SINGLE PARENT (2)

762 113 11
                                    

Ice Cream dan Hari Seram







 

Seokjin melirik jam tangannya, ia tahu ia terlambat beberapa menit. Ia menghentikan laju kendaraannya tepat di depan lobby sekolah, memerhatikan keempat anak yang sudah mendekat ke arahnya. Seokjin beranjak turun dan lekas menyapa tuan Park yang ternyata sejak tadi menemani anak-anak.

"Terimakasih tuan Park. Maaf sedikit merepotkan" ucap seokjin dibalas senyuman hangat park in young.

"Tidak masalah tuan Kim, saya justru senang Jimin bisa menemani yoongi . Kalau begitu kami permisi--jimin beri salam pada paman"

Seokjin tersenyum dan mengusak rambut jamur Jimin saat anak itu membungkuk di depannya lekas beranjak mengikuti sang ayah.

"Hati-hati dijalan, kak Jimin" teriak hoseok sambil melambaikan tangannya.

Seokjin bersimpuh di depan kedua anaknya, mensejajarkan tinggi nya dengan keduanya. Hoseok dan namjoon sendiri paham, mereka lekas mendaratkan kecupan di pipi kiri dan kanan seokjin.

"Maaf ya, ayah terlambat lagi"

Seokjin lekas mengambil tas kedua putra kembarnya, menatanya di kursi belakang dan membimbing keduanya masuk, sedang yoongi sudah masuk mobil bahkan tanpa memberi ciuman selamat datang seperti yang dilakukan kedua adiknya.

Rasa-rasanya sejak lama memang seokjin merasa ada yang berbeda dari anak-anaknya. Yoongi terkesan sangat acuh pada temannya, ia bahkan melihat sendiri bagaimana yoongi antipati pada temannya yang berusaha mendekatinya dan beralasan bahwa "mereka tidak benar-benar ingin berteman denganku". Hoseok terlihat yang paling normal dibanding yang lain, tetapi prestasinya tidak meningkat walau seokjin memasukkan kembarnya ke bimbel yang sama. Dan bungsunya, namjoon, ia terkesan terlalu tertutup, terlihat tidak cerah seperti hoseok, walau prestasinya sangat cemerlang.

"Yoongi, apa hari mu menyenangkan?" Tanya seokjin sambil mulai menginjak pedal gas nya.

Yoongi mengangguk kecil dan mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

"Aku mendapat hadiah lagi dari Jimin, ini ada juga untuk namjoon dan hoseok" jelas yoongi memperlihatkan isi paperbag nya pada ayahnya.

Seokjin tersenyum dan mengangguk, ia tahu yoongi masih lah normal, juga memiliki teman, Jimin misalnya.

"Katakan terimakasih pada jimin, salam dari ayah untuknya"

Lama keheningan tercipta sepanjang perjalanan dari sekolah menuju apartemen. Seokjin sendiri memilih diam, ia lihat ketiga putranya sudah tertidur lelap. Seokjin memutuskan untuk berbelok ke supermaket, ia ingin membeli beberapa bahan makanan yang sudah habis.

******

Perasaan seokjin tak enak sejak kemarin, ia hanya terus terpikirkan perkembangan ketiga putranya. Tangannya memijat kepalanya pelan, berusaha menghilangkan kekhawatiran yang ada, belum lagi ibu nya yang terus memintanya untuk kembali ke rumah, beralasan bahwa rumah akan lebih ramai jika ia dan anak-anaknya ada disana.

Lamunannya terbuyarkan saat mendengar suara benda terjatuh dari ruang bawah, dengan segera ia keluar. Ia lekas menyalakan semua lampu yang ada dirumah dan menemukan namjoon yang sedang membuka kulkas. Ia sedikit terkekeh, anaknya pasti merasa lapar. Namun setelah mendekat ia menjadi sedikit tersulut emosi karena namjoon memakan ice cream di malam hari. Ice cream dimalam hari benar-benar akan membuat mereka sakit, jadi itu larangan keras bagi semua anggota keluarganya.

"Letakkan, namjoon!" seokjin kelepasan membentak namjoon.

Namjoon yang ketahuan tertunduk takut, padahal ia berusaha bersembunyi dari ayahnya. Dijauhkannya ember ice cream nya dari jangkauan sang ayah. Ia memang memiliki tujuan, ingin memakan banyak ice cream supaya besok sakit dan ia tidak bisa masuk sekolah. Tatapan intimidasi dari ayah membuatnya beringsut dan berjongkok di depan pantri, memaksa seokjin untuk berusaha merayu putranya.

Drabble Namjoon Where stories live. Discover now