"Bener ya kak? Kak Jivan janji?"

"Iya, kakak janji."

"Van, ayo kita berangkat. "Ajak ibu panti yang sudah datang. "Kakak pergi ya, sampai ketemu lagi Kelly." Ucap Jivan lalu mengecup kening Kelly

Jivan dan ibu panti pun menaiki taksi dan meninggalkan pekarangan panti asuhan

Jivan menarik nafasnya dalam dalam untuk menghilangkan rasa gugupnya, sampai tak sadar mereka sudah sampai di kediaman keluarga Setiawan

Rumah besar nan megah yang berhasil membuat Jivan terkagum

"Van, ibu hanya bisa mengantarkan Jivan sampai sini. Ibu harap, Jivan bisa bahagia dengan keluarga Jivan. Dan kalau Jivan kangen, panti asuhan selalu membuka pintu untuk Jivan." Ucap ibu panti dengan mata berkaca kacanya sambil menggenggam tangan Jivan

Jivan pun langsung memeluk ibu panti. Baginya, ibu panti adalah ibunya selama ini. Wanita yang merawatnya

"Makasih untuk semuanya bu. Jivan pergi ya bu." Pamit Jivan lalu keluar dari taksi

Jivan pun masuk ke kediaman keluarga Setiawan. Jivan memencet bel 2 kali, hingga seorang pelayan membuka pintu

Pelayan yang tau siapa itu Jivan langsung tersenyum dan mempersilahkan Jivan masuk

Jivan melihat ada 3 orang yang duduk bersama di ruang tamu. Dengan suara pelan nya Jivan memanggil orang tuanya

"Papa, Mama.."

Dua orang yang merasa dipanggil pun mendongakkan kepalanya lalu menoleh ke arah Jivan

Dengan raut wajah dingin dan mata sinis mereka melihat Jivan

"Jadi lo adek kembar gue?" Ucap pria yang seumuran dengan Jivan, yaitu Angkasa abang kembar nya

"Bener bener gak mirip sih sama gue. Lo kucel, gak pantes jadi anggota keluarga gue seharusnya." Lanjut Angkasa

Jivan tertegun dengan ucapan pria di depan nya ini. Kenapa dia mengatakan hal sakit seperti itu?

"Angkasa, jangan ganggu dia. Kamu, siapa nama mu?" Tanya Yuda, sang ayah

"Papa gak tau nama aku?" Bukannya menjawab, Jivan malah bertanya balik dengan wajah sedihnya

"Ya kagak lah! Ngapain juga kita tau nama lo! Gak penting!" Balas Angkasa

"N-nama aku Jivan."

"Well, Jivan kamar kamu ada di lantai dua. Suruh aja salah satu pelayan nganter kamu." Ucap Grace, sang ibu

"Visha pulang!" Tiba-tiba suara cempreng menggelegar di seluruh ruang tamu

"Ini si anak panti itu?" Tanya saudara tiri Jivan, Visha. "Iya sayang, namanya Jivan. Dia kakak kamu." Jawab Yuda

"Yaa lo gak jauh beda sih dari apa yang gue bayangin. Jelek dan gak modis sama sekali." Ejek Visha

"Jivan, perlu kamu ketahui. Semenjak 15 tahun yang lalu kamu hilang, saya dan suami saya mengadopsi Visha sebagai anak kami. Dengan kata lain, posisi kamu sudah digantikan dengan Visha." Jelas Grace dengan suara dingin nya

Jivan menundukkan kepalanya dan bertanya, "Kalau gitu, kenapa kalian biarin Jivan kesini?"

"Sekedar formalitas buat lo aja sih. Orang tua bertanggung jawab, makanya mereka bawa lo kesini. Hanya untuk memenuhi kewajiban aja." Jawab Visha

"Sana ke kamar, males gue liat muka lo." Suruh Angkasa

Salah satu pelayan pun menuntun Jivan menuju kamar barunya

Bukan ini keluarga yang Jivan mau.

Flashback off.

"Pah Mah, Angkasa berangkat dulu ya." Pamit Angkasa. "Eh tungguin Visha dong bang, rotinya dikit lagi habis nih." Ujar Visha dengan manja nya

"Ya udah, abang tungguin. Buruan ah." Balas Angkasa

"Sa, aku boleh berangkat bareng kalian hari ini?" Tanya Jivan dengan hati-hati

"Duh! Berapa kali harus gue bilang sih sama lo?! Gak ada yang boleh tau kalo lo itu punya hubungan darah sama gue!" Bentak Angkasa

Jivan yang dibentak pun hanya bisa diam sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak bisa melawan keluarga ini, ia terlalu takut

Visha yang melihat itu hanya tersenyum sinis. Visha meraih tas nya dan tak lupa berkata pada Jivan. "Emang enak dimarahin sama abang gue."

Visha pun pergi diikuti oleh Winner. "Jivan, kamu jangan mempermalukan Angkasa atau Visha di sekolah. Menurut kamu apa kata orang kalau sampai mereka tahu kamu bagian dari keluarga saya?" Sinis Yuda

"M-maafin Jivan Pah." Lirih Jivan. "Sekarang kamu berangkat saja ke sekolah, terserah naik apa." Suruh Grace

Jivan mengangguk patuh, lalu keluar dari rumah

Bahkan gadis licik dan menyebalkan seperti Visha masih bisa lebih beruntung darinya.

T B C.

Debu adalah panggilan dari beberapa orang untuk Jivan. Mereka memanggil Jivan debu karena merasa Jivan hanyalah kotoran kecil yang mengganggu

GARVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang