"Sayang banget sama anak Mami yang satu ini," kata Remi memeluk Radi gemas. Dia mengecup pipi Radi sebelum bersandar di sofa. Dia tersenyum saat Radi menyandarkan diri pada tubuhnya.

Remi mengusap kepala Radi pelan sembari menyenandunkan lagu pengantar tidur.

"Mami, Ladi udah tidul siang." Radi menatap wajah Remi dengan tatapan polos, dia juga memegang tangan Remi agar berhenti mengelusnya.

"Iya-iya Mami tahu," kata Remi pelan.

Radi menyengir, memamerkan gigi susu yang imut dan terawat sebelum melepas tangan Remi dan kembali membiarkan sang Ibu kembali mengelus kepalanya.

"Radi sayang, kenapa kamu gak cerita lagi ke Mami kalau masih suka diganggu," tanya Remi pelan, tanpa menghentikan usapannya di kepal Radi.

"Kapten Zolo bilang kalau mau jadi pahlawan jangan suka menangis," kata Radi dengan semangat menggebu. "Ladi mau jadi pahlawan Mami, jadi Ladi gak boleh sedih-sedih lagi. Ladi harus selalu ceria supaya Mami senang."

Remi membeku, lalu air matanya menetes tanpa sadar. Ucapan polos Radi benar-benar menyentuh hatinya, sampai-sampai dia tidak bisa membendung air mata.

"Loh, Mami kenapa menangis? Apa ada yang sakit?" Radi bergerak dan bangkit berdiri. "Jangan menangis Mami, nanti kalau Mami menangis Ladi juga jadi sedih." Radi menyentuh pipi Remi dan mengusap air mata sang ibu dengan panik.

Remi mengangguk, dia segera menghapus air mata saat melihat mata anaknya berkaca-kaca. "Mami udah gak menangis lagi," kata Remi terbata. "Mami sayang sekali sama Radi." Remi membawa Radi dalam dekapannya, dia mengecup kepala anak itu beberapa kali. "Sayang sekali."

"Ladi juga sayang Mami. Mami adalah pahlawan Ladi, dan Ladi pahlawan Mami. Jadi kita semua pahlawan yang saling membutuhkan!" teriak Radi ceria. Kesedihan yang terlihat saat melihat ibunya menangis sudah tidak ada lagi.

"Ya, kamu benar. Radi adalah pahlawan Mami, tapi sekarang  Mami penasaran, siapa yang bilang seperti itu?" tanya Remi ingin tahu.

"Kapten Zolo," jawab Radi dengan memasang wajah polos.

Remi tertawa. Ya, ampun kapten Zoro benar-benar sesuatu. Selain mengibur anaknya, kapten Zoro juga bisa membuat Radi terlihat dewasa. "Mami mengerti," kata Remi sembari bangkit.

"Mami mau ke mana?" Radi menarik ujung baju Remi dan menatap sang ibu dengan penasaran.

"Mami mau ke dapur."

"Oh." Radi melepas pengamannya. Dia kembali memeluk bantal kapten Zoro erat. Selain robot dan bantal kapten Zoro, Radi juga memiliki beberapa barang lain miliknya yang bertemakan kapten Zoro.

Tersenyum melihat tingkah anaknya, Remi mengacak rambut sang putra gemas. Setelah itu dia segera menyiapkan makan malam untuk keduanya, sembari memikirkan cara mengepak semua pakaian dan mainan Radi agar bisa dibawa pulang ke tempat Ibunya tanpa tertinggal.  Apalagi yang bertemakan kapten Zoro.

                            ****

Seminggu kemudian, Remi sedang mengantre minuman di bandara dengan Radi dalam gandengan saat tatapannya bertemu pandang dengan lelaki yang amat di kenal dimasa lalu. Remi sangat terkejut, begitu pula yang terlihat dari lelaki yang sudah lama tak dia temui itu.

Lama mereka saling pandang, sebelum gerakan pelan Radi mengangetkan Remi.  

"Mami, Om itu bawa kapten Zolo," bisik Radi dengan antusias saat Remi menatap anaknya.

Remi mengigit bibir, dia tersenyum pada Radi sebelum menatap Bumi, lelaki di depannya itu memasang wajah penasaran saat melihat Radi dalam gandengannya. Remis cemas, dengan gerakan refleks dia menyembunyikan Radi dari pandangan Bumi. Lalu menyesalinya beberapa detik kemudian saat Bumi mengalihkan tatapan padanya.

Enam Tahun KemudianWhere stories live. Discover now