13.Mission.

8 12 0
                                    

Setiap Manusia mempunyai
porsi masalahnya masing-masing.

♡☆♡

Happy Reading.

Dengan sialnya hari ini motor yang dikendarainya mendadak bocor bannya, jadi ia memutuskan untuk menaiki angkotan umum. Ia melihat arloji dipergelangan kirinya, jam sudah menunjukan pukul 07:30.
Sampai saat inipun angkotan umum belum terlihat batang idungnya.

"Punya cwok, susah banget dimanfaatinnya," gerutunya sambil melihat dirinya dari kaca ponsel.

"Si bangke juga, ngapain si berangkat pagi banget ke kampus. Mau kencan sama ibu kantin apa!" keselnya, mengingat abangnya pake pergi pagi pagi.

Klakson mobil membuat Shena menghentikan langkahnya, keluar laki laki tampan menghampiri dirinya dengan wajah datarnya.

"Ayo berangkat, gue disuruh sekalian jemput lo sama Aidil," titah Alden, mengingat bel 20 menit lagi berbunyi, Shena tanpa pikir panjang segera masuk kedalam mobil cwok itu.

Alden melajukan mobil itu dengan kecepatan penuh, gila si Alden berani banget mengendari secepat itu bersama Shena. walau Shena tak merasa takut sama sekali, karna menurut Shena ini tak seberapa, tak seperti dirinya pas dibonceng bersama Samuel saat menghindari pembunuh.

"Kenapa gak Aidil aja yg jemput gue?" tanya Shena tanpa mengalihkan pandangannya dari kaca mobil, yang menampilkan pepohonan di sepanjang jalan.

"Lagi kena hukuman, karna ga pake dasi," jelas Alden membuat Shena mendengus kesal.

"Kan bisa beli?" tanya Shena kembali.

"Dia lebih seneng dihukum dibanding harus beli dasi, sambil tebar pesona sama adik kelas," mendengar ucapan Alden kali ini, membuat Shena tambah kesel. Apakah dirinya cemburu? Tidak. dia hanya tidak suka, Ah entahlah.

"Btw, tau dari mana alamat gue?" sebenarnya ia penasaran mengapa laki laki ini mengetahui alamat-Nya.

"Lo lupa, gue kan pernah kerumah lo saat bokap lo ninggal," Shena beralih melihat Alden sebentar lalu menepuk jidatnya pelan, ia lupa kalau waktu saat itu yang datang bahkan bukan hanya Alden melainkan yang lainpun.

Sampailah di parkiran sekolah, Shena langsung turun dari mobil dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

"Gue duluan ya!!" pamit Shena yang dapat anggukan sebagai jawabannya.

Bel sudah berbunyi sejak 7 menit yang lalu, dengan segala ucapan Alden dan satpam itupun mau membukakan gerbangnya.

saat dalam perjalanan kekelas Shena melihat kearah lapangan, disana ada Aidil yang sedang dihukum, dengan kemeja sekolah yang sudah terlepas dari badannya menyisakan kaos putih dan celana abu-abu.

Shena berdecak kesal saat melihat siswa lain yang melintas melihat Aidil yang sudah basah keringat, apalagi sorakan alay dari ceweknya.

"Markonah?" panggil Aidil sambil melambaikan tangan, Shena berjalan mendekat kearahnya.

"Gimana tadi gak diapa-apain kan sama Alden?" tanyanya saat Shena sudah ada dihadapannya.

Gadis itu bukannya menjawab pertanyaan, malah mengambil kemeja Aidil yang di sangkutkan di tiang bendera, dengan wajah datarnya, gadis itu memakaikan kemeja itu kebadan Aidil dengan sedikit berjingjit.

Lelaki itu tidak bisa menyembunyikan senyumnya, sorakan dari siswa siswi yang melihat mereka berdua memekakan telinga. Namun tidak diindahkan oleh mereka berdua.

"Dasi lo kemana?" tanyanya yang masih sibuk mengancingkan kemeja kekasihnya itu.

"Dikasih ke adek kelas," jawabnya cengengesan.

Detective.Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon