21: Another Rumour

149 56 23
                                    

"Yuga akhirnya jomblo lagi, tuh, Ris," ujar Putri, salah satu murid yang satu kelas dengan Yuga.

"Lo mau nyoba nembak dia, nggak? Siapa tau diterima!" Riska tertawa.

"Nggak mungkin, lah. Gue kan nggak terlalu cantik."

"Dia tuh nyari pacar cuma biar nggak dibilang gay. Jadi, kemungkinan besar, siapa pun cewek yang nembak dia ... pasti diterima."

"Yaudah, lo aja yang coba duluan, Riska. Kenapa jadi nyuruh gue?"

"No no, gue males berurusan sama temen-temennya yang aneh. Apalagi waktu itu gue pernah ribut berdebat sama Aga."

"Tapi, dulu lo pernah bilang ke gue kalo lo suka sama Yuga, kan?"

"Hmm, kalo gue berhasil, gimana?"

"Lo bisa terkenal, Ris! Renata juga jadi terkenal sejak pacaran sama Yuga. Bahkan setelah putus, dia tetep terkenal."

"Oke! Nanti deh gampang, gue bakal coba deketin dia."

Kedua siswi itu mengobrol di depan pintu kelas, bicara dengan santai karena berpikir belum banyak murid yang datang. Jam enam itu masih terlalu pagi, kan?

Namun, ternyata seseorang datang dengan rambut basah dan mata yang mengantuk. Cowok itu bahkan menguap lebar, saat melewati Riska dan Putri.

"Yu-yuga! Kok lo tumben dateng sepagi ini?" tanya Riska ketika Yuga sudah memasuki kelas, membuat Yuga berbalik badan dengan lemas.

"Lo juga, tumben nanya. Lanjutin ngobrol aja, anggap gue makhluk halus." Yuga pun kembali berjalan ke mejanya, lalu mengeluarkan handuk kecil dari dalam tas. Rambut habis keramas itu harus dikeringkan, agar tidak masuk angin. Begitulah kata mamanya.

Benar sekali, Yuga memang buru-buru ke sekolah sampai tidak sempat mengeringkan rambut di rumah. Papanya entah kenapa hari ini memaksa Yuga untuk mau diantar ke sekolah, padahal biasanya Yuga malah disuruh naik angkot atau jalan kaki agar sehat.

Saat Yuga sibuk mengeringkan rambut, Riska dengan berani duduk di depan Yuga setelah memutar kursi Aga.

"What? Lo bisa lihat gue?" sindir Yuga, karena tadi ia sudah menyuruh Riska untuk menganggap Yuga makhluk halus.

Riska terkekeh. "Gue mau ngobrol aja, kok. Mumpung temen-temen lo belom dateng."

"Ngobrol apa? Tumben ngajak gue ngobrol langsung, biasanya kan lo sukanya ngomongin gue di belakang." Yuga tersenyum miring, menyindir.

"Bukan cuma gue yang ngomongin lo di belakang, ya! Banyak!"

"Ohh."

"Lo marah? Iya deh, gue janji nggak akan ngomongin lo lagi."

Yuga menggeleng. "Gapapa, gue nggak pernah peduli."

"Yuga, lo beneran bukan gay?"

"Kenapa lo nanya?"

"Kalau lo bener bukan gay, gue mau jadi pacar lo."

Yuga mendengus geli. "Terus, apa untungnya buat gue jadi pacar lo?"

"Gue bisa bantu lo buat nutupin rumor gay yang beredar. Gimana?"

Entah mengapa, sejak mendengar pengakuan Kei yang berani--Yuga jadi merasa semakin tidak peduli soal rumornya. Bahkan jika nanti ada cowok lagi yang menyatakan cinta, Yuga sepertinya bisa menolak lebih mudah dan sopan.

"Riska, gue nggak butuh bantuan lo. Gue pacaran sama Renata kemarin juga bukan buat nutupin rumor, oke?"

"Lo nolak gue?"

"Bisa dibilang gitu. Sorry, gue sama sekali nggak tertarik pacaran sama lo."

"Ha-ha, gue juga iseng doang nanya gitu ke lo. Gue juga nggak tertarik sama cowok nyebelin kayak lo."

Yuga melipat tangan, sambil menyandarkan punggungnya."Heehh, bukannya lo lebih nyebelin?"

"Liat aja, lo bakal nyesel." Riska bangkit berdiri, berjalan cepat meninggalkan Yuga.

"Booo, ancamannya kurang serem."

[]

Fyi, gue paling nggak suka sama cewek tukang gosip.

Cutie Pie [Short version]Where stories live. Discover now