17. Rumah Sakit

1.4K 122 4
                                    


Renjun.

Yang menembak Gunwoo itu Jeno, karena dia hampir menusuk Renjun dengan pisaunya. Tapi detik berikutnya para anak buah kedua belah pihak, memberontak.

Anak buah Jeno mendobrak masuk, sementara Gunwoo memulai baku tembak.

Jeno tidak masalah dengan itu, sementara Renjun? Dia tertembak di bagian lengan kanan, pingsan di tempat. Beberapa orang berusaha membunuhnya, tapi untungnya Renjun berhasil selamat.

Kini dia berada di rumah sakit. Walau tidak bisa lama lama karena Jeno harus pergi ke kantor polisi. Haechan dan Mark juga ada di sana.

"Jen, sebaiknya pergi periksa dirimu."

"Tidak Hyung. Aku tidak apa apa. Aku akan menunggu disini."

"Kami bisa menjaga Renjun. Dia akan sedih melihat darahmu berceceran di sini karena kamu menunggunya." Balas Mark sekali lagi.

"Jika dibiarkan terlalu lama, akan infeksi. Sebentar saja, Jeno.." Ini Haechan. Dia sangat khawatir.

Keadaan Jeno dan Renjun sungguh membuatnya ingin menangis. Kenapa banyak orang ingin mengganggu mereka?

Jeno dan Renjun tidak memiliki kesalahan apa apa.

"Baiklah baiklah. Tidak perlu menangis." Jeno berdiri dan mengusap rambut Haechan karena anak itu mulai menangis.

Mark merangkul istrinya. "Tidak apa apa. Mereka akan baik baik saja. Perjuangan mereka masih panjang. Kita hanya harus mendampingi mereka."

*
*
*
*
*

Saat ini Renjun terbangun. Mendapati Mark ada disampingnya. Suara keras tiba tiba berdengung tepat di telinganya. Renjun berteriak kencang sambil menangis. Dia merasa sangat sangat ketakutan.

Jantungnya berdegup kencang. Haechan meletakkan makanan yang ia bawa di meja, dokter datang bersama perawatnya. Mark menelepon Jeno, memberitahu apa yang tengah terjadi.

Dalam keadaan lemah, Renjun berteriak histeris seperti itu. Membuat energinya makin terkuraa habis dan harus menginap di rumah sakit jauh lebih lama.

"Brak!" Pintu didobrak kencang, sekaligus dengan munculnya seorang pria tampan dengan keringat dingin yang mengucur di tubuhnya.

"Tuan Lee." Sapa sang dokter.

"Hyung, bagaimana?" Jeno.

Mark menatap dokter yang merawat Renjun. "Dia begitu trauma dengan suara keras. Kita harus berhati hati mulai sekarang." Jawab kakak laki laki Lee Jeno itu.

"Benar, tuan Lee. Tadi Tuan Huang bangun, sebelum kami sempat menenangkannya, dia mengalami kejang. Tapi keadaan sudah terkendali untuk saat ini, tuan."

Jeno menghela nafas lega plus lelah. "Terima kasih, dokter." Ini Mark yang mempersilahkan dokter keluar.

Haechan yang dari tadi menangis, dipeluk oleh Jeno. Dia tau Haechan juga tak kalah takut dengan kekasihnya.

"Terima kasih sudah menemani Renjun, Hyung. Haechan, pulang lah. Aku akan ambil alih dari sini."

Haechan menggeleng, masih dalam pelukan Jeno. Dia ingin menemani, dia harus bersama Renjun. Renjun tidak bisa lagi dibiarkan seperti ini.

"Hyuck-ah.. Kita pulang ya." Mark mengambil Haechan.

(Mabok Nohyuckmark)

Jadi sekarang tinggal Jeno, di kamar Renjun. Memikirkan jalan keluar dari solusi utama mereka, orang lain.

Orang orang sungguh sibuk ingin tau apa yang terjadi. Tidak bisa seperti ini terus, Renjun sudah menjadi korban. Sekali lagi, dia menjadi korban.

Membawa mereka pergi?
Mungkin itu bisa dilakukan untuk mengembalikan Renjun nya.

NoRen: YouWhere stories live. Discover now