Setelah ibunya tenang, kemarahan Bumi terlupakan begitu saja. Apalagi saat kepala keluarga Ardana menghubungi mereka lebih dulu dengan keramahtamahan seperti biasa. Tidak tampak seperti penjilat yang kebingungan karena lahan uangnya mendekati punah.

Bumi kembali lega. Namun, malam harinya rasa lega itu dihancurkan dengan berita lain. Berita yang mengakibatkan ayahnya  masuk ke rumah sakit. Usut-usut ternyata ada yang mengirimkan informasi jika dia memperkosa anak gadis orang pada ayah dan ibunya. 

Ayahnya yang memiliki riwayat penyakit jantung tentu saja langsung drop, dan sesegera mungkin harus dilarikan ke rumah sakit.

Bumi sedang menunggu dengan kegelisahan saat ponselnya berdering dan Selvi mengatakan meminta bayaran sekarang karena dia dan Remi sudah bersiap-siap berangkat liburan. Tentu saja hal tersebut membuat emosi, tanpa diinginkan pikirannya bekerja sendiri dan menghubungkan berbagai informasi.

Akhir dari semua itu dia curiga jika Remi lah yang mengirim berita pemerkosaan pada ayah dan ibunya. Karena hanya memang Remi yang pernah tidur bersamanya. Kemarahan yang semakin kuat, membuat semua berantakan.

"Sialan." Bumi menendang tong sampah. Dia mengacak rambutnya frustrasi. Saat ini dia benar-benar merasa jatuh. Jatuh, sejatuh-jatuhnya.

Ayahnya masuk rumah sakit, dan belum tahu kapan akan terbangun. Ibunya pasti akan sangat terpukul. Hubungannya dan Remi juga berantakan. Dia tidak mengerti kenapa semua masalah menimpanya sekarang.

Ke mana perginya hidup damai yang dia miliki? 

Bumi juga merasa sangat bodoh. Andai dia tidak termakan emosi, mungkin dia bisa melihat semua masalah ini dengan lebih baik. Remi tidak bersalah. Sekarang Bumi tahu kenyataan itu. Melihat reaksi kemarahan Remi tadi, Bumi yakin wanita itu tidak terlibat apa pun dengan informasi yang membuat Ayahnya jatuh tak sadarkan diri.

Namun, meski dia tahu kenyataan sekarang, hubungannya dan Remi sudah berantakan. Bukan hanya menuduh Remi yang tidak-tidak, dia juga mengatai hal buruk pada keluarga gadis itu. Padahal dia sudah diberi tahu dengan baik oleh orangtuanya, jika keluarga Ardana tidak mungkin mendekati keluarganya demi uang yang mereka juga miliki. Tetapi dengan otak cerdasnya dia malah merendahkan diri sendiri di hadapan Remi.

Sekarang Bumi yakin Remi tidak akan memaafkannya dengan mudah.

Mengepalkan tangannya, Bumi kembali mengumpat. Siapa pun itu, dia pasti akan mendapatkan dalang yang membuatnya sakit kepala.

Cepat atau lambat, orang yang telah membuat kedua orangtua yang sangat dia hormati dan kasihi terluka akan mendapat balasan lebih parah dari ini. Bumi akan membuat orang itu lebih memilih mati dari pada berurusan dengannya.

"Tunggu saja." Bumi menatap ke cermin, merasa noda jus sudah tidak ada lagi di wajah, dia mulai melangkah keluar. Bumi akan segera menyelesaikan urusan dengan Selvi sebelum memulai pencarian dalang yang membuatnya sakit kepala.

 Namun, saat Bumi mendekati kursi yang tadi dia tempati, tidak ada Selvi lagi di sana. Kini kursi tersebut sudah didukukki perempuan berambut panjang yang menjadi kekasihnya.

"Hai, lama banget kamu," sapa Nina dengan senyum lebar. Lalu dia segera bangkit dan mendekati Bumi saat melihat noda di atas pakaian kekasihnya. "Ini kenapa?"

"Bukan apa-apa," kata Bumi menenangkan Nina. Dia mengusap kepala Nina dan meminta gadis itu berhenti bersedih hanya karena pakaiannya ternoda. "Hanya ada kesalahpahaman kecil tadi, jadi tidak perlu khawatir." Bumi tersenyum. Dia mengacak rambut Nina sebelum duduk di kursinya.

Menatap sekitar, Bumi bertanya, "Selvi ke mana?"

"Gak tahu, pas aku datang sudah tidak ada siapa pun di sini."

Enam Tahun KemudianWhere stories live. Discover now