"Jaemin, aku ingin mengatakan sesuatu." bisik Aily melalu telpon yang masih ada di genggaman nya dengan sedikit menutup speakernya agar tidak ada yang bisa mendengar percakapan nya dengan Jaemin.

"Hmm ... katakan, Aily." Aily menatap was-was kearah setiap sudut dinding. Aily semakin meremat ponselnya dan menelan air ludahnya yang kering, Aily mencoba untuk membuka mulutnya dan mengucapkan yang sebenarnya apa yang terjadi dengan nya.

"A-aku sekarang berada jauh dari kota." Aily meremat pakaian nya sendiri, menggigit bibir bawahnya dan mengatakan. "Ayahku-" tiba-tiba saja panggilan terputus, Aily yang terkejut itu menatap ponselnya dengan bingung. Ternyata sinyal disini sangat tidak mendukung, Aily berdecak kesal karena ponsel yang dimilikinya juga kehabisan baterai.

Aily berjalan dan duduk di pinggir ranjang, menghela napas kasar dan menatap pintu yang dibuka lalu seorang perempuan masuk dengan pakaian maid sedang berjalan kearahnya dengan membawa nampan berisikan makanan dan cemilan ditambah minuman air putih. Aily menatap jam dinding kembali, hari sudah menunjukkan pukul jam siang.

"Nona ... Saya membawa makan siang, silahkan dimakan. jika Nona membutuhkan sesuatu, panggil Saya." Aily hanya mengangguk pelan dan sebelum pelayan hendak pergi, Aily menghentikan langkah pelayan tersebut. "Aku ingin bertanya, dimana Bibi Rin?" Aily beranjak dari duduk dan mendekati pelayan tersebut.

Pelayan dengan rambut panjang yang di kepang satu itu menunduk dengan sopan dan berkata. "Saya tidak tahu, Nona. permisi." setelah pelayan itu menjawab pertanyaan Aily, Pelayan itu keluar dan menguncinya di kamar ini.

Aily menatap pintu itu yang tertutup kembali, ia jadi tidak mood makan karena dirinya dikurung seperti hewan yang terjebak dalam sangkar. lalu berjalan kearah jendela tepatnya arah balkon, Aily dengan berani membuka pintu balkon tersebut. Angin semilir menerpa wajah Aily, hembusan angin sejuk membuat pikiran Aily menjadi lebih segar meski hari telah menunjukkan pukul siang dan Aily mendapati sosok yang dirinya benci, Pria yang angkuh dan tidak berperasaan itu sekarang sedang berbincang dengan orang asing-menurut Aily.

Aily menatap mata tajam itu hingga tidak sadar dirinya di perhatikan oleh salah satu anak tangan kanan Vee. Aily terus menatap mata tajam itu tanpa peduli sekitar, menatap dengan serius sehingga mata tajam itu beralih menatap dirinya yang berada di atas balkon. Aily kesigap, dirinya menjadi gugup karena mata itu seolah-olah mengulitinya dari ujung kaki hingga atas kepala.

Aily menggigit bibir bawahnya dan meremas pembatas balkon lalu berlari dan masuk kedalam kamar, menutup pintu balkon dan duduk di pinggir ranjang. menormalkan detak jantung nya yang kencang seperti habis lari maraton di siang bolong, Aily mengambil gelas berisikan air putih lalu meneguk nya hingga kandas. tatapan penuh iminidasi, seringai tipis yang jelas ditunjukkan kepadanya, dengan kedua bola mata yang menggelap itu tidak bisa dimengerti oleh Aily.

Apakah, Pria itu marah? Batin Aily.

Apakah, Pria itu marah? Batin Aily

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ALTERWhere stories live. Discover now