Setelah mengambil darah Elvan, perawat pria itu langsung berlari memasuki ruang operasi. Mereka berusaha maksimal untuk menyelamatkan Asa dan bayi prematur 30 minggunya.

Dua jam berlalu, akhirnya operasi selesai. Dokter berbaju hijau itu keluar dari ruang oprasi, baik Liam maupun Nisha mereka langsung mendekati sang dokter.

"Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanya Liam penuh harap.

"Bayinya selamat, tetapi ibunya masih dalam keadaan kritis, kita perlu memantaunya lagi...,"

Nisha membekap bibirnya yang ingin terisak, dia masih menyalahkan diri sendiri atas kejadian ini. "Maaf, maaf, maaf...," lirihnya.

Liam mengusap-usap punggung Nisha, mencoba memberi kekuatan yang sebenarnya dia juga membutuhkan seseorang yang menguatkannya.

***

Rey membuka matanya, hal yang pertama kali ia lihat adalah Bundanya yang sedang menangis sambil memegang tangannya erat-erat.

"Buna, Asa mana? Asa gimana? Dia selamat, kan?" tanya Rey beruntun.

Nisha malah menunduk sambil terisak, membuat Rey semakin khawatir. Pria berbaju pasien biru bergaris itu langsung beranjak dari brankar, karena terlalu tergesa-gesa, stand infusnya tertarik hingga terjatuh di lantai.

"Rey, mau kemana? Bayinya, Mas Galan selamat--"

Rey melepaskan jarum infus di tangannya. "Asa gimana, Buna?! Yang Rey tanyain itu Asa!"

"Asa, Asa, Asa masih koma."

Rey langsung berlari keluar, kaki tanpa alasnya berjalan ke sembarang arah karena tidak tahu ruangan Asa ada di mana.

Sesekali ia menghentikan salah satu perawat, dan bertanya, "Asa di mana?"

Beberapa perawat hanya menggeleng. Rey kembali berjalan cepat, Nisha masih tertatih di belakang Rey karena kehilangan jejak putranya.

Akhirnya, Rey menemukan ruangan Asa. Tangannya bergerak memegang kaca pintu, di dalam sana Liam yang memakai cover tubuh hijau, pelindung rambut dan sarung tangan, sedang duduk di samping Asa.

Melihat Asa yang masih bernapas meskipun harus memakai alat ventilator, dada sesak Rey sedikit berkurang. Rey tidak masuk ke dalam karena kondisinya sedang tidak baik, terlebih lagi Liam sepertinya butuh waktu yang lama bersama Asa.

Rey berbalik setelah memandangi Asa selama beberapa menit. Dan di sana, dalam jarak tiga meter, Rey melihat tubuh Elvan yang tertutup seragam pasien sama sepertinya. Pria brengsek itu berjalan sambil membawa stand infus di tangan kiri.

"Mau apa lo?!" ketus Rey saat Elvan mendekat.

"Gue pengen ketemu Asa, setidaknya sekali aja, Rey." Elvan berjalan hendak masuk, tetapi Rey mendorong tubuhnya menjauh.

"Lo nggak pantes ketemu sama Asa, El! Lo tau?! Siapa yang bikin dia kayak gitu?! Kalau dia nggak hamil, Asa nggak bakalan kayak gini--"

"Rey--" Elvan terisak, Rey juga ikut terisak. "Maafin gue, tapi gue pengen ketemu Asa--"

"Pergi lo! Pergi dari hidup Asa!" sentak Rey mendorong Elvan.

"Rey, plis--"

"Nggak cukup lo bikin Asa menderita, sekarang mau apa lagi, El? Gara-gara video yang lo sebar, Clara mati! Gue jadi lampiasin semuanya ke Asa--"

DASA (END)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora