Sudah dua hari Noah di rawat di rumah sakit, keadaannya masih belum berubah, setiap malam Noah selalu menangis, saat putranya menangis Aya ikut menangis. Tidak ada yang menggantikan dia di rumah sakit, hanya Nitta yang sering menemani dia jika sahabatnya itu sudah  pulang kerja.

"Terimakasih ya bu, Deny sudah menjenguk Noah" ujar Aya pada Deny dan ibunya pemilik toko tempat Aya bekerja.

"Sama-sama, Noah sudah ibu anggap seperti cucu ibu sendiri. Ibu sedih melihat Noah sakit seperti ini" ujar ibu Deny, wanita itu sangat baik pada Aya, walau dia tahu Noah lahir di luar pernikahan tapi dia sama sekali tidak mempermasalahkan masa lalu Aya. Dia yang selama ini membantu Aya dan Noah. Dia juga pernah meminta Aya jadi menantunya, tapi Aya selalu menolak dengan alasan Deny berhak mendapatkan wanita yang lebih baik darinya.

"Kalau begitu kami pulang dulu Ay. Kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan menghubungi kami" ujar Deny.

"Iya Aya, bilang saja pada ibu kalau butuh sesuatu"

"Terimakasih. Saya berhutang budi banyak pada kalian. Semoga Allah yang membalas kebaikan kalian semua." Ujar Aya.

"Menikah denganku sebagai balas budimu pada kami" gurau Deny.

"Hah" Aya menengang mendengar penuturan Deny.

"Kamu ini" ibu Deny memukul lengan putranya. " Cinta itu ga bisa di paksa" ujarnya lagi.

"Bercanda Ay. Kalau kamu anggap serius juga ga apa-apa" laki-laki itu sama sekali tidak berhenti menggoda Aya.

"Sudah-sudah jangan di dengerin dia mah Ay. Kami pulang dulu ya" ibu Deny lalu menarik putranya keluar dari ruangan rawat Noah. Sebenarnya dia sangat ingin Aya menikah dengan Deny tapi dia tidak memaksa Aya untuk menerima anaknya.

Jujur Aya merasa tidak enak hati selalu menolak Deny, tapi harus bagaimana dia sama sekali tidak mempunyai perasaan pada laki-laki itu. Hatinya masih di penuhi oleh ayahnya Noah, walau dia tahu Rayyan sudah menikah dengan wanita lain, tapi Aya belum bisa melupakannya.

"Sayang, cepat sembuh ya. Bunda ga tega liat kamu seperti ini" Aya menggenggam tangan Noah yang di infus. Dia menciumnya berkali-kali,  berharap sedikit mengurangi rasa sakit pada putranya.

"Bunda janji setelah kamu keluar dari sini bunda akan belikan kamu maianan baru." Noah sedang tidur setelah di beri obat lagi oleh dokter. Hari ini dia  sangat rewel tidak seperti hari pertama. Sebenarnya Aya juga lelah karena dia kurang tidur. Tapi dia tetap semangat demi ananya.

"Assalamualaikum Ay." Tak lama kemudian Nitta datang, masih ada waktu satu jam sebelum jam besuk habis.

"Waalaikum salam. Masuk Nit"

"Gimana keadaan ponakanku. Masih rewel?"

"Iya, hari ini dari semalam nangis mulu, tadi dokter memberinya obat biar bisa tidur. Alhamdulillah sekarang bisa tidur, tadi aku panik banget saat dia cabut jarum infusnya sampai keluar darah Nit" Mata Aya sedikit berair, tadi pas Noah nangis dia tidak sengaja mencabut jarum infus yang menempel di tangannya hingga mengeluarkan darah.

"Untung dokter cepat-cepat datang. Aku sudah ga tega liat dia sakit" Air mata Aya berhasil lolos membasahi pipinya, Aya sudah tidak dapat membendung nya.

"Yang sabar ya. Aku yakin Noah akan segera sembuh"

"Oh ya Ay, aku lupa beli air. Aku keluar dulu ya"

"Kamu disini aja, biar aku yang beli sekalian ke taman sebentar, ga apa-apa kan aku titip Noah?" Ya Aya ingin menghirup udara segar. Ingin menengangkan pikirannya.

"Kamu tenang aja, nikamati waktu kamu. Kalau Noah bangun aku yang urus" Untung Noah akrab dengan Nitta jadi Nitta tahu cara  menenangkan Noah saat bocah itu menangis.

******

Setelah memberi air mineral, Aya duduk di taman rumah sakit. Dia menghirup udara malam hari banyak- banyak sudah dua hari dia berada di ruangan Noah membuat dia sedikit stress.

"Aya...." seru seseorang menghampiri Aya.

"Aya, kamu disini " laki-laki itu terus berlari mendekati Aya .

"Aya sayang" lalu memeluk Aya erat. Aya mematung kaki nya lemas sulit di gerakan.

"Jangan pergi lagi" Laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya.

"A.. ayahhh" ujar Aya sebelum dia kehilangan kesadarannya.

Dua jam berlalu, Aya belum juga sadarkan diri, Arkan tetap setia menunggu putrinya siuman. Kata Dokter Aya kelelahan dan sepertinya kurang tidur. Dokter sudah memberinya asupan cairan melalui infus.

Ya laki-laki itu Arkan, sudah dua hari Arkan di kota ini, hari ini dia mengunjungi temannya yang kebetulan ada di rumah sakit ini. Tadinya malam ini dia akan langsung ke bandara. Tapi saat hendak keluar rumah sakit Arkan tak sengaja melihat sosok yang dia kenal. Dan ternyata benar sosok itu Maryam putrinya.

Arkan memandangi Aya. Tubuhnya sedikit kurus dari terakhir kali dia melihatnya, walau terlihat lebih dewasa. Arkan bertanya-tanya apakah Aya menderita selama ini, apakah Aya tidak makan dengan baik. Ya Tuhan Arkan benar-benar merasa bersalah pada putri keduanya.

"Aya, sayang ada yang sakit" Arkan menghampiri putrinya. Aya masih diam dia mengingat kembali apa yang terjadi dengannya. Dia melihat sekeliling ruangan, dan Aya yakin dia masih di rumah sakit.

"Ayah" Ujar Aya lirih.

"Iya sayang ini ayah. Maafkan ayah nak" Arkan lalu memeluk Aya, mencium puncak kepalanya berkali-kali.

"Aya yang seharusnya minta maaf"

"Tidak ayah yang salah"

"Kamu apa kabar " Arkan menangkup wajah Aya.

"Baik. Tapi Noah....." seketika Aya teringat dengan anaknya, ya ampun pasti Noah sudah bangun pasti Noah menangis mencarinya, dia yakin kalau dia sudah lama pingsan.

"Aku harus pergi" Aya membuka selimutnya dan turun dari brankar.

"Kamu mau kemana " ujar Arkan ikut panik melihat Aya begitu panik.

"Noah Yah."

"Noah" beo Arkan.

"Anakku"

Bersambung

9 Juni 2021

THB

Duda Araban jilid 2 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang