25: Keishin

157 55 19
                                    

Saat Yuga dan Kei memasuki kelas, semua mata langsung memandang Yuga dengan tatapan sinis. Mereka bahkan berbisik-bisik terus terang selama Yuga berjalan melewati mereka.

"Jadi, Yuga beneran gay?"

"Kata Ringgo sama Aga sih gitu...."

"Gue nggak di kantin tadi. Emang Ringgo sama Aga bilang apa?"

"Pokoknya bahas cowoknya Yuga gitu. Mereka kayak marah sama cowoknya Yuga. Mungkin tuh cowok udah mutusin Yuga," ujar Riska, si biang gosip.

"Hah? Tunggu, terus pas Yuga pacaran sama Renata gimana? Yuga masih pacaran sama tuh cowok, nggak?"

"Kayaknya sih, masih."

Kesabaran Yuga benar-benar diuji. Ia berjalan lebih cepat ke mejanya, lalu menendang kursi cukup keras hingga semua murid menoleh.

"Bacot," ucap Yuga pelan dan tajam. "Kalo berani, sini ngomong depan muka gue."

"Yuga, sabar." Kei memegang lengan Yuga. "Jangan kebawa emosi."

"Terus gue harus pura-pura nggak denger gitu?" tanya Yuga dengan nada meninggi.

"Lo cuma perlu diem, Yuga. Biar gue yang urus mereka," jawab Kei tenang, lalu tersenyum tipis.

"Hah? Lo mau ngapain?"

Kei pun berjalan maju ke depan papan tulis. Semua murid otomatis melihat ke arahnya, karena Kei memang semenarik itu. Bagi murid perempuan atau pun laki-laki, Kei memang sangat menarik.

"Kei mau ngapain, sih?" gumam Yuga sedikit cemas.

"Kalian salah paham," ujar Kei cukup kencang. "Yuga bukan gay."

"Terus kenapa kalian tadi bahas Yuga digodain cowok? Pasti karena dia gay, lah."

Kei terkekeh. "Memang ada cowok yang ganggu Yuga, tapi maksudnya kayak stalker. Makanya Yuga minta bantuan gue, tapi Aga dan Ringgo malah teriak-teriak hal yang ambigu."

Riska tertawa. "Lah? Kenapa Yuga minta bantuan lo, Kei? Nggak masuk akal alasan lo, ah."

"Karena gue sahabatnya," jawab Kei sambil melihat Yuga. Sahabatnya itu terus menggeleng, seolah melarang Kei berbicara lebih lanjut. "Oh iya, dan gue gay. I'm into handsome guys. Gue nggak pernah bermaksud buat nutupin hal ini. Salah kalian yang nggak pernah nanya langsung ke gue."

Semua murid terkejut, tapi tidak bisa berkata-kata. Hening.

Sebagian yang mendengar Kei, masih berharap bahwa Kei hanya bercanda. Sedangkan sebagian lagi, lumayan terkejut hingga merasa bingung dan kecewa.

"But, this is the way I am. Gue harap, kalian bisa berhenti nuduh Yuga gay. Karena dia memang bukan gay, dan juga bukan tipe gue. PAHAM?!"

Kei meninggikan suaranya di akhir kalimat, hingga membuat semua murid merasa merinding. Itu pertama kalinya Kei meninggikan suaranya.

Entah mengapa, malah lutut Yuga yang merasa lemas. Ia duduk di kursinya sambil menutup wajahnya. "Bego, ngapain sih dia sampe ngaku depan banyak orang gitu?"

Yuga tentu saja mencemaskan Kei. Ia takut Kei akan dijauhi banyak orang. Padahal, Kei begitu populer dan dikagumi banyak murid serta guru.

"Yuga, I'm really fine." Kei menepuk pundak Yuga. "Jangan khawatir. Bahkan kalau semua orang jauhin gue, gue nggak peduli. Yang penting, kalian bertiga nggak benci sama gue, kan?"

"Bego, mana mungkin gue benci sama orang sekeren lo?" Yuga berdecak.

"Oh iya, tapi mungkin mereka berdua bisa aja benci dan jijik sama gue.?"

"Nggak akan. Mereka nggak sejahat itu."

Kei terkekeh. "Jadi, masalahnya udah kelar, kan? Jangan marah lagi sama mereka."

"Hmm, tergantung sikap mereka nanti."

[]

Sampai sekarang, gue nggak habis pikir sama jalan pikiran Kei.

Padahal dia pinter, tapi mau melakukan hal sebodoh itu demi gue. Harusnya dia diem aja.

Cutie Pie [Short version]Where stories live. Discover now