Love 6 -

6.3K 269 26
                                    

Laki-laki itu memasuki ruangan yang beraromakan melati. Dengan sebuah buket besar bunga tulip oranye di tangan kanannya. Sedangkan di tangan kirinya, ia membawa satu keranjang penuh yang berisi buah-buahan.
Ia meletakkan semua yang dibawanya di meja samping kasur tersebut.

Ia menatap gadis yang tengah berbaring di kasur. Wajahnya yang putih mulus tersebut, kini dihiasi dengan plester di bagian pipi dan juga dagu.
Tangannya diperban penuh, hingga hanya jemari tangannya yang terlihat telanjang.
" Yuri-chan.. kuharap anda cepat sembuh dan masuk lagi ke sekolah" Ujar laki-laki itu sambil mengecup dahi gadis itu.

Sekejap, gadis itu membuka matanya lebar-lebar, dan terlihat seseorang yang sangat dikenalnya.
" Oh, kamu datang.. Senpai" gumam Yuri dengan lemah, ia mencoba bangun dari kasurnya, namun laki-laki itu mencegahnya.
" Tidak usah bangun.. Aku hanya sebentar saja disini" Ujar laki-laki itu sambil menepuk kepala wanita itu dengan lembut.
Yuri tersenyum kecil. Matanya terlihat lembam karena menangis disetiap malamnya. Garis-garis hitam di bawah matanya pun terlihat dengan jelas.
" Sepertinya beberapa hari ini aku akan menemanimu" Ujar laki-laki itu sambil menghela nafas.
Kondisi mental wanita tersebut sangatlah naas. Ia tidak banyak bicara lagi seperti biasanya.
Dan bisa dilihat, wanita itu masih berduka atas kematian butlernya.

" seorang butler akan meninggal dengan bangga jikalau ia mati untuk majikannya" Ujar Aki dengan tenang.
Yuri terperangah, lalu mengangguk kecil. Gadis itu mulai menyampingi Aki . Ia tidak mau bertatap muka dengan Senpai nya sekarang ini.
" Tidak usah menangis, kau sudah cukup berduka atas kepergiannya. Dia tentu akan sedih melihatmu menangis seperti ini"
Akhirnya pertahanan gadis itu pun rapuh. Tangisnya pecah. Namun wanita itu masih tidak mau menoleh pada lelaki itu.
Aki hanya bisa duduk dan mengelus kepalanya, mencoba untuk menenangkan gadis tersebut.

Diluar pintu tersebut, seorang lelaki tengah berdiri terdiam dengan satu buket bunga melati. Tadinya ia bermaksud memasuki ruangan tersebut, namun ia mengurungkan niatnya, dan meletakkan bunga tersebut tepat di depan pintu. Lalu ia berjalan menelusuri koridor, menjauhi pintu tersebut.


***


" Semua butler nya akan terluka parah. Kasihan Chi-san. Padahal dia adalah salah satu Elite Butler di Malefica" bisik salah satu murid dari kelompok wanita tersebut.
Yuri baru saja masuk ke sekolah lagi. Dan sekarang berita tentang Knightnya- bukan, mantan Knightnya sudah menyebar luas. Ia sekarang menjadi sorot publik. Ada yang merasa kasihan pada Yuri, ada juga yang merasa Yuri pembawa sial bagi Knightnya. Miho- walaupun wanita itu membenci Yuri setengah mati, namun ia membela Yuri kali ini. Ia mengusir semua yang sedang berbicara buruk tentangnya.
Namun, Yuri mengacuhkan semuanya. Ia seakan-akan berada di dunianya sendiri.
Berjalan dengan tatapan menerawang. Dan sewaktu dipanggil guru, ia tidak menanggapinya.
Hidupnya serasa kosong.

Aki datang bersama Sasaki-san untuk melihat kondisi Yuri. Kali ini wanita itu tersenyum kecil, sampai-sampai Aki menegur wanita itu lagi.
Sasaki san memberikan Yuri sebuah compact- sebuah kotak kecil dengan bedak didalamnya.
Yuri melihat compact itu dengan tanda tanya, dan akhirnya Sasaki-san menyerah dengan kepolosan gadis didepannya.
" Compact. Kau tidak mau terlihat seperti zombie berjalan di Malefica bukan? pakailah. Anggap saja aku memberikanmu ini sebagai hadiah" Ucap Sasaki dengan semangat.
Yuri pun akhirnya tersenyum. Ia sudah sedikit terhibur. Walaupun tetap saja, ia masih sedih.

Sasaki-san dan Aki pun keluar dari kelas Yuri. Mereka masih mempunyai banyak pekerjaan Osis yang terlantar. Sesaat setelah mereka keluar, Aki dan Kogure bertemu. Aki hanya tersenyum, begitu pula dengan Kogure.
Sasaki-san yang melihatnya pun menggeleng. Karena wanita itu tahu, dua laki-laki ini bukan tersenyum senang atau apa- melainkan senyum sinis.
" Huhh.. sepertinya akan terjadi sesuatu yang menarik" ejek Sasaki-san. Aki menoleh pada wanita itu, dan tersenyum lagi.
" Yupp. Dia sungguh membuatku merasa tersaingi" ujar Aki sambil melihat langit-langit.

Sasaki-san menatap sinis Aki,
" Hanya karena ia akan menemui gadis itu? ayolahh.. Dia hanya seorang Butler, dan kau putra satu-satunya dari Viceroy. Kau menang jauh, tolol" Sembur Sasaki dengan nada serius.
Aki menggelengkan kepalanya.
" Herann, wanita sempurna sepertimu sanggup mengeluarkan kata tolol"
Kali ini sebuah awan hitam pun berada tepat diatas Aki dan hujan pun turun hanya ditempat Aki.
Hujan kecil itu pun sukses membuat Aki basah kuyup.
" Kurasa kamu perlu mandi, Aki. Aku akan menunggumu di ruang osis. Dah" Ujar wanita itu seraya pergi meninggalkan Aki yang masih berdiri menatap sinis kepergian wanita itu.



" Yuri-san , ada yang mencarimu" Ujar salah satu murid yang tengah berdiri didepan pintu.
Yuri pun berdiri, dan lekas keluar, namun seseorang sengaja menyandung kaki Yuri, dan langkahnya menjadi tidak seimbang-
Plappp-
Mendengar suara jatuh tersebut, Kogure mengintip kedalam kelas dan mendapatkan Yuri tersungkur di lantai. Dengan cepat, Kogure menggendong Yuri keluar dari kelasnya menuju ruang klinik.

" Aku tidak apa-apa, Kogure-san. Ini hanya luka kecil. " Ujar Yuri bermaksud menenangkan Kogure. Namun laki-laki itu tidak menyahutnya dan memberikan cermin kepadanya.
" Lihatlah, sudah membiru begitu apakah masih baik-baik saja? ck, kau ini.."
Di bagian dahi gadis itu, sudah membiru. Lututnya terluka karena bergesek dengan lantai sehingga mengeluarkan darah.
Kogure-san mengobati luka gadis itu dengan hati-hati.
" Terima kasih, sudah menolongku. Kogure-san"
Laki-laki itu hanya membalasnya dengan anggukan kecil karena ia masih sibuk menperban kaki wanita tersebut.

" Kamu.. kamu diincar oleh Kelompok itu" bisik Kogure.
Yuri benar-benar terdiam. Ia bingung kenapa laki-laki itu bisa mengetahui soal MG93. Yuri pun pura-pura tidak mengerti dengan apa yang dimaksud laki-laki di depannya.
" Bukankah kamu sedih atas kepergian Chi-san? Kamu bisa membalas mereka dengan tetap hidup, Yuri-chan" Ujarnya sambil tersenyum pada gadis itu.
Gadis itu pun luluh, dan akhirnya mengangguk.

" Aku akan membalas perbuatan mereka" Ujarnya dengan serius.
Laki-laki itu pun tersenyum lega, sambil menepuk kepala wanita itu.
" Aku sepertinya membutuhkanmu untuk mengajariku, Senpai" Ujar Yuri bersemangat.
Ia terlihat seperti Yuri yang dulu lagi. Semangat dan antusias.
" Baiklah, Yuri-chan" Ujarnya sambil tersenyum ramah. Kemudian pria itu mengompres dahi gadis tersebut yang tadinya membiru.
Wajah mereka sangatlah dekat, Yuri pun merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Entah apakah wajah tampan itu terlalu dekat dengannya atau memang Yuri tengah merasa kasmaran.

" Sudah. Laen kali, jalan dengan hati-hati. Kamu selalu membuatku khawatir"
" Karena itu kamu selalu menolongku" sahut Yuri sambil tersenyum. Kali ini senyumnya ringan, tidak ada paksaan.
Kogure yang melihat senyum wanita itu pun akhirnya tersenyum lagi. Ia menepuk kepalanya dan lekas meninggalkan wanita tersebut.
" Masuklah ke kelas. Kamu tidak mau diincar oleh kelompok Miho lagi, bukan?"
Yuri pun mengangguk, dan berjalan melewati laki-laki tersebut. Sampai di ambang pintu, ia membalikkan badannya dan tersenyum lagi kepada Kogure.
" Terimakasih, Senpai" lalu ia berlalu dari tempat itu.

Wanita itu kini mempunyai dua senpai di Gakuen Malefica.
Aki Kobayashi- Putra satu-satu viceroy yang tentunya sangat pintar dan tampan tersebut.
Kyou Kogure   - Butler yang akan menjadi bangsawan tingkat satu dan kelak akan menggantikan posisi Earl.
Dengan Level magicians mereka yang tentunya melebihi layaknya magicians biasa- level 32 dan 36.
Wanita itu tentunya sangatlah beruntung mengenal orang seperti mereka.



-- Di lain sisi--

" Ini kedua kalinya kamu gagal. Kau pikir dengan membunuh seorang butler dari Gakuen Malefica bisa membuat Dutchess terpojok?! Sial! sudahlah! kita akan menyuruh penyihir lain untuk membunuh Yuri Hinata. Kau tidak akan diperbolehkan melaksanakan misi, enyahlah. Jangan membuat onar lagi" Ujar pria tersebut dengan kerudung hitamnya.
Semua partisipan rapat tersebut hanya bisa terdiam.
" Baiklah, kita akan menyuruh-"
" Kalau begitu, kalau aku berhasil membunuhnya, kau akan mengizinkan aku untuk masuk kedalam misi lagi bukan?!"

Pria itu terdiam kali ini, ia tidak bisa menjawab apa yang dikatakan anak buahnya barusan.
" Padahal kamu sudah termasuk 10 assassin junior terbaik disini, kenapa kamu bisa mengecewakanku dalam misi yang baru saja kau dalami?"
" Maafkan aku, ketua. Wanita itu selalu dilindungi seorang pria. Pria itu sangatlah kuat. Bahkan ia bisa menyerangku sambil membuat pelindung di sekitar wanita itu, begitu juga dengan dirinya. Ia mempunyai sihir dan level yang jauh diatasku, Ketua" Ujar pria tersebut dengan pasrah.
" Gakuen Malefica? aku tahu seseorang yang sangat kuat, dan akan menggantikan posisi Earl. Dialah Kyou Kogure, Levelnya 35 keatas di umurnya yang bahkan baru menginjak duapuluhan." sahut seseorang dengan tubuhnya yang terasa panas dingin.

Seluruh peserta rapat pun tercenggang.
" Kalau dia memang berada di level 35 keatas, kau kalah telak dengan 8 level lebih" Ujar pria berkerudung hitam tersebut sembari mengernyitkan dahinya.
" Kalau banyak yang melawannya, aku jamin butler tersebut pasti akan dengan mudah disingkirkan" usul salah satu peserta.
Yang lain hanya mengangguk menyetujui tanggapan orang tersebut.
" baiklah, mungkin kita akan melancarkan aksi kita pada kedua orang tersebut. Kyou Kogure dan Yuri Hinata"



" Hei, tadi kuingat ada yang sengaja menyandungku sehingga aku terjatuh" Ujar gadis itu dengan keras sambil memainkan Stilio.
Stilio yang tadinya sibuk bermain di pundah Yuri, kini mendesis dengan ganas. Ular tersebut paling tidak suka jikalau temannya tersebut diganggu orang lain, apalagi dilukai.
Yuri tau dengan pasti siapa yang sengaja membuatnya terjatuh.
Rin dan Hitomi ketawa melihat kelakuan Yuri. Karena di kelas ini, tidak ada yang berani dengan siswi dan gengnya yang sekarang tengah duduk terpaku dengan Yuri disamping mereka.

