Six⛅

254 37 27
                                    

"Susah banget jadi orang yang apa apa kepikiran sampai gak bisa tidur, bikin capek."
-Cassandra Qravellyn

 
  Seorang gadis tengah menutup dirinya di balik selimut dalam keadaan yang bisa dibilang  ‘cukup kacau’. Mata sembab, hidung merah, dan lagi keadaan kamar yang tak layak disebut kamar.

Sepulang dari acara nonton dengan ke tiga sahabatnya, keadaan Araa sudah tidak bisa di katakan baik – baik saja. Pertama, Araa melihat Elang sedang bersama Queena, yang semua orang tau mereka adalah sepasang kekasih. Kedua, perkataan kedua orang tua Araa yang sangat ia benci.

[Flashback on]

Terlihat Araa turun dari taksi dengan wajah ia tekuk, tidak ada senyum sedikit pun seperti biasanya. Kemudian ia memasuki rumah, dan yang pertama kali ia lihat adalah kedua orang tuanya.

Senyum merekah itu muncul seketika, seolah tidak terjadi apa apa terhadapnya.

“Assalamualaikum, ayah, ibu Araa kangen” ucapnya sambil merentangkan tangan memeluk ibunya.

Ema pun membalas pelukan anak semata wayangnya itu, “waalaikumsalam anak gadis ibu” sambil tersenyum.

“Waalaikumsalam, darimana saja kamu Ra? Jam segini baru pulang. Dasar anak tidak berguna.” Ucap Adam dengan nada sinisnya.

Mata Araa memanas ,“maksud ayah apa? Araa baru pulang bukannya disambut malah kayak gini. Salah Araa apa yah? Apa Araa salah nyari kebahagiaan di luar? Salah, nyari kebahagiaan yang gak Araa dapet dari kalian? Apa salah ayah?” tanyanya tidak terima.

Plakk

Kenyataannya bukan jawaban yang Araa terima, melainkan tamparan yang menimbulkan bekas kemerahan di pipi mulusnya. Tangis Araa seketika pecah, ia menangis sambil memegang pipi sebelah kanannya.

Ema melihat anaknya di perlakukan seperti itu hanya bisa diam tak berkutik. Ini yang Araa tidak suka berada di rumah, perlakuan kedua orang tuanya dan ketidak hadiran sosok kedua orang tua seperti teman temannya.

“ibu kenapa diem aja bu kenapa? Araa di tampar bu, kenapa ibu diem aja kenapa?” tanya Araa dengan di iringi isak tangis nya.

Miris, Ema tetap diam tak mengeluarkan sepatah kata pun. Araa yang melihat itu tersenyum getir. “Ayah cuman bisa marah, dan ibu cuman bisa diem liat anaknya kayak gini. Kalian emang gak sayang kan sama Araa?”

Baik Ema maupun Adam tak mengeluarkan suara, mereka hanya diam. Araa menghapus air mata nya kasar, “Jika bisa Araa milih, lebih baik Araa ga dilahirkan oleh orang tua kayak kalian. Yang ninggalin anaknya sendiri di rumah dan lebih mementingkan pekerjaan kalian.”

“Araa capek kayak gini terus,” kemudian Araa beranjak pergi meninggalkan kedua orang tuanya.


Sesampainya Araa di kamar, ia langsung membating pintu dengan cukup keras.Melempar semua barang yang ada dihadapannya.

"Tuhan jahat banget sama gue, kebahagiaan yang harusnya gue dapet dari dulu, nyantanya gak pernah gue dapet sedikit pun" Ucap Araa di sela tangisnya.

[Flashback off]

"Susah banget jadi orang yang apa apa kepikiran sampai gak bisa tidur, bikin capek" keluh araa.

Ia tetap menutup dirinya di balik selimutnya, tak mengindahkan suara notifikasi yang terus berbunyi. Hingga tak sadar ia pun terlelap dalam tangis nya.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang