Libri In Lucem Cerita Dibaliknya

39 26 14
                                    

[Selamat Membaca]

°°°

Kisah 'Pena Tak Bersapa' merupakan karya fenomenal dari seorang penulis misterius yang tidak diketahui identitas pastinya. Sang penulis hanya menuliskan huruf X pada setiap lembar kertas di bukunya. Oleh sebab itu, banyak orang memanggilnya Penulis X.

Satu-satunya orang yang mungkin pernah berkomunikasi secara langsung dengan penulis x ini mungkin adalah pemilik toko Libri In Lucem, sebuah toko buku kecil di pinggiran desa. Si pemilik toko membantu mendistribusikan bukunya hingga sampai di rak-rak buku setiap rumah di kota ini.

Orang-orang yang membacanya takjub bukan kepalang. Merasa rugi jika hanya dibaca sendiri, atau sekedar ingin berbagi perasaan yang sama ketika membaca buku kisah 'Pena Tak Bersapa' ini kepada yang lain. Akhirnya karya ini banyak direkomendasikan oleh setiap orang yang telah membacanya.

Mereka mulai membicarakan, memuji betapa lihainya penulis dalam mengolah setiap kata-kata di dalamnya. Di pesta-pesta, di kedai-kedai, selalu saja ada yang berkomentar tentang buku itu untuk topik pembicaraan, dari mulut ke mulut, menyebarlah kabar tentang karya fenomenal abad itu. 'Pena Tak Bersapa'.

Oleh kesuksesan buku itu, akhirnya orang-orang mulai menjelajahi karya-karya lain dari si Penulis X ini. Dua buku sebelumnya meraih popularitas yang tak kalah tinggi.

Ketika si Penulis X mengeluarkan buku baru, bukan main betapa antusiasnya orang-orang memadati toko buku. Si pemilik toko buku kecil itu menyebarkan selebaran tentang karya terbaru sang Penulis X.

Para ahli sastra dan kebahasaan pada masa itu mulai mempelajari isi buku tersebut. Penulis X makin terkenal ke seluruh penjuru benua, bahkan ketika rupa dan identitasnya tidak seorang pun yang tahu.

Sekarang sudah beredar secara luas enam buku dari si Penulis X. Namun, buku-buku itu hanya bisa dibeli dari toko buku Libri In Lucem, dengan Bote sebagai pemiliknya. Satu-satunya orang yang tahu siapa sebenarnya pemilik karya fenomenal saat ini.

"Ayolah beri tahu aku, Bote. Kau pernah melihat wajahnya, kan!" Seseorang yang dipanggil Bote itu terlihat sedang sibuk memilah buku untuk dipajang di rak paling depan tokonya. Ia menggeleng tanpa menoleh pada seorang wanita yang sedari tadi merecoki pekerjaannya.

"Aku ini penggemar beratnya. Sungguh." Suara ocehannya terdengar nyaring menerobos sela-sela ruang jajaran rak buku.

Sedari tadi -sebenarnya hampir setiap hari- wanita itu terus mempertanyakan hal yang sama. Siapa sebenarnya Penulis X?

Pemilik toko Libri In Lucem ini jelas lebih dari sekedar tahu. Berkat si Penulis X ia mendapat banyak keuntungan. Tidak peduli siapa atau bagaimana buku itu dibuat, ia hanya akan menjual kisah-kisah, meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Bote bukan orang yang "Sebaik" itu sebenarnya.

"Sepertinya, hmm, aku rasa, kisah 'Pena Tak Bersapa' itu ... Bukankah sangat masuk akal jika itu adalah cerita asli si penulis X. Maksudku, kisah nyata hidupnya," lanjut wanita itu lagi. Untuk hari ini ia memutuskan menyerah bertanya tentang siapa si penulis buku 'Pena Tak Bersapa'.

"Maaf, tapi sepertinya aku tidak setuju, Mar." Bote menatap prihatin wanita yang disebutnya Mar. Ia meletakan tumpukan buku di pangkuan tangan ke lantai. Siap mematahkan opini Mar.

Mar merasa tertantang, ia balas melihat Bote dengan mata lebar penuh rasa ingin tahu.

Melihat tingkah Mar seperti itu membuat Bote jadi malas ingin mengoceh panjang lebar. Pasti tidak akan ada habisnya jika ia ladeni. Bote melengos, mengambil kembali tumpukan buku di lantai dan menyusunnya rapi di rak, kemudian pergi beralih ke rak ujung. Ia sudah hafal dengan tingkah pelanggannya yang satu ini.

KISAHAN (kumpulan cerpen)Where stories live. Discover now