" Stilio, aku tahu orangnya. Kamu mau menancapkan bisamu ke dirinya?" desis Yuri tepat di hadapan gadis yang wajahnya sudah pucat pasi.
Yuri tertawa sebentar, ia sudah cukup bermain-main. Lalu ia menghentikan materialisir Stilio.
Kini, ia mendekatkan wajahnya pada gadis yang wajahnya oval dan terlihat cantik tersebut.
" Sayang, cantik-cantik tapi seperti iblis. Well, kalau kalian berani membully orang lain lagi, akan aku pastikan kalian akan mendapatkan kasih sayang dari Stilio..ahaha. dahhh" Ancam Yuri sembari meninggalkan kelas.
" Yuri-san , anda mau kemana?" Tanya Rin-san yang terlihat khawatir dengan Yuri.
Yuri menoleh pada Rin dan tersenyum,
" Aku bolos, aku paling tidak suka dengan pelajaran berjalan ataupun berdansa. Aku mau berlatih saja di aula Training. Dah Rinnn, Hitomii" Gadis itu pun menghilang dibalik pintu. Rin dan Hitomi hanya menggeleng heran dengan gadis tersebut.

Hari demi hari berlalu. Organisasi MG93 belum memperlihatkan gerak-geriknya.
Permata yang terbentuk di gelang Yuri bertambah hari demi hari. Sekarang level dia sudah 15 dalam lima hari. Dia mempelajari sihir dari Barrier lev 1 sampai Barrier lev 3. Barrier yang lebih baik dari sebelumnya namun masih belum begitu bagus.
Yuri berlatih lagi dengan sihir lain- Magma focus. Pertama, ia belum menguasainya. Namun Kogure menjadi pelatihnya dan mengajarinya berbagai sihir dan teknik untuk menguasai sihir dengan mudah. Kadang-kadang, mereka berduel walaupun sudah pasti siapa pemenangnya.

" Dulu aku selalu memanggilmu mesum, senpai. Maafkan aku ahaha" Ujar Yuri sewaktu istirahat. Keringatnya mengalir dari kepala menuruni dagunya. Ia duduk di sudut ruangan training yang sudah di desain tidak akan hancur dengan sihir yang dibuat, karena ruangan tersebut dibuat dari bahan anti magic.
Kogure pun mengambil duduk disamping perempuan itu, dan tertawa.
" Apakah wajahku semesum itu?" Ujar pria itu dengan antusias.
Yuri menggeleng,
" Aku beranggapan seperti itu, karena pertemuan pertama kita. Masih ingat?"
Kyou mengangguk pelan, mengiyakan.
" Saat itu aku melihatmu tertidur dengan pulas. Aku juga ingin merasakan kesejukan dibawah pohon saat itu juga"

Yuri menoleh pada senpainya,
" Senpai, apa hubunganmu dengan Hitomi?" sembur Yuri tanpa ia sadari.
Kyou pun terdiam, seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Dalam hati, Yuri merasa sedih, entah kenapa. Tapi ia merasakan bahwa Senpainya itu menyukai temannya.
" Aku tahu, senpai tidak usah menyembunyikannya. ehehhee. Ohya senpai, aku mau ganti baju dulu lalu masuk kelas. Aku duluan, Senpai. Makasih untuk hari ini" Ujar Wanita itu salah tingkah kemudian meninggalkan pria itu disana.
Kyou hanya menggepalkan tangannya tanpa berkata apa-apa.


Yuri mencuci wajahnya berusaha untuk bangun dari mimpi buruk ini.
Ia tidak tahu kenapa ia bisa bertanya seperti itu kepada Kogure.
Dengan lemas, ia mengganti pakaiannya dan melesat keluar dengan cepat.
Ia tidak mau bertemu dengan pria itu sekarang ini. Itu akan membuatnya malu serta tak tahu harus berkata apa.
Tanpa melihat jalan, gadis itu menabrak seseorang. Dan orang itu sangat ia kenali.

