16. Dibawa Pergi

Mulai dari awal
                                    

Jeno mengusap bibir kekasihnya yang mengkilat. "Jangan kemana mana. Aku akan kembali kesini, ya?"

*
*
*
*
*

Apa yang terjadi sebenarnya?

Seseorang masuk, berkata bahwa dia mengantarkan makanan yang dipesankan Jeno untuk Renjun. Renjun menerimanya dengan suka hati, pria itu menipu si rubah dengan mudah.

Dia bilang ada banyak makanan lain tapi dia butuh bantuan untuk membawanya. Renjun turun ke bawah, dibawa menggunakan mobil. Dan terpaksa Mark dan Haechan menggantikan Jeno untuk rapatnya. Sementara anak itu mencari Renjun.

Mark dan Haechan?
Ya.

Haechan mengurus perusahaan yang dipegang mark, sementara mark mengurus perusahaan Jeno.

Anak buahnya memberi satu laporan. Mereka sempat terlihat di jalan Catom di area pom bensin.

Dia menaikkan kecepatan. Entah kenapa di telinganya dia bisa mendengar suara tangis si mungil.

Tidak. Tidak ada yang boleh melukainya.

"TIN! TIN!" Jeno menekan klakson dengan marah.

Dia sedang diburu oleh waktu. Semakin cepat akan semakin baik.

"SHIT!"

Flashback off.

"Tuan, mereka berhenti di bangunan bekas kantor navigasi di jalan harimau tepat di tikungan jalan. Pintu terbuka lebar. Ada-"

"Temui saja aku disana." Balas Jeno ngebut.

Dia mengendarai mobil di atas rata rata, ke tempat yang dituju oleh segerombolan kelompoknya.

Sementara itu di salah satu ruangan, ada Renjun, ada 5 orang lain bersamanya.

Dua memegangi tubuhnya, dua lain menjaga pintu, yang satu sepertinya pemimpin mereka.

"Renjun," Tunggu. Renjun pernah mendengar suaranya.

Dia memakai topeng kelinci. Menggemaskan, pasti topeng nya baru beli.

"Aku GWO. Panggil saja aku G. Kamu kekasih dari Jeno. Kamu sudah pasti melihat semua tanggapan orang lain pada kalian."

"Apa kamu tidak merasa kasihan pada dirimu sendiri?"

Renjun terdiam. Apa maksudnya?

"Kamu- begini. Ku jelaskan secara singkat. Kamu tidak berusaha sama sekali untuk mendapat cinta Jeno. Sedangkan hasil didapatkan dari usaha. Usaha apa yang kamu berikan? Tidak ada. Jadi apa kamu akan mendapat hasil? Tidak."

Bagian punggung Renjun dihantam dengan pemukul dari kayu. Seperti pemukul kasti. Anak itu tersungkur di tanah kesakitan.

"Usaha... Kamu tidak pantas bersama Jeno! Setidaknya berusahalah sedikit, jalang!"

Usaha?

"Plak!"

Satu tamparan kencang mendarat di pipi mulusnya.

"BOS!"

Setelah teriakan tersebut terdengar, satu orang mati terbunuh tepat di pintu. Dua orang penjaga pintu terlihat terkejut sesaat sebelum siaga dengan senjata mereka.

Tapi mereka di serang. Area tempat mereka berada sekarang dikepung oleh Jeno.

"Lepaskan dia atau nyawa kalian yang kulepaskan." Jeno menodongkan senjatanya ke dua orang yang berada paling dekat dengan Renjun nya.

Anak itu menutup matanya, berusaha sekuat mungkin meredam tangisannya. "Jeno, senang bertemu denganmu di tempat buruk ini."

"Aku yakin kamu sudah tau siapa aku. Aku hanya ingin berkata, aku tidak akan melepaskanmu. Sampai kapan pun, tidak akan kulepaskan."

"Apa aku harus mengorbankan anak ini?"

Jeno menarik pelatuk begitu si GWO mengeluarkan pisau, menggoresnya di pipi Renjun yang memerah karenanya.

"Aku bisa membunuhmu, woo."

Gunwoo?

Tubuh Renjun tidak pernah bisa berbohong. Melihat anak itu yang terkejut, Gunwoo tertawa.

Jeno melirik para anak buah Gunwoo yang siap mengambil senjatanya.

"Letakkan senjata kalian di bawah. Sekarang." Kata Jeno dingin. Renjun masih memejamkan matanya erat, semua suara itu membuatnya ketakutan.

"Tidak, Jeno.. Tidak sekarang. Ini giliranku untuk dicintai olehmu."

Jeno melangkah mundur. Kini anak buahnya yang siap di tempat, mendobrak kapan saja sesuai perintah tuan mereka.

"Gunwoo." Panggil Jeno.

Dia sangat khawatir dengan pisau yang ada di depan wajah Renjun.

"Aku sangat benci melihat ini."

"DOR!"


































Makasih komennyaaaaaa
Memang berat menjadi yang pertama tapi akan selalu kukenang sepanjang panjang.

Ga ada yang KOMEN ga upload.

☀️ ☁️ ☁️ ☁️
🐄🐄🐄🐄🐄
🌾🌾🌾🌾🌾🌾

NoRen: YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang