanasan!" rengek Rey menjauh dari tubuh Asa.

"Hayo, Mas! Kamu belom boleh ipik-ipik sama Asa sebelum anak itu lahir." Nisha memperingatkan.

Rey tepuk jidat. "Arrghhh, ya kalik, Bun. Nahan enam bulan lagi."

"Allahuakbar, ditahan dulu ya, Mas. Tahan. Kamu juga perlu fokus sekolah, bentar lagi ujian."

"Iya, Buna. Boleh bolos sekolah sehari nggak?"

"Enggak!"

"Sehariiiiiiiii aja. Ya? Ya? Ya? Ya?" Rey memohon. "Rey masih pengen sama Asa."

"Sekolah, Mas! Sekarang Bunda libur kerja, mau jalan-jalan sama Asa. Bagi-bagi dong waktunya, masa Asa buat Mas terus."

DASA (END)Where stories live. Discover now