"Pintar juga kamu. Kalau begitu Daddy antar."

"Jangan!" Fio memekik kaget. " Kalau Daddy ngantar Fio ke sana, Fio gak akan punya alasan yang tepat untuk meyakinkan Tante Mel." Jawabnya buru-buru membuat Nino tersenyum dan kembali mengacak rambut Fio dengan sayang. Nino sudah tahu Fio pasti memakai alasan yang tadi diungkapkannya.

"Kalau begitu semoga berhasil."

Untuk beberapa saat Fio dan Nino diam sambil memperhatikan Tydes. "Maaf, Daddy. Untuk sementara waktu Fio gak bisa ikut menjaga Tydes."

"Gak pa-pa. Tydes biar Daddy yang urus. Sekarang tugas kamu yakinkan Tante Mel supaya dia mau menikah dengan Daddy. Kamu tidak keberatankan kalau Tante Mel jadi Ibu kamu?"

"Dengan senang hati Daddy." Fio mengacungkan ibu jarinya penuh semangat.

"Bagus." Ucap Nino puas.

"Daddy, Fio boleh tanya sesuatu gak?" Ragu-ragu Fio bertanya

"Apa?"

"Daddy sayang sama Tante Mel?" Pertanyaan yang membuat Nino membeku untuk sesaat. Tapi kemudian tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Sangat. Bagaimana dengan kamu?"

Fio menarik napas dan menundukkan wajahnya. "Fio juga sayang sama Tante Mel, Tante Mel teman yang baik. Dia tulus menyayangi Fio dan Tydes. Tapi Fio tidak melihat itu. Fio egois ya Daddy?" Nino mengusap lengan Fio, seolah dia berkata semuanya sudah berlalu dan jangan di bahas lagi.

"Fio sama sekali tidak melihat kebaikan Tante Mel, dalam pikiran Fio pada saat itu hanya ada marah dan benci. Marah karena Daddy menyukai Tante Mel dan benci karena Fio tidak punya kesempatan untuk menjadi putri Daddy." Nino tertegun mendengar pengakuan Fio, dia merasa bersalah telah menelantarkan kedua anaknya, dia tidak tahu kalau keinginan Fio sesederhana itu. Fio hanya minta perhatiannya tidak lebih.

"Tapi Fio sadar, Fio baru menyadarinya setelah Tante Mel pergi dan kesalahan yang Fio lakukan berakibat besar pada keluarga kita. Terutama Daddy. Fio minta maaf."

Nino tidak mengucapkan apapun, dia hanya menarik tubuh putrinya dan memeluknya dengan erat.

Sementara itu seorang wanita paruh baya mendengarkan obrolan Ayah dan Anak di balik pintu. Dia sempat menitikkan air matanya dan mengelus dadanya sebelum akhirnya menutup pintu secara perlahan dan berlalu masuk ke kamarnya.

***

"Tante please, malam ini saja Fio mohon." Rengek Fio memelas dengan menyatukan tangannya memohon supaya Melati mengizinkannya menginap malam ini.

"Gak!" Jawab Melati tegas dan berusaha menutup pintu apartementnya

"Tante. Tunggu. Tante." Fio menahan pintunya. Terjadilah dorong-mendorong antara Fio dan Melati. Sampai Melati mengalah dan membiarkan pintunya sedikit terbuka tapi Melati masih tetap tidak mengizinkan Fio masuk apalagi sampai menginap.

"Apalagi?" Sedikit jengkel Melati menunggu Fio berbicara.

"Fio janji gak akan ganggu Tante, izinkan Fio menginap malam ini saja. Fio gak tau lagi harus kemana Tante."

"Kenapa tidak cari hotel atau ke  teman kamu si Oscar itu." Fio.malah tertunduk.

"Kalau di hotel Fio gak berani, ini udah terlalu malam dan tempat kost Oscar khusus cowok jadi gak mungkin Fio kesana." Jawabnya dengan berpura-pura sedih

"Kalau begitu kamu pulang sebelum terlalu malam!" Fio menggelengkan kepalanya dengan kuat.

"Fio gak mungkin pulang."

LOVEBIRDWhere stories live. Discover now