EMPAT PULUH LIMA

312 40 5
                                    

Sehun POV

Sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman aku berjalan kearah kamar .
So Hyun tertidur, aku mendekatinya. Meletakkan nampan di meja nakas yang berada di sebelah ranjang.

Aku duduk disisi ranjang. Memperhatikan wajah So Hyun yang kini tengah tertidur. Jelas sekali disana masih ada jejak air mata yang belum mengering.
Kuulurkan tanganku merapikan anak rambutnya lalu mengelus rambutnya pelan.

"Maaf, hari ini telah membuatmu menangis".
Kupandangi wajahnya yang tenang saat tertidur.

Aku mengelus pipinya lembut dan saat itu juga rasa bersalah kembali menjalariku mengingat perlakuan jahat ku dulu kepadanya.
Wanita ini sangat kuat, berhati baik, dan juga sabar, walaupun aku telah berbuat jahat kepadanya dia tetap memilih berdiri disampingku tidak meninggalkanku dan masih mau mengandung anakku.

Aku ingin menjaganya dan anakku yang dikandungnya dengan sekuat dan semampuku.
"Saranghae".
Kukecup keningnya lama.
"Maaf untuk semua perlakuan kasar yang pernah Oppa lakukan dari dulu hingga sekarang dan maaf hari ini Oppa kembali menyakiti hatimu.".
Buru-buru aku menegakkan posisi ku saat So Hyun bergerak, sepertinya tidurnya terusik olehku.

Aku memandangnya, dan tidak lama kedua kelopak matanya terbuka dan tengah memandangku.
"Sayang, maaf kan Oppa ya".
Aku meraih tangannya dan menggenggamnya lembut .

"Sayang".
So hyun menarik tangannya dia hanya diam .
"Sayang".
Dia tidak menjawab ucapanku dan kembali menutup kedua kelopak matanya.

Itu artinya dia masih marah kepadaku.
"Sayang, jangan lupa makan malam ya dan jangan lupa minum susu. Semuanya sudah Oppa sajikan di sana diatas meja".
Aku menunjuk meja nakas, selesai mengucapkan hal itu aku bangkit berdiri kutinggalkan So Hyun sendiri.

Aku berjalan menuju ruang kerjaku yang berada tepat disebelah kamar tidur kami.

Sesekali aku melihat keadaan So Hyun dikamar. So Hyun sepertinya tertidur kembali dan makan malam yang kusiapkan belum tersentuh olehnya.
Hal itu membuatku semakin khawatir dengannya, makan malamnya sudah terlambat dari jadwal yang seharusnya.

Aku kembali keruang kerjaku menyelesaikan beberapa pekerjaanku yang belum selesai.

Aku berusaha fokus walaupun sebenarnya otakku masih berpikir keras. Bagaimana memberikan So Hyun pengertian kalau dirinya lebih baik homeschooling,  jujur aku tak bisa menjaganya jika jauh dari jangkauanku.  Jika dia tetap dirumah hal itu membuatku jauh lebih tenang, tanpa harus takut nyawanya dan bayiku terancam.

Sungguh hal yang paling kutakuti terjadi adalah pada saat So Hyun dan Naeun berada disatu tempat yang sama.

So Hyun POV

Aku terbangun karena perutku kelaparan. Kulirik jam yang ada di nakas sekarang jam tiga pagi. Dan mataku tak sengaja menangkap nampan berisi makan yang Sehun antarkan tadi malam.
Aku baru ingat ternyata aku belum makan semalaman pantas saja aku sekarang merasa lapar.

Kulihat kesamping, tidak ada Sehun disana. Seprainya juga kelihatan rapi itu artinya sejak semalam dia tidak tidur disebelahku.

Bangkit dari tempat tidur aku berjalan dan tidak sengaja kulihat pintu ruang kerja Sehun terbuka, aku memajukan kepalaku melihat keadaan didalam. Disana ada Sehun yang tengah tertidur di sofa. Melihatnya yang sedang tertidur pulas membuatku mengurungkan niat untuk membanguninya mengajaknya menemaniku kedapur.

Aku berbalik menuruni tangga dengan pelan dan hati-hati tujuan utamaku adalah dapur. Meja makan terlihat rapi, piring kotor juga tidak ada. Itu artinya Sehun telah membersihkannya semuanya sebelum meninggalkan meja makan.

Kubuka kulkas, mencari bahan makanan yang paling cepat matang. Aku sudah sangat lapar.

Hingga akhirnya aku menemukan tiga butir telur didalam kulkas.
Kuulurkan tanganku mengambil satu butir telur. Kututup kembali pintu kulkas dan berbalik.

"Astaga". Aku memegang dadaku kaget saat melihat Sehun yang berdiri tepat dihadapanku menatapku dengan rambut berantakan dan mata memerah menahan kantuk.
"Oppa aku benar-benar terkejut, kenapa disini?".

"Harusnya Oppa yang bertanya begitu kenapa kamu berada disini di jam segini?"
"Ini, aku mau memasaknya. Aku lapar". Sambil cengengesan aku menunjukkan sebutir telur dihadapannya.
Sehun mengambil telur itu dari tanganmu.

"Kamu ngidam telur?".
Aku menggeleng.
"Hanya itu yang bisa kumasak dengan cepat dan langsung bisa memakannya, kembalikan telurku Oppa".

Saat tanganku akan mengambil kembali telur milikku Sehun mendekapku secara tiba-tiba. Membuatku sedikit tersentak.

"Maaf, Oppa telah membuatmu menangis lagi".
Aku hanya diam. Tidak tau harus menjawab apa. Jujur aku sudah tidak marah lagi kepadanya, aku juga tidak mengerti kenapa sifatku selabil tadi. Apa mungkin ini efek dari mengandung membuat hormonku tidak stabil?

Mengingat kejadian tadi saja aku tidak sanggup, aku malu. Bisa-bisanya aku berdrama menangis dan mengunci diri sendiri di dalam kamar.

"Oppa, kembalikan telurku, aku lapar sekali". Ucapku mencoba meraih telur itu tanpa menjawab kalimatnya sebelumnya.

"Maafkan Oppa terlebih dahulu".
Sehun mencium bibirku sekilas lalu menatap kedua mataku lembut membuat jantungku berdetak tidak karuan.

"Maaf".

"Aku sudah memaafkan Oppa, sini ,kembalikan telurku".
Tanganku yang sedang meraih telur itu dari Sehun ,dipegang olehnya, dia menuntunku kearah meja makan dan membantuku untuk duduk disalah satu kursi.
"Tunggu sebentar disini".
Sehun berjalan kearah kompor masih dengan telur itu yang berada di genggamannya.
Aku paham Sehun pasti berencana memasakkan telur itu untukku. Aku bangkit berdiri
"Oppa aku saja".
"Ssssstttt duduk dengan tenang. Berikan waktu sepuluh menit, Oppa akan memasak ini untukmu" Sehun mengedipkan sebelah matanya  mengangkat telur itu sombong sambil tersenyum manis. Membuatku tertawa, ekspresinya lucu sekali.

Sambil menunggunya memasak, aku mengambil buah jeruk yang tepat berada di hadapanku.
Hingga di buah jeruk yang kelima Sehun datang dengan sepiring nasi goreng ditangannya.
"Ini untukmu Sayang".
"Terimakasih Oppa". Buru buru aku mengambil nasi goreng yang dibawa Sehun.
"Enak". Ucapku saat suapan pertama telah habis kutelan.
"Wah,, ternyata putri tidur kita rakus juga, menghabiskan buah jeruk sebanyak ini sendirian".

Aku hanya tersenyum sedikit rasa malu mendengar ejekan Sehun. Sehun mencium keningku pelan,membuatku jantungku berdetak tidak karuan. Melepaskan ciumannya lalu dengan telaten membersihkan kulit dan sisa-sisa jeruk yang tadi kumakan.

"Kenyang sekali, terima kasih Oppa".
Baru saja aku ingin beranjak dari tempat dudukku berniat membawa piring kotorku ke wastafel tapi panggilan Sehun menghentikan pergerakanku.

"Ini susu khusus untuk istriku yang sedang hamil". Sehun menyodorkan segelas susu keatas meja, dan langsung mengambil ahli piring dan gelas dihadapanku.

"Habiskan". Perintahnya.
Aku mengangguk kuraih gelas itu dan dalam sekali tegukan gelas berisi susu itu telah habis kutandas.
"Terimakasih Oppa".
Sehun mengambil gelas itu dari tanganku membawanya kewastafel.
"Ayo naik, kita kekamar".
Aku mengikuti Sehun, tangan kanannya menggandeng tanganku.

Sesampainya kekamar, aku memasuki kamar mandi.
"Jangan lama-lama".
"Kenapa? Oppa ingin memakai kamar mandi juga?". Tanyaku sambil menghadap kearahnya.
Sehun menggeleng.
"Nanti kamu masuk angin".
Aku tersenyum, mengangguk,merasa tersipu dengan kalimat Sehun yang menyiratkan perhatian. Lalu aku masuk kedalam kamar mandi untuk  menyikat gigi sebelum tidur.

OH MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang