2. Rutinitas Jivan

55 12 0
                                    


Garvander Agnibrata berjalan dengan kaki panjang nya menuju kelas 12 MIPA 3, kelasnya.

Arvan berjalan dengan tenang, hingga suara cempreng masuk ke telinga nya

"Pagi kak Arvan!" Sapa salah satu anak kelas 11, yaitu Visha. Arvan yang tidak ingin merespon sapaan itu hanya diam dan tetap berjalan

"Ih kok Visha dicuekin sih kak." Manja Visha dengan bibir yang dimanyunkan. "Bisa diem gak lo? Suara lo tuh bikin kuping gue serasa lagi denger suara neraka!" Kesal Arvan

"Ah kak Arvan bisa aja! Suara Visha kan imut kak, masa iya suara kawaii kayak gini dibilang cempreng." Balas Visha sambil memukul lengan Arvan

Arvan pun berhenti dan menatap sinis Visha. "Punya nyawa berapa lo berani mukul gue pake tangan kotor lo itu hah?!" Ujar Arvan

"K-kok kakak marah sih? E-emang Visha gak boleh megang tangan kak Gara?" Balas Visha dengan nada imutnya lagi

Arvan pun mendorong Visha. "Lo itu orang asing. Dan orang asing gak pantes buat nyentuh gue, paham lo?" Sinis Arvan

Arvan pun meninggalkan Visha yang sudah menahan malu di koridor sekolah

"Apa lo liat liat?! Mau gue colok mata lo?!" Kesal Visha pada orang orang yang menatap nya sambil tertawa

***

"Bro."

Seseorang memanggil Arvan sambil memegang bahu nya. Sagara pun terkekeh. "Gue kira siapa."

"Lo ngarep si debu itu ya?" Goda Utara, salah satu sahabat
Arvan. "Apaan sih lo, pagi pagi udah bawa nama si cewek aneh itu." Balas Arvan tak suka

"Sekarang ngomong nya gak suka, besok udah beda lagi." Lanjut Utara menggoda Arvan

"Bacot"

Mereka berdua sampai di 12 MIPA 3. Kelas yang sangat rusuh dan susah sekali disuruh untuk tertib

"Lama banget lo dateng, sampe jamuran gue nunggu nya." Ucap Endra sambil memakan snack di tangannya

"Tau lo, gue sama si Endra mau nyalin pr dong." Sahut Angkasa. "Kebiasaan lo berdua, nyalin aja terus. Gue yang capek mikir, lo tinggal nyatet." Balas Utara

"Biasalah~"

"Garren mana?" Tanya Arvan. "Gak tau, tadi sih dia ke toilet. Tapi sampe sekarang belom balik." Jawab Endra

"Positif thinking aja, mungkin dia boker." Balas Angkasa dengan santainya

"Hm panjang umur si kutu unta langsung muncul." Ujar Utara menunjuk Garren yang berjalan masuk ke kelas

"Eh Sa, adek lo tuh diketawain di koridor tadi." Lapor Garren sambil duduk di depan Arvan

"Kok bisa?" Tanya Angkasa

"Palingan gara-gara pak bos." Jawab Utara menunjuk Arvan yang sedang memainkan ponselnya

"Eh belek singa, kapan sih lo bisa lemah lembut sama adek gue? Kasian tuh dia!" Tanya Angkasa. "Gak tau. Mungkin gak akan pernah." Jawab Arvan santai

"Mana bisa si Arvan lembut sama adek lo. Orang dia naksir nya ke si Jivan." Ejek Garren dengan wajah menyebalkan nya

"Ngomong ngomong soal si Jivan, tumben tuh cewek belum muncul. Biasanya lakuin rutinitas pagi." Ujar Endra tiba-tiba

***

"Aduh Bima, mending biarin gue pergi dulu deh. Gue harus lakuin sesuatu yang penting nih." Desak Jivan pada cowok yang ada di depannya ini

Cowok yang bernama Bima itu mengangkat alisnya bingung. "Apa yang mau lo lakuin? Emang itu lebih penting dibandingin ngerjain tugas gue?" Tanya Bima

"Iya ini rutinitas pagi gue. Yaitu nyapa Garvander si tampan nan ganteng." Jawab Jivan dengan percaya diri

Bima memutar bola matanya malas, ternyata urusan dengan musuh terbesarnya itu

"Gak, lo gak boleh kemana mana." Cegat Bima. Jivan pun menghela nafas berat dan lesu

"Eh? Pagi pak Oji!" Ujar Jivan tiba-tiba. Bima pun menoleh ke arah dimana Jivan berbicara, dan tidak ada orang

"HEH REMAHAN BAKWAN! KURANG ASEM LO YA!" Teriak Bima pada Jivan yang sudah berlari jauh

"MAAF BIM! INI PENTING!" Teriak Jivan

Bima terkekeh kecil. Jivan benar-benar tipe nya. Cantik natural, pintar, dan polos

Jivan menghentikan larinya karena ia sudah lelah. "Fiuh, untung aja gue bisa lepas dari t-rex galak." Lega nya

Melihat tulisan 12 MIPA 3, Jivan pun tersenyum. Ia celingak celinguk dari pintu untuk melihat dimana sang pujaan hati

Yup! Ia dapat melihat Arvan yang duduk di pojok dengan memainkan ponsel nya

"Pist! Arvan!" Panggil Jivan. Arvan pun menoleh ke arah pintu dimana Jivan berada

"Selamat pagi masa depannya Jivan!" Sapa Jivan dengan lantang. Semua murid 12 MIPA 3 sudah biasa akan hal itu

Bahkan hampir seluruh murid bahkan guru TRISATYA tau kalau Jivan sangat bucin pada Arvan

"Cmiwiw! Pak bos tuh disapa, jawab dong." Goda Endra menyenggol tangan Arvan

Arvan hanya memutar bola matanya malas. Kupingnya sudah terbiasa dengan suara Jivan setiap hari

"Buat cowok yang duduk di pojok kanan kelas, dapet salam dari bidadari 12 MIPA 1 ya. Katanya jangan ngerokok sama berantem terus." Ujar Jivan lagi, lalu pergi dari sana

Ya tentu saja pergi dengan perasaan senang

"Apaan sih si debu itu, ganjen banget." Kesal Angkasa. "Dih, iri lo ya karna gak ada yang gituin. Makanya lahir ganteng, kayak gue." Pamer Garen sambil memamerkan rambut nya yg lumayan panjang

"Dimana mana gantengan gue! Urus sono kutu rambut lo!"

"Eh tapi kalo diliat liat lo mirip sama si debu." Ucap Utara tiba-tiba. "Gue kira cuman gue yang mikir gitu." Sahut Arvan

"Mirip darimana coba? Beda banget. Najis disama samain ke si cewek aneh itu." Balas Angkasa malas

Di sisi lain, Jivan berjalan sambil tersenyum ke kelasnya. "Pagi hehe." Sapa Jivan pada sahabatnya, Shena

"Kalo pagi pagi udah nyengir pasti udah melakukan rutinitas pagi nih." Ujar Shena sambil menunjuk nujuk raut wajah Jivan

"Tau aja deh lo, ahayy." Balas Jivan sambil memukul lengan Shena

"Kebiasaan ya ni bocah demen banget mukul mukul." Kesal Shena

"Eh tapi Shen, lo ngeh gak sih?" Tanya Jivan yang tiba-tiba memasang wajah seriusnya. Shena pun ikut serius, dan kepala mereka berdua mendekat

"Arvan makin ganteng!" Pekik Jivan langsung

"Gue gebrak amandel lo baru tau rasa ye." Ujar Shena. "Kan emang iya, si Arvan makin lama makin ganteng. Gue jadi makin deg degan nih kalo ada dia." Balas Jivan dengan senyuman malunya

Shena memutar bola matanya malas, lalu melihat ke arah salah satu murid yang baru masuk ke kelas mereka

"Eh aneh ya tu anak." Tunjuk Shena pada seorang siswi yang tadi masuk ke kelas mereka

"Siapa? Pelangi?" Tanya Jivan. "Iya, nama dia Pelangi tapi kayak suram tau. Gak ada temen juga dia di sini." Jawab Shena

"Ajak temenan aja yok." Usul Jivan dengan polosnya. "Heh! Lo gak nyadar apa kalo dia gak suka liat lo! Mata dia sinis banget cuy kalo udah liat lo." Balas Shena

"Emang iya?"

"Ya iyalah. Masa lo gak merhatiin sih." Ucap Shena

"DIMANA YANG NAMANYA PELANGI DERWANI?!"

T B C.

GARVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang