Buk Ica

0 0 0
                                    

Kembali pada hari senin. Hari yang didamba-damba dan yang ditunggu-tunggu banyak orang terutama murid sekolah. Ya seperti double A ini.

Ini masih jam 4.55 subuh. Lalu apa yang mereka lakukan?

Duduk diam dipinggir kasur dengan wajah bantal dan rambut acak-acakan. Jangan lupakan sedikit aliran sungai yang sudah kering di sudut bibir keduanya.

Mereka sudah bangun sekitar 10 menit yang lalu namun yang mereka lakukan hanya bermenung. Arkan bilang ingin mengumpulkan nyawa, sedangkan Artan masih sibuk mengingat-ingat mimpi apa dia malam tadi.

"Woi! Kembar setan! Cepetan elah. Semuanya udah nungguin di mushallah!" teriak Ziqa dari luar kamar si kembar.

Iya, mereka mau shalat subuh berjamaah, tapi si kembar malah belum keluar dari kamarnya.

"Batal deh wudhu gue," keluh Ziqa.

Duar! Duar!

Tendangan yang cukup kuat pemirsa.

"Cepetan turun!" teriak Ziqa lagi.

Gadis bar-bar itu segera pergi dari sana menuju mushollah.

Arkan yang sadar lebih dulu segera menyeret kembarannya menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Terlalu dingin mandi pagi-pagi begini.

Jangan sampai nanti Yang Mulia Ratu turun tangan untuk membangunkan mereka berdua.

Selesai, mereka turun menuju mushollah dengan wajah yang lebih segar. Tentunya sudah lengkap dengan baju koko, sarung serta kopiah hitam di kepalanya.

Sekilas terlihat seperti ustad muda yang sedang naik daun, tapi sayang, si kembar akhlakless.

Rutinitas sedari mereka kecil. Shalat berjamaah lalu tadarus setelahnya. Bunda Adara dan Ayah Andra memang mewajibkan itu pada anak-anaknya. Bahkan si kembar dan Ziqa sudah hapal 30 juz Al-Quran di umur 7 tahun.

Tapi Bunda Adara tidak mengerti kenapa anak-anaknya pada berandal semua. Tapi, lagi, kata Ayah Andra, nggak masalah berandal asal jangan maksiat. Hukuman Tuhan itu lebih berat dari pada hukuman manusia.

*****

Seragam rapi, rambut klimis, atribut lengkap, wangi, dan tentunya wajah yang tampan.

Oke, si kembar sudah siap pergi sekolah.

Jalan beriringan menuju meja makan yang sudah diisi oleh ayah sama adiknya. Sedangkan bunda masih sibuk menyiapkan sarapan.

"Pagi all."

"Morning semuanya."

Nah itu dia si kembar kita. Kenapa bahasa inggrisnya setengah? Karena biar adil, itu kata Artan.

"Sok rapi banget di rumah. Lima langkah dari rumah aja ilang itu dasi," cibir Ziqa tanpa menatap kedua abangnya itu.

Punya adik seperti Ziqa yang nyinyirnya minta ampun itu memang harus ekstra sabar. Tapi buat kembar itu nggak apa-apa, hitung-hitung ngurangin dosa yang udah numpuk.

"Adek mulutnya minta di amplas pake kulit duren ya? Licin bener perasaan," ucap Artan sambil tersenyum manis dengan matanya yang melotot.

"Apa melotot-melotot!" ketus Ziqa garang.

"Dih, apaan. Abang lagi merem tuh, tuh." Artan ngedip-ngedip jijik ke Ziqa.

Ar|kan|tanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang