APA YANG TERJADI??

101 2 0
                                    

3 tahun sebelum perceraian.

"Hahaha Papah kalah." gelak tawa gadis mungil yang saat ini sedang asik bermain dengan papahnya.

"Yah. Papah kalah lagi," sesal Adrian  dengan muka memelas.

"Karna Papah kalah aku coret muka Papah," balas Ara sembari meledek.

"Meledek ya kamu." Adrian mengejar gadisnya untuk sekedar membalas perbuatannya.

Mereka berdua bermain kejar-kejaran memenuhi ruang keluarga dengan gelak tawanya.

Mereka melupakan permainan uno yang sejak tadi mereka mainkan.

Ara duduk di sofa ruang keluarga dengan gelak tawa tak ada hentinya, ia terus tertawa hingga merasa capek. Dan mulai menghela nafasnya kasar.

"Papah selalu gitu kalau kalah." kesal Ara sembari mengatur nafasnya.

"Kamu selalu ngambek kalau Papah yang menang," balas Adrian menyubit hidung anak gadisnya pelan.

"Pah," panggil Ara setelah keheningan beberapa saat.

"Apa?" Adrian menoleh lalu mengelus puncak kepala Ara  dengan rasa sayang.

"Kalau nanti Papah gaada di rumah ini. apa Ara masih bisa ketawa selepas ini sama Papah?" tanya gadisnya yang membuat pria paru baya itu tercengang kaget.

"Kamu tuh ngomong apa Ra?"

"Papah ga bisa jawab kan, berarti selama ini dugaan Ara benar kalau Papah dan Mamah akan pisah dan tinggalin Ara," jelas Ara menatap kedua mata Adrian menemukan kebenaran.

"Kamu itu masih terlalu kecil untuk tau hal ini Ra, tapi-"

"Tapi apa? berarti Ara benar kalau Papah dan Mamah akan pisah?"

"Kalau Papah dan Mamah pisah, kamu masih bisa main dengan Papah saat akhir pekan," jawab Adrian memperjelas semuanya.

"Pah, I HATE YOU!!" teriak Ara penuh amarah.

"Ra, Papah tidak bisa menahan keegoisan Mamahmu yang waktunya hanya di habiskan untuk mengejar karirnya."

"Papah juga egois, kalau Papah dan Mamah pisah, Papah akan kengoreskan luka kecil di hari Ara, Papah sadar hal itu?"

"Dan papah adalah laki-laki pertama yang melukai hati Ara."

Tangis Ara mulai pecah, Ara menjauhkan dirinya dari dekapan Papahnya. "Apa Papah mikirin perasaan Ara?"

"Ra, maafin Papah." Adrian kehabisan kata, ia tidak bisa melihat gadis kecilnya menangis.

Di saat yang bersamaan Mamah Ara  datang dan menaruh selembar kertas  berisi gugatan perceraian.

"Dugaan ku benar, Ara akan mengetahuinya sendiri tanpa harus kita jelaskan Mas," cetus wanita paru baya tanpa memikirkan perasaan anak gadisnya yang saat ini berada di hadapannya.

"Kalian berdua hanya mementingkan ego kalian, tidak  pernah sedikitpun memikirkan perasaan aku. Apa pantas kalian berdua di sebut sebagai orang tua?" tanya Ara dengan tangisnya.

"Nak, Papah bisa jelaskan ini semua."

"TANPA DI JELASKAN, INI SEMUA SUDAH JELAS PAH. PAPAH CINTA PERTAMA ARA,  SEKALIGUS SEORANG PRIA YANG MENGORESKAN LUKA KECIL DI HATI ARA," geram Ara dengan emosinya yang meledak tidak dapat terkontrol.

"ARA JAGA BICARAMU NAK!!!" protes Alydia.

"KALAU SAJA MAMAH GA KEJAR KARIR MAMAH, MUNGKIN INI SEMUA GA AKAN TERJADI," seru Ara  mulai menyalahkan Alydia.

"Tega kamu bicara seperti itu sama Mamah Ra? tanpa mamah kamu ga akan bisa makan enak-"

"MAMAH YANG TEGA NGELAKUIN INI SAMA ARA, APA MAMAH PERNAH MIKIRIN ITU?" sela Ara dengan deru nafas yang terdengar jelas.

REMEMBER METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang