Arc 11 - Komitmen -

613 70 13
                                    

Semenjak kejadian tempo hari, Chika sudah benar-benar berhenti menghubungi Mira. Kini tak ada satupun notifikasi dari Chika di ponsel Mira. Mira tahu ini adalah konsekuensi yang harus ia terima. Bahkan tamparan Chika di pipinya kala itu tak akan sebanding dengan sakitnya hati Chika karena perbuatannya.

Mira kini benar-benar sendiri. Tak ada teman dekat ataupun sahabat. Kadang dalam kesendirian seperti ini, Mira teringat tentang Vivi. Bagaimana sosok Vivi yang selalu bisa membuatnya tertawa. Khususnya pada saat-saat seperti ini. Berbicara tentang Vivi, Mira masih belum mendapati kabar tentangnya. Maka dari itu, sepulang latihan nanti Mira akan mampir ke rumah Vivi.

***

Dan disinilah Mira sekarang, di depan rumah Vivi yang tampak sangat sepi. Dengan bermodalkan keberanian dia mengetuk pintu depan rumah sang mantan.

Satu kali, tak ada yang menyahut. Dua kali, masih sama tak ada tanda-tanda jika pintu akan dibuka.

Mira mulai cemas, takut jika rumah ini kosong dan dia tak mendapatkan informasi apapun mengenai tempat dimana Vivi dirawat. Karena sejatinya saat ini dia hanya ingin bertemu dengan gadis itu dan berbicara sedikit mengenai banyak hal yang tak menyenangkan antara mereka belakangan ini.

Dengan helaan napas kasar, Mira mencoba mengetuk pintu itu sekali lagi. Beruntung, ada sahutan dari dalam dan langkah kaki yang terdengar. Menyadari itu membuat hati Mira langsung melega dan bibirnya refleks menyunggingkan senyum yang lebar.

Tak lama pintu terbuka, menampilkan salah satu orang yang bekerja di rumah Vivi. Mira tak mengenal dekat sosok perempuan paruh baya itu, dia hanya sebatas tahu saja.

"Eh non Mira?" Tanyanya dengan senyum yang merekah.

Mira tersenyum canggung kemudian mengusap lehernya sekilas. "Ah, iya bi, ini Mira." Salamnya yang membuat perempuan paruh baya itu tersenyum hangat.

"Ada apa non?"

Mira mencoba untuk biasa saja, meskipun sebenarnya gugup setengah mati. "Aku cuma mau tanya, katanya Vivi sakit ya bi?" Tanyanya yang tersirat nada kekhawatiran.

Bibi mengangguk pelan. "Iya non, non Vivi dibawa ke rumah sakit sama bapak dan ibuk." Jawabnya yang membuat Mira menundukkan kepala, entah kenapa rasa bersalah itu langsung memenuhi rongga dadanya.

"Kalo boleh tau, rumah sakitnya dimana ya bi?"

Bibi mencoba untuk mengingat nama rumah sakit tempat Vivi dirawat, namun tak berhasil. "Aduh saya lupa non nama rumah sakitnya," ucapnya dengan pandangan tak enak.

Bahu Mira melemas, rasanya jadi ingin menangis saja. Entah kenapa dia beberapa hari kebelakang terlihat sedikit lebih sensitif.

"Tapi saya inget non, itu rumah sakitnya deket sama kantor bapak. Dia kalo dari rumah, ada di sebelah kiri bersebrangan dengan kantor bapak yang ada di sebelah kanan." Ucap Bibi lagi yang berhasil membuat Mira menyunggingkan senyum lebarnya.

Mira menganggukkan kepalanya beberapa kali, mengetahui rumah sakit yang dimaksud bibi. "Ah, iya-iya aku itu dimana. Makasih banyak ya bi, maaf ngerepotin, aku ke umah sakit dulu ya bi." Pamit Mira pada perempuan paruh baya itu yang sudah menyunggingkan senyum ramah sambil mengangguk pelan.

"Hati-hati non."

***

"Ngapain lo disini?"

Mira menghentikan langkahnya kemudian menaikkan satu alisnya sambil memasang ekspresi tak tertebak. "Mau jenguk Vivi." Ucapnya santai.

Namun mendengar itu, tidak membuat lawan bicaranya jadi santai juga. Malah gadis itu terlihat menahan emosinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 24, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TortuousWhere stories live. Discover now