" Aww.. maaf Senpai, aku tidak begitu memerhatikan jalan" ucap Yuri sambil tersenyum tipis.
Aki terlihat bersemangat sewaktu  bertemu dengan gadis didepannya ini.
" Tidak apa-apa Yurii.. Hmmm, kamu sudah makan? Sudah lama kita tidak makan bersama-sama. Ayo" Ajak Aki sambil menggandeng gadis itu pergi. Yuri yang belum menjawab tidak bisa berkata apa-apa lagi. Pria itu sudah menariknya menuju Cafe.
Dibelakang, Kogure yang habis berlari melihat kejadian tersebut. Ia pun mengurungkan niatnya untuk mengejar gadis itu.
" Sial, aku telat"


Yuri hanya mengaduk-aduk eskrimnya sambil termenung.
Aki yang melihat gadis didepannya begitu lesu pun bingung bagaimana memulai percakapan.
Sesekali, gadis itu memasukan satu sendok penuh eskrim hingga tersisa sedikit eskrim di bagian samping mulutnya.
Aki yang melihatnya, mulai menjulurkan tangannya pada Yuri. Yuri sempat bingung dengan apa yang akan dilakukan pria itu. Dengan cepat pria itu pun mengelap bibir gadis tersebut dengan lembut.
Kemudian ia menjilati ibu jarinya yang tadinya terkena sisa eskrim tersebut.
" Kamu ini. Sudah dewasa namun makannya seperti anak kecil" ujar Aki sembari melanjutkan makannya.
Yuri bisa merasakan wajahnya merah merona seperti udang rebus.
Pria yang melihat bagaimana reaksi Yuri pun tertawa.
" Aku suka ekspresimu, lucuuu"
" Senpaii!" Teriak Yuri dengan kesall.
Aki pun berusaha berhenti tertawa kemudian melipat kedua tangannya.
" Senpai suka dengan bagaimana tingkahmu, Yuri" Ujar Aki dengan tulus.
Wajah Yuri semakin memerah, akhirnya gadis itu membuang muka. Ia tidak mau lagi bertatap muka dengan senpainya itu.
" Baiklah, Senpai tidak mau memojokanmu. Ayo makanlah, jangan sampai senpai yang menghabisi eskrimmu"
Yuri pun menatap sinis Aki yang berusaha mengambil eskrimnya.
" Langkahin mayatku dulu, senpai" seru Yuri kemudian tertawa.
Aki hanya menggeleng-geleng kepala melihat betapa cepat wanita itu mengubah ekspresinya.


Yuri pulang dengan pegal diseluruh badannya. Ia tidak mengira bahwa berlatih setiap hari akan membuat badannya pegal dan nyeri. Ia pun dengan cepat ke kamarnya dan memutuskan untuk menghabiskan waktu kosongnya di bathtub.
Teringat lagi sewaktu Chi-san masih ada.
Ia pasti akan memakai segala cara untuk membuat Yuri keluar dari kamar mandi secepat mungkin.
Yuri tersenyum kecil.
" Aku akan membalaskan kematianmu, Chi-san. Aku berjanji" Ujar gadis itu sambil menenggelamkan dirinya dalam air bathtub yang penuh dengan busa sabun.


Yuri turun ke ruang makan tepat waktu. Disana, ia bisa melihat Oma nya tengah duduk dengan beribu-ribu pikiran yang ada dibenaknya. Yuri sudah terbiasa dengan bagaimana sibuknya Omanya.
" Oma.. Oma baik-baik saja?" Tanya Yuri dengan khawatir.
Wanita tua itu hanya menggeleng lalu menyuruh pembantu untuk menghidangkan makanan segera.
" Yuri, Oma bermaksud untuk mencarikanmu knight lagi. Untuk melindungimu" Ujar Oma dengan serius.
Yuri menggeleng. Ia tidak mau lagi ada knight yang mati karenanya.
" Tidak Oma. Mereka terlalu kuat. Tentunya mereka akan mati. Kalaupun ada yang menjadi knight ku, dia harus mempunyai level lebih dari 35, Oma" Ujar Yuri dengan lesu. Ia terlihat tidak mau lagi melanjutkan percakapan.

Oma nya terdiam, lalu mengangguk.
" Baiklah, Oma akan mencarikan Knight yang levelnya 35 keatas. Oma harap dia bisa melindungimu sepenuhnya"
Makanan pun dihidangkan, dan wanita itu tidak berkata apa-apa lagi. Begitu pula dengan cucunya yang menyetujui semua ide Oma nya.
Menurutnya, keputusan Omanya adalah keputusan yang tepat. Dengan harapan knight itu adalah seseorang yang ia kenal.


Keesokannya, Yuri tetap berlatih dengan Kogure, Namun setelah latihan selesai, gadis itu langsung pergi, mencoba menghindari percakapan. Bahkan setiap tatap muka pun dihindarinya.
Miho yang beberapa hari ini melihat Yuri berlatih dengan Kogure, pun memulai aksi bully nya lagi.
Dan tentunya Yuri membalas perbuatan mereka. Tikus yang berlarian disana sini, Stilio yang sempat hilang karena mengejar Miho, Miho yang jatuh ke kolam renang karena shock dengan siluman tikus berbadan ular dan sebagainya.

Sampai di kelas, Yuri baru duduk di kursi. Lalu Hitomi datang menghampiri Yuri.
" Yuri-san" panggil Hitomi dengan lembut seperti biasanya.
Yuri menoleh pada wanita itu dan tersenyum,
" Ah, Hitomi san.. Ada apa?" Tanya Yuri dengan ramah. Semua ini ia lakukan demi temannya. Yah, ia tidak mau Hitomi membencinya.
" Ada yang mau kukatakan mengenai-" sebelum Hitomi sempat menyelesaikan pembicarannya, seseorang sudah memanggil Yuri.
" Yuri-sann, Kogure senpai memanggil anda" Yuri pun mengangguk kemudian meminta Hitomi untuk menunggunya.
Sebenarnya Yuri tidak mau bertemu dengan laki-laki itu, namun mau tidak mau.

" Senpai. Ada apa senpai memanggilku? atau senpai ingin bicara dengan Hitomi-san?" Ujar Yuri sedikit datar tanpa ekspresi.
Kogure hanya menggeleng.
" Aku tidak mempunyai hubungan seperti itu dengan Hitomi san" Ujar Kogure dengan serius .
Yuri terkesima. Laki-laki itu sampai datang ke kelasnya hanya untuk mengatakan ini?
Yuri sedikit lega, tapi ia merasa ini tidak adil terhadap Hitomi. Ia yakin Hitomi akan membencinya.
" Kalau kamu tidak menerima perasaan Hitomi, aku akan membencimu, senpai" ucap gadis itu dengan tegas. Tatapannya tajam bagaikan keturunan raja.

Hitomi keluar dengan tampang khawatir.
" ini semua tidak seperti apa yang kamu pikirkan, Yuri-san"
" Benar. Aku hanya menganggap Hitomi sebagai adik. Tidak lebih" sahut Kogure dengan tegas.
Yuri merasa kata-kata yang dikatakan Kogure barusan benar-benar bisa membuat hati seorang wanita hancur.
" Yuri-san. Aku hanya menganggap senpai sebagai Onii-san. Tidak lebih Yuri-san. Itulah yang ingin kukatakan. Permisim Yuri-san, senpaii. Aku mau membuat tugasku terlebih dahulu" Wanita cantik itu pun hilang dibalik sekat dinding.

Yuri masih bingung dan benar-benar terdiam. Ia tidak tahu mau bagaimana menghadapi laki-laki didepannya.
Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, dan ia bisa merasakan wajahnya sudah mulai memerah.
Tiba-tiba pria itu berlutut pada Yuri dan mengambil tangannya. Yuri terperangah sekaligus terkejut dengan apa yang dilakukan laki-laki tersebut.
Kogure mencium tangan wanita itu, dan menatap wanita didepannya dengan lembut.
Semua mata pun tertuju pada mereka berdua.

"please, make an oath with me, my lady" Ujar Kyou dengan selembut mungkin. Suaranya yang dalam dan sedikit bass tersebut membuat jantung Yuri seperti ingin meledak.
Yuri ingin menolaknya, namun tatapan laki-laki itu membuatnya enggan. Wajah Yuri juga sudah sukses merah seperti udang rebus dan sebentar lagi akan menjadi tomat yang paling manis sedunia.
Kemudian gadis itu pun mengangguk setuju,
"Dengan nama Kogure, bersumpah loyalitas Anda kepada saya" kata gadis itu dengan hati-hati,
"i offer you my all, my lady" katanya dengan segenap pesona pria itu.

****
Author note:
Maaf atas keterlambatannya! >< huaaaaaaaa ini akan aktif diupload lagi kok, soalnya vkqw uda selesai ihihiihihi.. terimakasih uda mau nunggu readerss! :D selamat membaca xD

My Prince is a butler!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang