I'm Fine | Bab 29

Start from the beginning
                                        

"Hmm," gumam Keysa malas. Sungguh kejenuhan ini bisa lebih membunuhnya daripada tumor otak yang ia derita.

Gadis itu mengangkat kepala, seraya memamerkan giginya yang rapi. "Ma, aku boleh keluar?"

"Gak." Tolak Martha cepat. "Kamu mau kemana? Kan kamu lagi sakit."

"Aku mau jalan-jalan, misalnya ke mall atau salon." Sudah beberapa hari lalu ia berniat menghabiskan saldo di kartu ATM yang Martha berikan. Jumlah uang didalamnya, lebih dari cukup untuk foya-foya selama sisa hidupnya.

"Kalau kamu bosen, Mama bisa suruh Kelvin kesini."

"Memangnya Kelvin gak sekolah?"

Martha menggeleng, "Mama Kelvin  baru aja cerita kalau Kelvin bolos." Wanita itu berdecak beberapa kali, kemudian melanjutkan. "Si Kelvin itu, padahal waktu kecil dia lembut dan nurut. Tapi kenapa sekarang sikapnya malah nakal?"

Martha tidak cukup bodoh untuk menyadari cinta sepihak yang anaknya rasakan pada putra temannya. Tak cukup sekali dua kali Keysa di tolak, ia bahkan seringkali mendapatkan perlakuan dingin dari Kelvin.

Meskipun mengetahui, kedua pihak keluarga tetap membungkam mulutnya. Menganggap kisah yang terjadi di antara anak-anak mereka hanyalah perasaan cinta masa remaja.

Untunglah mereka berpikiran terbuka. Kalau tidak, pasti akan terjadi perang dingin. Jelas karena Alexander adalah keluarga 'kuat' yang menyayangi putri mereka seperti harta karun berharga.

Sedangkan pihak Orvin sendiri, adalah keluarga yang bergerak di bidang 'gelap'. Usaha e-commerce yang di jalani, hanyalah alibi dari sisi gelap mereka. Orvin adalah keluarga harmonis, tentu jika dilihat dari publik. Sedangkan di dalamnya, mereka menyimpan banyak hal-hal keji yang pasti akan memicu kontroversial apabila hal itu terungkap.

Menjual obat terlarang, senjata ilegal, bahkan perdagangan organ manusia.

Tak heran jika sosok iblis berwajah malaikat itu, di takdirkan untuk berjodoh dengan gadis lembut seperti Ananta. Seperti itulah jalan ceritanya.

Tapi kini, Keysa telah memiliki kisahnya sendiri. Bukan sebagai peran pembantu jahat yang hidup dibalik bayang-bayang penyesalan, melainkan tokoh utama. Dan Kelvin, bukan lagi seorang anak SMA yang hidupnya terkungkung oleh keluarga, melainkan jiwa pria dewasa lain yang berpikiran rasional.

"Kalau gitu, suruh Kelvin kesini."

Martha mengangguk, ia melenggang pergi menuju kamarnya guna mengambil ponsel pipih miliknya. Meninggalkan Keysa yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

Tiap inci dari jalan cerita novel ini, Keysa mengingatnya dengan baik. Tentu karena itu adalah novel yang diberikan Hendrik padanya. Semua hal yang Hendrik berikan, adalah benda kesayangan yang akan ia jaga.

Mengingat kembali mengenai novel, apa yang dikatakan Bella dan ayahnya itu benar. Sebelumnya Keysa sudah pernah mencari novel ini juga di toko buku, tapi ia memang tidak menemukan satu pun buku yang sama. Semua penjual offline dan online, Keysa tanyakan satu persatu tapi tidak ada yang tau dimana buku I'm Fine ini di terbitkan.

Si Penulis, seolah tidak ingin namanya di cetak dan dikenal secara publik.

Keysa mengetuk-ngetukkan dagu, mengingat-ingat. Dulu sewaktu Hendrik memberinya novel itu, sepertinya dia  mengatakan sesuatu yang ia lupakan.

Berpikir semakin keras.

Keysa mendesah.

"Buku ini, cuma ada tiga di dunia. Cuman Rara, saya, dan sekarang kamu, kita punya buku yang sama."

"Jangan sampai hilang. Dan yang paling penting, jangan biarin siapapun baca novel ini, terutama laki-laki."

Hendrik tidak mengatakan apapun selain penjelasan bahwa ini adalah gambaran cerita menyedihkan dari tokoh yang Keysa kenal.

Pria itu terus-menerus mengulangi kalimat larangan bahwa tidak ada siapapun yang berhak mengetahui apa yang ada di balik buku.

Sedangkan bagi Keysa Tania yang saat itu masih kecil, ucapan Hendrik hanyalah kalimat racau yang seringkali terucap kala ayahnya sedang depresi. Dia mengatakan hal-hal berat pada anaknya yang bahkan belum tau apa itu peran 'baik dan jahat'.

Sungguh ayah yang buruk.

Keysa berkedip beberapa kali, mukanya semakin pucat ketika asumsi-asumsi kotor terus merasuki isi kepalanya. "Cuman ada tiga ya?" Monolognya pelan.

Ingatannya terus berpacu pada saat jiwanya masih bertaut di 'raga' aslinya. Hendrik terlalu mencurigakan. Ia seperti sedang menyembunyikan sesuatu yang seolah tidak ingin siapapun tau.

"Kalau cuman ada tiga, dan dia gak ngebolehin siapapun baca ini selain keluarganya doang ... Berarti, ada kemungkinan kalau dia kenal sama penulisnya, kan?"

Keysa mengangkat kepalanya, matanya melotot menggambarkan berbagai penuh ekspresi. "Atau, mungkin aja Papa 'Si Penulis ' itu?"

- i'm fine -

I'm Fine ( End ) | [ Terbit ]Where stories live. Discover now