7

1K 174 1
                                    

Jimin mengetuk jarinya di atas meja riasnya, hari ini ia kembali pulang ke rumah keluarga di gangnam begitu ia mendapat kabar bahwa papa nya pulang dari Amerika. Jimin menatap pantulan wajah nya yang agak lebam, sekelebat ingatan terbesit di pikirannya,tentang bagaimana rupa seorang minjeong dari dekat, bibir pinknya yang mungil dan matanya yang berkaca kaca tadi siang.

"Tskk.... Kenapa gua malah kebawa arus sih.. " Ia mengusap lembut pipinya yang lebam.

" Gua harus lurusin kesalah pahaman ini... Gimana kl dia sakit hati kalau dia tau gua perempuan .... "

Drrr... Drrrr... Drrrr...

Ponselnya bergetar, ia melihat nomor asing yang terpampang di layar ponselnya, jimin mengangkat alis nya penasaran siapa gerangan orang yang menelfon nya malam malam begini.

"Hallo??" Ucap jimin,sambil memposisikan duduk nya.

"Hallo jimin-ssi... Ini aku minjeong.. "

Tak... Tak... Tak...

Bunyi suara jam berdetak sebagai ganti keheningan orang yang ada di seberang. Jimin baru ingat bahwa dia sudah memberikan kontaknya pada orang yang kini menjadi kekasihnya.
Ia menggosok tengkuknya sendiri, ia sadar ini akan canggung.

"Ahh? Ya sunbae?? Ada apa? " Jawabnya, namun dia mendengar gemerisik barang yang tengah di bersekan oleh orang yang di seberang.

"Aaah. . Mmaaf.. Tadi habis beresin berkas berkas di kantor" Ucap minjeong.

"Kamu belum pulang? " Mata jimin sontak melebar, pasalnya ia menjadi lupa akan keberadaan minjeong setelah menerima kabar dari pelayan rumah jika papa nya pulang.

"Ya... Dan ini aku sedang jalan keluar nyari taksi... Bagaimana lebamnya? Masih terasa sakit? Saya membelikan obat penghilang nyeri tadi, tapi saya tidak menemukan mu di meja kantor " Ucap minjeong santai.

"Oke aku akan kesana sekarang..." Ucap jimin di ikuti putus nya sambungan secara sepihak, membuat minjeong mengerjapkan matanya.

Minjeong menguap, matanya tidak tahan, ia telah duduk 1 jam lebih, tumben sekali hari ini bus atau pun taksi tidak ada yang lewat, biasanya jam segini masih ada taksi setidaknya 2 atau tiga .

Tin!

Suara klakson mobil itu membuat kantuk minjeong hilang.

Ia melihat mobil ash grey di depan dan detik berikutnya, ia melihat kaca jendela mobil itu turun, ia melihat jelas bagaimana tampilan kasual nya seorang yoo jimin dengan topi beanie yang bertengger di kepalanya.

"Kamu kesini? " Ucap minjeong

"Masuk lah... Sebelum masuk angin... " Perintah jimin dengan suara baritone nya. Minjeong hanya mengangguk dan masuk ke dalam mobil.

Untuk sepersekian detik, matanya bertemu dengan mata jimin. Keduanya enggan melepas pandang hingga salah satu nya tersadar mengalihkan pandangannya ke arah kemudi, lalu menjalan kan mobilnya.

"Kenapa anda menyelesaikan di kantor? Kan bisa di rumah? " Ucap jimin mencairkan suasana awkard di dalam mobil.

"Tentu saya harus mengerjakan dan menerima fax dari kantor cabang dan memeriksanya segera, jadi saya harus sedikit lembur... " Minjeong memberi penjelasan, tangannya merogoh tasnya, sedangkan jimin hanya melirik.

"Ini saya membelinya tadi di apotek... Agar lebam mu segera sembuh" Ia meletakan obat salep itu di dashboard mobil.

"Oh... Te- terimakasih... " Ucap jimin kaku.

Hening tidak ada suara apapun lagi setelah percakapan tadi, hingga suara yang tampak menggelitik perut jimin membuatnya terkekeh sedangkan minjeong hanya mengerucut kan bibirnya, sambil mengusap perutnya.

SHE's HANDSOME || jiminjeong/winrinaWhere stories live. Discover now