|CHAPTER 50| AKU ATAU TUHANMU

Start from the beginning
                                    

Moa lagi-lagi mengangguk. "Iya, enggak."

"Perut Moa nggak sakit kan?"

"Aku nggak papa Cakra..." Moa mengusap lembut punggung tangan Cakrawala dengan satu tangannya yang terbebas dari genggaman cowok itu.

"Yang harusnya kamu khawatirin itu diri kamu sendiri."

"Sekali-kali kamu pikirin diri kamu sendiri bisa nggak sih? Jangan pikirin orang lain terus."

Cakrawala menggeleng. "Bagiku kamu itu bukan orang lain."

Ucapan Cakrawala itu berhasil membuat sudut bibir Moa tertarik membentuk senyuman. Bagi Cakrawala, Moa itu sudah seperti dunianya.

Tidak butuh waktu sampai berjam-jam, mereka akhirnya sampai di sebuah toko sederhana yang letaknya hanya beberapa meter dari rumah sakit.

Toko bercat merah yang keduanya kunjungi menjual banyak sepatu dan sandal dengan model serta berbagai ukuran yang berbeda.

"Pak mau beli sandal," ujar Moa.

"Sandal yang modelnya seperti apa? Silahkan diliat-liat dulu." Jawab pria berkumis yang merupakan pemilik toko.

Beberapa pasang sandal diletakkan tergantung di dinding toko dan beberapa juga ada yang diobral dan disebar di sepanjang emperen toko.

Moa asik mengamati koleksi sepatu dan sandal yang dipajang di toko sederhana ini. Bagi Moa, harga sepatu dan sandal di sini jauh lebih murah dibandingkan dengan sepatu dan sandal yang biasa ia beli di pusat perbelanjaan. Moa terkekeh. Harganya sangat murah, pasti tidak original.

Lama tidak mendapati Cakrawala bersuara, Moa pun menoleh. Ternyata Cakrawala sedang menghitung uang receh yang tersisa di kantung bajunya.

Cakrawala menggaruk keningnya. Moa menyadari kegelisahan Cakrawala, uang cowok itu tidak cukup bahkan untuk membeli sepasang sandal sekalipun. Moa lihat, hanya ada sisa uang tiga ribu rupiah di kantung baju Cakrawala.

"Moa kita keluar aja, yuk."

"Beli sandal dulu baru kita keluar."

"Tapi Moa—"

"Pake uangku dulu. Kalo kamu nggak mau ngutang ke tokonya, kamu bisa ngutang ke aku."

Melihat bagaimana perlakuan ayah Cakrawala tadi, Moa sangat yakin pasti Cakrawala tidak pernah dikasih uang saku.

"Liat tuh, kaki kamu udah luka-luka kayak gitu."

Cakrawala memandang kakinya, rasanya memang perih. Tapi ia juga tidak ingin terlalu banyak berhutang pada Moa.

"Cepetan kamu pilih yang mana?"

Cakrawala mengembuskan napas berat, meskipun enggan, ia akhirnya menyetujui untuk berhutang kepada gadis itu.

"Cakra pilih yang itu aja." Cakrawala menunjuk sandal jepit berwarna kuning.

Ada banyak model sandal yang bagus dan menarik, tapi Cakrawala justru memilih sandal jepit yang sangat sederhana. Moa tidak ingin percaya, tapi memang seperti itu lah Cakrawala.

Moa ingin membelikan Cakrawala sandal yang lebih bagus atau setidaknya tidak setipis sandal itu. Jika Cakrawala memakai sandal itu dan tidak sengaja menginjak paku, kakinya bisa langsung sobek dan berdarah-darah.

"Jangan yang itu, yang ini aja." Moa mengambil sandal yang menurutnya lebih layak.

"Nggak mau... Ini warnanya oren. Cakra nggak suka. Cakra maunya yang kuning itu."

Cakrawala berjalan dua langkah kemudian mengambil sandal pilihannya sendiri.

"Yang ini. Cakra maunya yang ini." Cakrawala menunjukkan sandal jepit kuning itu ke depan muka Moa.

2. NOT ME ✔️ Where stories live. Discover now