PROLOG

1.9K 205 28
                                    


[Lukisan Jingga di Angkasa]


"Anka ini anaknya cerdas sekali kok, Pak. Seperti yang Bapak lihat, nilai tertulisnya selalu dapat angka yang tinggi." Ujar seorang wali kelas dengan kacamata tebal yang sedang menunjukkan laporan belajar salah satu muridnya ke hadapan Kennard.

Pria itu mengangguk sambil memperhatikan nilai-nilai yang tertera. Memang benar. Di kolom penilaian tertulis dan lisan, semuanya menunjukkan angka yang mengagumkan. Mendekati sempurna, bahkan ada yang sempurna. Seratus. Namun, rasa bangga yang tadinya membuncah jadi menciut kembali saat jari sang wali kelas bergerak turun menunjukkan kolom yang menjelaskan nilai sikap.

"Sayangnya, Anka jadi tidak bisa meraih penghargaan yang sempurna karena sikapnya, Pak. Pekerjaan rumahnya seringkali terlewat. Anka juga sering terlambat datang ke sekolah. Bukan terlambat sepuluh atau lima belas menit saja, tapi dia bisa saja masuk setelah pelajaran pertama selesai. Saya tanya alasannya, dia selalu bilang kalau dia berangkat dengan bus dan dia masih tidak paham rute yang bus dia naiki, jadi sering tidak tepat waktu sampai di sekolah. Saya tahu, mungkin Bapak sibuk sekali sampai tidak sempat mengantar, tapi apakah Bapak bisa mencari solusi lain supaya hal seperti ini tidak terjadi lagi? Mungkin, Bapak bisa meminta tolong pada seseorang untuk mengantar-jemput Anka?" Sang wali kelas menjelaskan panjang-lebar. Kennard tidak bisa berkomentar apa-apa dan hanya menghembuskan napas sambil melirik pada Anka yang menunggu di luar ruangan, bersama murid lain yang masih menunggu giliran.

Setelah selesai dengan sang wali kelas, Kennard keluar sambil menenteng map biru berisi laporan belajar Anka. Anka menegakkan punggung setelah melihat sang paman keluar dari ruangan. "Tidak bisa naik kelas ya?" tanya si remaja enam belas tahun itu. Kennard langsung merangkul Anka dan menggiringnya untuk melanjutkan langkah.

"Hei, kenapa sudah pesimis begitu sih? Tentu saja naik kelas. Nilaimu bagus semua kok. Paman bangga sekali." Tukas Kennard sambil terkekeh.

"Tapi tadi Paman mengernyit terus saat mendengar penjelasan wali kelasku." Sahut Anka. Kennard tertawa terbahak-bahak.

"Memangnya kalau Paman mengernyit, berarti yang Paman dengar adalah hal buruk?"

Anka mengangkat bahu. "Siapa tahu."

"Kita ke tempat ayahmu ya?" Tutur Kennard sambil memasang sabuk pengaman sebelum melajukan mobilnya. "Ada acara makan-makan. Kita bisa makan siang di sana. Seorang penggemar mengirimkan food truck ke lokasi syuting ayahmu. Jadi, kita bisa mencicipi makanan di sana." Lanjutnya.

Anka menghela napas panjanag, tampak tidak berminat. "Pulang sajalah, Paman. Nanti ayah terganggu kalau ada aku."

"Kenapa berpikir begitu, Ka? Memang Anka bisa membaca pikiran ayah?"

Anka menggembungkan pipi, lalu memalingkan wajah. Ia memilih untuk menatap keluar jendela. Diamnya Anka merupakan tanda setuju bagi Kennard. Dan ia melajukan mobilnya menuju tempat ayah Anka berada.

[Lukisan Senja di Angkasa]

Syuuuuuuuuuuttttt

Prolog is released~

Aku beranikan diri untuk merilisnya, karena ... apa ya ... ya pengen aja dipublish hehe

Semoga kalian akan suka ya.

For your information, sekarang aku memang lebih suka nama-nama lokal, dengan visualisasi yang sama seperti sebelum-sebelumnya. Malaikat tercintaku, si manusia yang tidak pernah menua : "Jiminie chimminie hiphiphura"

Jadi sosok yang bagaimanakah dia di sini? 

Nantikan First chapternya yaaa 

Love

Wella

29 Mei 2021

Lukisan Jingga Di AngkasaWhere stories live. Discover now